Di tempat lain, di waktu jam istirahat Karan sedang bercanda tawa dengan sang adik yang sangat ia sayangi, sang adik merasa heran melihat sang kakak yang terlihat sangat bahagia hari ini, karena ke kepoannya sang adik, akhirnya dia memutuskan untuk bertanya pada sang kakak.
"Kayaknya ada yang lagi seneng nich," Celetuk Sania sembari bermanja ria pada sang kakak.
Karan dan Sania hanya beda 3 tahun, saat ini mereka berdua menuju ke kantin sekolah, walau hanya membeli es saja.
"Entar sore aku bakalan bertemu dengan sahabat kakak," Jawab Karan pada Sania sambil menyeruput es nya.
"Pasti Kirana kan kak," Tebak Sania yang langsung di angguki oleh sang kakak.
"Kenapa kakak masih bersahabat dengan anak orang kaya yang Bapak nya sombong itu sich kak," Cecar Sania pada sang kakak. Karena Sania ingat betul perlakuan Papa Kirana padanya dan juga pada sang kakak waktu itu.
Papa Kirana merendahkan sang kakak dan dirinya, di depan semua para pembantunya, ucapan demi ucapan yang di lontarkan oleh Papa Kirana selalu terngiang-ngiang di telinga Sania sampai saat ini.
"Emangnya kenapa, kalau kakak masih bersahabat dengan Kirana Dek?" Tanya Karan lembut sembari menatap wajah sang Adik yang sedari tadi sedang menatap nya.
"Emang nya kak Karan nggak ingat perlakuan Papa Kirana waktu itu, dia sudah menghina dan merendahkan harga diri kita di depan para pembokat nya kak, aku nggak mau ya kalau kak Karan masih berhubungan baik dengan Kirana, ingat itu. Karena aku benci pada orang yang sudah menginjak nginjak harga diriku,
walaupun kita masih anak anak, tapi aku nggak akan lupa perlakuan dia pada kita waktu dulu," Ucap sinis Sania dan menunjuk sang kakak dengan jari telunjuk nya.
'Aku masih nggak terima dengan perlakuan Papa Kirana, aku akui emang aku orang miskin, tapi akan aku buktikan kelak aku juga bisa sukses,' Gumam Sania pelan sehingga tak di dengar Karan sang kakak.
Lalu Sania langsung meninggal kan sang
kakak di kantin sekolah nya, Karan hanya terdiam sambil mencerna setiap ucapan demi ucapan yang di lontarkan oleh Sania sang adik.
'Mana mungkin aku bisa lupa dengan perlakuan Papa Kirana Sania, tapi yang bersalah adalah Papa nya, bukan Kirana, Papa nya juga yang sudah menghina kami, Kirana tak bersalah mana mungkin aku meninggalkan Kirana begitu saja tanpa alasan yang kuat, sedangkan dia sangat baik padaku selama ini," Gumam Karan, saking frustasi nya Karan mengacak acak rambut nya, karena tak tau harus berbuat apa untuk sekarang ini.
Setelah lama berfikir, Karan memutuskan untuk menyusul sang adik yang ada di halaman belakang sekolah nya.
''Maafkan kakak Dek, kakak belum bisa meninggalkan Kirana untuk saat ini, kakak harus punya alasan agar Kirana bisa mengerti dan bisa menerima penjelasan dariku,'' Ucap Karan di depan sang adik, ya, Karan duduk berjongkok di depan Sania hanya agar Sania bisa memaafkan nya.
Sania tak menghiraukan ucapan sang kakak, dia malah mengalihkan pandangan nya ke samping, Sania merasa jengah melihat wajah sang kakak begitu bahagia nya, ketika mengucapkan akan bertemu dengan temannya.
''Sania nggak ngerti dan nggak tau juga, isi apa di dalam otakmu kak, sampai sekarang aku masih merasa sakit hati yang tak berujung, selama aku belum sukses, hinaan itu akan selalu saya ingat,'' kata Sania mengingat kan hinaan itu kembali.
