''Ayo cepat masuk, nanti keburu Papaku melihat kamu yang sedang manjat pohon lagi,'' kata Kirana mengingat kan Karan agar segera masuk ke dalam kamar nya.
''Lagian ada apa sich Kirana, nyuruh aku datang cepat cepat ke sini, asal kamu tau ya aku dari sekolah langsung menuju ke sini, emang nya ada hal penting apa sich,'' Tanya Karan mengusap keringat di kening nya.
Kirana yang di tanya pun segera mendekat ke laci yang berada tak jauh darinya. Diapun membuka laci dan mengambil sebuah Jam yang sudah sangat tua dari laci tersebut, jam tersebut adalah peninggalan dari sang Nenek, di genggam nya jam itu yang ingin di berikan kepada Karan.
Kirana mendekati Karan yang sedang duduk selonjoran di lantai, ''Karan? sebenarnya aku menyuruh kamu datang ke sini, untuk berpamitan, karena besok aku sudah mau pergi jauh meninggalkan kamu dan semua cerita indah kita di sini,'' Ucap Kirana sedih namun dia masih mencoba untuk menahan agar dirinya tidak menangis.
''Aku akan pergi ke Paris besok sore, kamu jangan lupain aku ya, di saat kamu kangen denganku bukalah jam tua ini,'' kata Kirana lagi memberikan Jam tua kepada Karan.
Karan yang bingung dengan semua perkataan Kirana hanya bisa bersedih, tanpa harus tau bakalan ngucapin apa pada sahabatnya.
Kini sebuah jam tua sudah di pegang Karan, Karan mencoba membuka jam yang ia pegang sekarang, betapa terkejutnya dia karena jam tua tersebut ada sebuah musik di dalam nya.
''Kenapa kamu mau pergi Kirana? apa kamu malu berteman dengan ku, sehingga kamu ingin meninggalkan persahabatan yang sudah kita bina selama setahun ini,'' Gumam Karan dengan nada sedih.
''Papa ingin aku melanjutkan sekolahku di sana Karan, kalau saja aku boleh memilih, aku akan memilih hidup di kota ini bersama kamu, namun Papa tak ngijinin aku tinggal di sini sendiri,'' sahut Kirana memberi alasan kepergian nya, Kirana tak bilang kalau sang Papa tak ingin berteman dengan Karan. Alasan nya hanya hal sepele yakni karena Karan dari keluarga miskin.
''Perusahaan Papa yang berada di sana dalam masalah, makanya kita harus pindah kesana sekarang,'' tambahnya lagi. Namun kini air matanya sudah tak terbendung lagi, tiba-tiba mengalir begitu saja tanpa ijin dari Kirana.
''Ya sudah, kamu nggak boleh bersedih lagi, kapan kamu akan berangkat ke Paris,'' tanya Karan lembut dan menghampiri Kirana yang sedang menangis, Karan menghapus air mata Kirana dengan sangat lembut.
''Besok sore aku berangkat ke Paris,'' jawab Kirana menghapus air matanya yang masih mengalir di kedua pipinya.
''Kamu jangan nangis lagi dong, kalau kamu nangis kamu tambah jelek tau, beneran deh, sumpah?!'' canda Karan yang membuat Kirana tersenyum, Kirana langsung memukul Karan dengan bantal karena Karan sudah mengejeknya.
''Biarin saja jelek, tapi imut dan juga ngangenin kali??'' jawab Kirana yang menampilkan wajah imut nya.
''Yee....? PD banget jadi orang, siapa juga yang bakalan kangen sama kamu,'' celetuk Karan menggoda Kirana, namun yang di goda malah menganggap ucapan Karan adalah sungguhan.
''Hey, hey?? aku hanya bercanda kali,'' kata Karan merangkul Kirana.
''Ya sudah aku pulang saja dulu, sudah sore banget, takutnya bokap kamu yang pemarah itu malah menghampiri kita ke sini lagi, bisa berabe urusannya kalau githu,'' Ucap Karan yang pamitan pada Kirana.
