Akhirnya Karan dan juga Kirana memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing, karena matahari sudah berada di atas kepala.
Mereka mengayuh sepeda ontel nya, sampai di pertigaan jalan, mereka pun akhirnya berpisah, karena rumah mereka berbeda arah.
"Karan!! Jangan lupa besok aku tunggu kamu seperti biasanya," Teriak Kirana sebelum berbelok ke jalan arah rumah nya.
Aku tak menjawab ucapan Kirana, karena aku hanya fokus ke jalanan saat ini, ''Sebenarnya kalau boleh ku jujur hatiku teramat sakit, ketika mengingat semua ucapan Ayah dari Kirana.'' Gumamku terus mengayuh sepeda ontel ku yang biasa aku naiki.
"Kamu hanya seorang anak dari keluarga yang sangat miskin! dan, apa kamu bilang? kalau kamu adalah teman Kirana Puteri ku!!'' Ucap Pak Lukman dengan lantang seraya menunjuk ke muka Karan dan juga Sania.
''Kamu hanya seorang penjilat, yang pura-pura baik dan mau berteman dengan Kirana, hanya untuk memanfaatkan putriku saja," Teriak Pak Lukman lagi pada Karan waktu itu.
"Dan ingat!! Kamu nggak pantas menjadi teman dari putri seorang konglomerat, seperti Putri saya, saya sarankan dari sekarang, kamu untuk meninggalkan Putriku, aku berharap kamu punya rasa malu, karena kita beda level dan juga beda kasta. Sebelum kesabaran ku hilang cepat keluar dari rumahku!!'' Ucap nya lagi dengan ketus, sedangkan tangan nya mengacung mengarah ke pintu agar aku cepat pergi, aku hanya merasakan kesedihan waktu itu, tanpa tau harus menjawab apa pada Ayah Kirana. Aku menatap Sania yang terus saja menangis, linangan demi linangan aku hapus dari pipi Adikku. Adik yang selama ini sudah merasakan kebahagiaan setelah kepergian sang Ayah, namun kini aku membuat dia merasakan kesedihan kembali.
Sedangkan Kirana terus membela ku, Kirana mulai berdebat dengan sang Ayah. ''Cukup Pa! hentikan semua perkata'an mu yang menyakitkan itu, Karan bukan orang seperti itu, Kirana lah yang meminta Karan untuk menjadi teman Kirana, Papa nggak boleh menghina temanku seperti itu, Papa nggak pantas menghina nya!?'' Ucap Kirana lantang, dengan berderai air mata Kirana menghampiri Aku dan juga Sania di dekat pintu, namun belum juga Kirana sampai di dekat ku, Papa nya sudah mencekal tangan Kirana, agar dia tak menghampiri ku yang berdiri mematung di dekat pintu.
Kirana meronta ronta di dekapan Papanya, namun sang Papa tak menghiraukan teriakan demi teriakan yang di keluarkan oleh Kirana.
''Cepat usir mereka berdua, dan ingat? jangan sekali kali mengijinkan mereka berdua untuk datang lagi ke rumah ini, kalian mengerti!!'' sentak Papa nya Kirana seraya menggendong sang Putri di atas bahu nya.
''Maaf, sebaiknya kalian pulang saja dulu, besok bisa kembali lagi ke sini,'' Ucap ramah sang kepala pelayan, aku hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan kepala pelayan di rumah Kirana.
Kepala pelayan mengantarkan aku dan juga adikku ke depan gerbang, setelah keluar dari gerbang pelan pelan aku mengusap dadaku pelan, kutahan agar air mataku tak jatuh menetes di hadapan Sania Adikku, Ku akui Pak Lukman adalah seorang Bapak yang teramat sombong.
Dari sanalah tekad ku menggebu-gebu, agar kelak aku lebih sukses dari pada Ayah Kirana.
Semua kepedihan aku simpan sendiri, tanpa mau memberi tahukan pada ibuku, biarlah sakit hati ini aku saja yang merasakan, aku tak mau menambah kesedihan Ibu yang selama ini merawat ku dengan kasih sayang nya.
Aku dan Sania memilih untuk pulang ke rumah setelah di usir dari rumah Kirana, di perjalanan pulang, aku mewanti wanti pada Adikku agar tak menceritakan semua kejadian hari ini pada Ibu di rumah, Sania yang di pesan hanya mengangguk kan kepala nya tanpa menjawab sepatah katapun yang aku ucapkan. Aku menoleh pada Sania yang masih terus saja menangis.
''Sudah lah Adik, tak usah menangis lagi hanya karena hina'an ini, berdo'alah dan meminta kepada sang Khalik agar kelak derajat kita di angkat dan menjadi orang yang sukses,'' Ucapku pada Sania.
''Iya kak, berjanjilah padaku kalau kamu akan membalas semua perlakuan Papa Kirana pada kita,'' jawab nya, dan menghapus air mata nya yang terus menerus membanjiri kedua pipi nya.
''Iya, kakak berjanji,'' Ucap ku memegang tangan Sania Adikku.
*-*-*-*-*-*
Sesampainya di rumah, Kirana langsung masuk dari gerbang depan, karena
gerbang belakang sudah di kunci oleh pekerja rumah nya, mungkin karena Pak Lukman sang Ayah sudah pulang dari kantor dan diapun sudah tau kalau Kirana sang Puteri menemui Karan lagi, berulang kali sang Ayah mengingat kan Kirana sang Puteri, agar ia menjauh dari kehidupan Karan, karena menurut Pak Lukman Ayah-nya Kirana, Karan tidaklah selevel dengan nya. Kirana adalah Puteri satu satu-nya, makanya Papa nya melarang nya untuk berteman dengan Karan yang hanya seorang anak dari keluarga miskin.
"Kalau boleh aku membenci Ayahku, mungkin akan aku lakukan, namun sekarang ini yang aku punya hanyalah Papa yang Kirana punya," Gumam Kirana saat melewati seorang penjaga yang sudah lumayan lama menunggu kedatangan sang majikan kecil nya.
Sampai di dalam rumah Kirana melewati Pak Lukman Papa nya, begitu saja saat melintas di ruang tamu.
Pak Lukman akhirnya menutup koran yang sedang ia baca, seraya berkata, "Dari mana saja kamu setengah hari ini," Tanya-nya tegas, namun Kirana hanya acuh tak acuh mendengar ucapan Papa nya.
Kirana tak menghiraukan perkata'an sang Papa, dia terus berjalan menuju kamar nya yang ada di lantai dua, tanpa menoleh pada sang Papa. Kirana langsung mengunci pintu di saat dia sudah berada di dalam kamar nya.
Sinar Matahari sudah ter gantikan dengan sinar Rembulan, Kirana membawa sebuah komik yang baru ia beli kemarin bersama Karan sang teman.
Kirana menuruni anak tangga menuju ruang tamu yang terletak di lantai dasar.
Di ruang tamu Kirana duduk santai sambil membaca komik kesuka'an nya, lalu tak lama kemudian Pak Lukman Papa nya menghampiri Kirana dan berkata.
"Kirana, minggu depan kita akan pindah ke Paris," Ucap Papa nya Kirana sembari mengambil komik Kirana sang anak.
Kirana hanya bisa meneteskan air mata nya dan tidak menjawab sepatah
katapun. Sedangkan Papa nya terus mengeluarkan kata kata yang tak di sukai Kirana, sampai akhir nya Kirana pun menjawab perkata'an dari sang Papa, "Cukup pa!!'' Teriak Kirana yang langsung berdiri dari tempat duduk nya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments