Penakluk CEO Plus-Plus
"Enak?"
Pria bernama Marvin Nicholas Sievert tersebut bertanya pada perempuan muda, yang baru saja ia selesaikan di sebuah kamar.
"Iya, om." jawab perempuan itu sambil tersenyum.
Marvin menarik salah satu sudut bibirnya, kemudian pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama ia kembali dan membuka laci meja. Kemudian ia mengambil lalu menyerahkan sejumlah uang cash pada perempuan muda itu.
"Wah, banyak banget om." ujar si perempuan dengan wajah yang sumringah.
"Ambil dan tinggalkan tempat ini dalam lima belas menit." ujar Marvin.
"Oke."
Perempuan muda itu beranjak, mengambil pakaiannya lalu menuju kamar mandi. Tak lama ia telah kembali rapi seperti saat pertama kali datang.
Ia mengumpulkan sejumlah uang yang tadi diberikan oleh Marvin dan memasukkannya ke dalam tas.
"Aku pulang ya, om." ujarnya kemudian.
"Ya." jawab Marvin singkat.
Perempuan muda itu segera bergegas keluar dari kamar dan menuju ke lantai bawah. Di bawah ia berjingkrak-jingkrak karena mendapatkan uang yang lebih dari ekspektasinya sendiri.
Sementara di atas Marvin mendapat telpon dari seseorang. Tak lama ia pun bersiap. Pertama-tama pria itu kembali ke kamar mandi dan benar-benar membasahi tubuh di bawah terpaan shower. Ia juga menggunakan sampo dan sabun dengan wewangian yang berkelas.
Usai mandi ia keluar lalu mengeringkan badan. Kemudian ia membuka sebuah ruangan, yang merupakan ruang tempat dimana seluruh pakaian dan suit mahalnya berada.
Pria itu memilih salah satu diantaranya. Kemudian ia berganti di ruangan tersebut. Tak lama pria tampan dengan tinggi 185cm itu keluar, ia tampak telah mengenakan salah satu suit favoritnya. Lengkap dengan jam tangan super mewah koleksi terbaru yang ia beli minggu lalu.
Telpon kembali berdering, Marvin yang juga telah memakai sepatu itu meraih tas kerja miliknya. Kemudian ia juga meraih kunci mobil dan turun ke bawah.
Ia keluar, dan pintu rumahnya terkunci secara otomatis. Pria itu kemudian masuk ke dalam sebuah mobil sport seharga dua belas milyar, lalu tancap gas meninggalkan kediamannya.
***
Kantor perusahaan Sievert.co. Pagi hari sebelum peristiwa di kamar Marvin terjadi.
Seorang gadis berpakaian ala pekerja kantor namun seksi masuk ke pekarangan gedung tersebut. Dengan sebuah map berwarna biru ditangannya.
Map itu berisi lamaran pekerjaan. Dimana ia akan melamar untuk posisi sekretaris yang saat ini tengah kosong.
Menurut informasi yang ia dapat dari temannya. Posisi sekretaris di Sievert.co memang tak ada yang mengisi. Terhitung semenjak sekretaris lama resign lantaran menikah, dan si suami cemburu kepada bos di perusahan tersebut.
"Dert."
"Dert."
Handphone si gadis bergetar, ia pun lalu mengangkat panggilan yang masuk.
"Hallo, Dinda."
Terdengar suara di seberang. Gadis bernama Dinda itu kemudian menjawab.
"Iya hallo, Ren." ujarnya.
"Lo udah sampe?" tanya Reni.
"Udah, gue di lobi nih." ujar si gadis lagi.
"Ntar lo bilang ke resepsionis, mau ketemu bu Hilda HRD. Ntar biar dia ngarahin lo dimana ruangan si bu Hilda itu." ujarnya kemudian.
"Oh, oke." jawab Dinda.
"Lo dandan abis-abisan kan?" tanya Reni.
"Iya beb, sesuai instruksi lo." jawab Dinda.
"Bagus, karena syarat melamar di kantor itu harus good looking. Kalau cowok harus good looking, smart, punya visi-misi dan kreatif. Kalau cewek mesti good looking dan penampilan berkelas." ujar Reni.
Dinda mematut dirinya di depan kaca lobi dan memperhatikan penampilannya hari itu.
"Ini gue udah cukup oke koq." ujar Dinda lagi.
"Oke, good luck ya beb." ucap Reni.
"Makasih beb, semoga aja." ujar Dinda.
Tak lama telpon tersebut pun di sudahi dan Dinda kini masuk ke pintu lobi otomatis. Sesuai instruksi dari Reni, segera ia menghadap ke resepsionis dan bertanya dimana ia bisa menemui bu Hilda.