''Iya, kakak juga tau tentang itu dek? tapi kamu harus ngertiin kakak juga dong dek, selama ini Kirana nggak pernah punya salah sama kakak,'' jawab Karan dengan nada sedih.
''Dan, aku juga nggak mau kamu meninggalkan kakak di sini sendirian,'' tambahnya lagi.
''Terserah kak Karan kalau begitu, Sania angkat tangan dan tak mau ikut campur lagi urusan kak Karan dengan Kirana, Sania capek kak mau ke kelas dulu,'' Ucap Sania mulai beranjak dari tempat duduk nya.
Karan mencoba mencegah kepergian sang adik dengan cara mencekal lengan nya, namun siapa sangka, Sania malah menghempaskan tangan kakaknya dengan begitu kasar. Akhirnya Sania berlalu tanpa melihat kebelakang lagi, Karan masih duduk berjongkok di tempat nya. ''Mungkin ini hanya emosi dia sesaat,'' gumam Karan pelan.
Belum masuk sekolah berbunyi, semua murid yang bersekolah di sana berebutan untuk masuk ke dalam kelas, karena mereka takut akan kena sangsi karena telat kembali ke kelasnya.
*-*-*-*-*-*-*-*-*
''Karan? seandainya kamu tau, aku bakalan pindah dari kota ini, mungkin kita nggak akan bisa bertemu lagi kayak yang kita lakuin setiap harinya, aku akan pindah ke Paris minggu depan,'' lirih nya.
Dengan langkah lesu Kirana melangkahkan kakinya menuju ke kelas nya, setelah tadi dia berdiam diri di kantin sekolah nya tanpa seorang teman di samping nya.
'Percuma aku mengeluarkan air mata sebanyak apapun, karena Karan nggak akan bisa menghalangi kepergian ku esok,' Karina membatin sembari menghapus air mata nya yang sedari tadi sudah keluar tanpa ijin dari si empu.
Jam pulang akhirnya telah tiba. Semua murid mulai dari kelas tiga sampai Kelas enam pada berhamburan keluar kelas setelah Bel berbunyi, tanpa terkecuali Karan dan juga Sania, Karan yang sudah mendapatkan izin dari adiknya Sania, dia pun akhirnya bergegas pergi untuk segera menemui Kirana.Sebelum Karan benar-benar pergi, dia tak lupa untuk menjahili adiknya.
"Kamu memang adikku yang paling cantik dan yang paling manis sedunia,'' Ucap Karan pada saniat saat mau meninggalkan di lorong sekolah nya.
"Au.... Sakit tau kak!!'' Teriak Sania saat Karan sang kakak mencubit pipinya yang tembem.
''Sorry sorry, emang sengaja kok,'' ucap Karan tertawa dan langsung berlari sangat kencang, karena Sania mengejar Karan sang kakak, dengan segera Karan mengambil sepeda ontel nya di parkiran sekolah, setiap harinya Karan dan Sania membawa sepeda sendiri-sendiri.
''Awas saja kamu kalau nanti pulang ke rumah!!'' teriak Sania geram pada Karan, namun yang di teriaki sudah jauh pergi mengayuh sepedanya.
Pulang dari sekolah Karan langsung menuju ke rumah Kirana, sesampainya di sana seperti biasa yang Karan lakukan saat sudah sampai di rumah Kirana.
Karan memanjat pohon di dekat kamar Kirana, Kirana yang melihat nya pun segera membuka jendela kamarnya.
''Karan ayo cepat,'' Bisik Kirana pada Karan yang belum sampai di atas.
Karan hanya mengkode dengan tangan dan beberapa kali anggukan. ''Lama banget,'' celetuk Kirana dari atas.
Huf...huft...huft...
Karan yang masih ngos ngosan di luar jendela Kirana hanya bisa memelototi Kirana saja, yang sedari tadi hanya menyuruh cepat, cepat, dan cepat.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
up up up, makin seru🤗semangat thor syayank😍
2022-07-08
1