Kirana mengangguk pelan seraya berkata, ''Hati hati di jalan, dan hati hati juga saat turun dari pohon,'' kata Kirana saat menanggapi ucapan Karan.
''Oia besok kamu bisa datang ke sekolah aku kan, besok di sekolah akan mengadakan lomba,'' kata Karan sebelum dia benar-benar turun dari pohon yang ia panjat.
''Insya Allah aku akan datang,'' jawab Kirana. ''Hati hati turunnya, jangan ngomong terus,'' tambah nya ketika melihat Karan belum juga mau turun dari pohon di samping kamarnya.
''Senyum dulu, baru setelah itu aku turun dari sini,'' ucapku pada Kirana agar dia tak bersedih lagi.
Yang di suruh tersenyum malah tertawa, mentertawakan ku, yang emang kayak monkey yang emang manjat manjat pohon kalau ingin bertemu dengan Kirana.
''Jangan ledekin aku terus, ya sudah saya pulang sekarang,'' Ucap Karan ketus dan langsung ngesot kebawah dari pohon yang ia naiki tadi.
Aku tak menatap ke atas lagi, setelah berada di bawah aku langsung mengambil sepeda ontel ku yang aku sengaja di letakkan di samping rumahnya. Aku mengayuh sepeda ku menuju ke rumah, dengan perasaan kesal dan juga marah karena Kirana telah mentertawakan ku tadi.
Di pertigaan jalan aku sempat berpapasan dengan Papa nya Kirana, Papa nya Kirana menyuruh sang sopir untuk menghentikan mobilnya.
Aku juga turun dari sepeda ontel ku, bagaimanapun aku harus menghadapi Papa nya Kirana, ada perasaan takut namun aku masih mencoba untuk tetap tenang.
''Kamu masih berani menemui Puteri ku di rumah, emang orang miskin yang tak punya rasa malu sama sekali,'' Ucap Papa Kirana lantang.
''Seharusnya kamu ngaca, agar kamu sadar kalau kamu itu hanya orang parasit yang mendekati Puteri ku dengan maksud tertentu,''
''Bapak salah sangka, aku menjadi teman anak Bapak dengan tulus, tanpa pamrih dan tanpa embel-embel untuk mendapatkan keuntungan seperti yang Bapak katakan barusan, aku memang orang miskin Pak, tapi aku bukan parasit yang memeraa Putri Bapak, satu kali pun aku nggak pernah dan tak kan pernah menjadi seorang parasit?!'' jawab Karan dengan tenang.
''Dan satu hal lagi, aku berjanji kelak aku akan sukses di dunia bisnis, dan akan mengalahkan kedudukan Bapak yang sekarang di duduki,'' ucapnya lagi dan segera mengayuh sepeda nya untuk segera pulang.
Pak Lukman yang mendengar ucapanku barusan hanya bisa marah dan dia menggeram tanpa membalas ucapan ku, karena aku sendiri sudah jauh dari hadapannya.
Di perjalanan pulang aku sudah bertekad kelak akan menjadi orang yang sukses melebihi Pak Lukman Papa nya Kirana.
''Kelak aku harus menjadi orang sukses, agar semua orang tak pernah lagi merendahkan aku, Ibu dan juga Adik,'' Gumam ku mengepalkan tangan. Ya saat ini aku sedang berada di taman hanya untuk memenangkan diri sejenak sebelum sampai rumah, karena aku tak ingin membuat Ibu menjadi sedih hanya gara-gara masalahku dengan Pak Lukman Papa nya Kirana.
''Tuhan....???'' teriak Karan di dalam kesedihan nya.
''Salahkah aku yang miskin ini berteman dengan orang kaya, hinakah aku karena aku anak dari keluarga miskin, aku juga tak mau seperti ini Tuhan,'' Keluh nya meneteskan air mata kesedihan nya.
-------
Karan jangan sedih lagi ya, tak tega dech liatnya😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
lina
lanjut
2022-09-15
1