Awal melihat look resepsionis tersebut, Dinda langsung insecure. Sebab resepsionis tersebut dandanannya lebih elegan, fashionable, dan mirip seperti artis Korea.
Resepsionisnya saja sudah begini, bagaimana dengan yang lainnya nanti. Dinda takut tak diterima, sedang ia sangat butuh pekerjaan.
"Mari saya antar." ujar si resepsionis tersebut.
Dan ketika si resepsionis berdiri, Dinda makin tenggelam dalam insecure. Sebab resepsionis itu ternyata memiliki tinggi sekitar 168cm dan ditambah high heels. Tubuhnya langsing namun proporsional.
Sedang Dinda hanya bertinggi 159cm saja, dan memiliki sedikit lemak di bagian perut. Resepsionis tersebut mengantar Dinda hingga ke muka ruangan bu Hilda.
"Saya langsung masuk aja, mbak?" tanya Dinda.
"Iya, langsung masuk aja." jawab resepsionis tersebut.
Dinda lalu mengetuk pintu.
"Tok, tok, tok."
"Silahkan masuk!" terdengar suara dari dalam.
Dinda pun membuka pintu lalu masuk. Tampak seorang perempuan yang tengah berdiri menghadap kaca gedung, kemudian menoleh.
Lalu seperti ada sinar-sinar bling-bling yang menyertai. Membuat Dinda yang sudah insecure sekali, menjadi insecure berkali-kali.
Pasalnya wanita bernama Hilda itu juga sangat cantik. Tak kalah cantik dengan si resepsionis yang tadi mengantarnya. Dinda makin takut tak diterima.
"Maaf bu, boleh saya duduk?" tanya Dinda yang sejak beberapa detik lalu tak dipersilahkan.
"Oh nggak usah, kamu yang mau jadi sekretaris bos disini kan ?" tanya bu Hilda dengan nada yang tak begitu mengenakkan telinga.
"I, iya bu." jawab Dinda dengan terbata-bata.
"Lihat ke kaca besar yang ada di belakang kamu itu!" perintah bu Hilda.
Dinda pun lalu menoleh. Tampak dirinya ada di pantulan kaca tersebut.
"Lihat look dan outfit kamu. Kamu seperti calon sekretaris di kantor yang gajinya dibawah UMR."
Dinda benar-benar tersentak hatinya kali ini. Ia bukan lagi insecure melainkan seperti jatuh ke dalam got hitam.
"Di setiap iklan yang kami pasang di mana-mana. Sudah jelas syarat melamar ditempat ini, di utamakan yang good looking. Good looking dalam artian secara keseluruhan. Mulai dari tampilan wajah, rambut, dan juga selera outfit yang digunakan. Semuanya harus selaras dan sepadan. Tidak bisa asal-asalan, karena itu perintah langsung dari bos." ujar bu Hilda.
Dinda makin terdiam, dan merasa tubuhnya sudah tak dapat lagi bergerak kemanapun.
"Sekarang kamu bawa lamaran kamu dan keluar dari ruangan ini." ujar bu Hilda.
Dengan penuh kekesalan Dinda pun keluar dari ruangan tersebut. Di muka pintu ia berpapasan dengan seorang gadis super good looking dan berwajah blasteran.
Di tangan gadis itu juga terdapat sebuah map dan tampaknya ia juga hendak melamar di posisi sekretaris.
Mental Dinda makin down, sebab ia sudah di tolak mentah-mentah dan kini saingannya merupakan wanita yang lebih segala-gala dari dirinya.
Ia tak mungkin bisa mendapatkan posisi sekretaris itu dan pupuslah sudah harapannya. Ia melangkah masih dengan kekesalan yang memuncak lalu mencari dimana lift berada.
"Lo dimana?" ujarnya seraya menelpon seorang teman.
"Gue masih kerja, Din. Kenapa?" tanya temannya itu.
"Ntar malem nge-club yuk!. Bete gue hari ini, sumpah." ucap Dinda dengan nada seperti marah.
Ia kini telah keluar dari pintu lobi Sievert.co.
"Bete kenapa lo?" tanya temannya lagi.
"Pokoknya ntar aja gue ceritain, biar puas."
"Oke-oke berkabar aja." tukas temannya itu. Dinda pun lalu menyudahi telpon dan menyetop sebuah taksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lovely
baru baca dah jijik ma tokoh cowok tuakng clup sana sini ganteng kaya tapi murahan 😜
2022-08-29
1
남성
mampir
2022-08-21
1
Enyda Fitri
hadir🙋
2022-08-15
0