Masih dengan kekesalan yang belum mereda sejak tadi siang, Dinda menemui temannya Zara di sebuah bar yang biasa mereka datangi. Ia memesan minuman beralkohol dua botol sekaligus.
"Lo pesan minuman banyak banget, udah tau keuangan lo lagi soak. Sugar daddy lo udah nggak mau kasih duit lagi, sejak punya sugar baby baru."
Zara berkata pada Dinda seraya mereguk satu sloki minuman yang ia tuang. Sementara Dinda sudah mereguk tiga sloki sejak tadi.
"Biarin aja lagi bete gue." ujar Dinda lalu kembali menuang minuman.
"Bete kenapa sih?" tanya Zara penasaran.
"Gue kan ngelamar kerja nih, buat posisi sekretaris." ujar Dinda.
"Ngelamar dimana?" tanya Zara.
"Di Sievert.co." jawab Dinda.
"Terus?"
"Gue langsung di tolak dong, gara-gara gue katanya kurang good looking."
"Hah, serius?" tanya Zara tak percaya.
"Iya, beneran. Jadi tuh pas gue masuk ke ruangan HRD nya. Gue nggak dikasih duduk, terus malah di suruh balik badan dan ngaca. Di situ ada kaca gede, dan dia ngeroasting penampilan gue habis-habisan. Sampe gue rasanya kaku dan malu banget, sumpah." ujar Dinda lagi.
"Ih parah banget, koq ada kantor yang kayak gitu?" tanya Zara heran.
"Ya lo tau sendiri kan di negara kita, kalau mau melamar kerja syaratnya cuma dua. Satu orang dalem, satunya good looking." tukas Dinda kesal.
"Tapi lo kan lumayan good looking, Din. Emang seisi kantor itu se-good looking apa, sampe itu HRD berani menghina penampilan lo." tukas Zara lagi.
"Ya, mereka..." Dinda agak menjeda ucapannya dengan menarik nafas agak dalam.
"Cantik sih." ujarnya kemudian.
"Cantik banget?" Lagi-lagi Zara bertanya.
"Banget." jawab Dinda.
"Kayak Idol K-Pop dan model papan atas pokoknya." lanjut perempuan itu.
Sementara itu di pintu depan bar tempat dimana Dinda berada. Seorang pria tampan bertubuh atletis, dan mengenakan setelan suit mahal tampak masuk bersama dua rekannya.
"Selamat malam pak bos Marvin." Sapa sang resepsionis.
Marvin dengan gayanya yang cool hanya menarik salah satu sudut bibirnya. Ia dan kedua temannya yakni Igor dan juga Dean masuk kedalam dan langsung menuju ke arah table yang telah di reservasi.
"Sebel banget tau gue."
Dinda masih mengoceh, namun Zara menatap ke suatu arah dengan bibir yang menganga. Persis orang yang roh-nya diambil Dementor, tokoh dalam film Harry Potter.
"Lo kenapa?" tanya Dinda heran.
Zara tampak menunjuk-nunjuk dan seperti tak mampu untuk bicara. Dinda mengikuti arah pandangan sahabatnya itu. Dan akhirnya ia pun seperti tengah menghadapi Dementor. Ia kaget dengan bibir yang sama menganga.
"Ga, ganteng banget." ujarnya seperti terhipnotis.
Ia melihat ke arah Marvin yang tengah melintas bersama Igor dan juga Dean. Pucuk dicinta ulam pun tiba, entah mengapa Marvin merasa perlu menoleh ke suatu arah.
Padahal yang melihatnya sampai menganga bukan hanya di satu sisi saja, melainkan di berbagai sisi. Namun ia menoleh ke arah Dinda dan juga Zara. Seketika Dinda dan Zara pun menjadi kaku.
Kemudian tanpa memberikan reaksi apa-apa Marvin lanjut berjalan, hingga tiba di sebuah meja di pojok bar. Ia dan kedua temannya duduk di tempat tersebut.
"Anjrit ganteng banget, sumpah."
Dinda berujar seperti orang yang tidak pernah melihat pria tampan sebelumnya. Agak sedikit norak namun ia jujur pada apa yang ia ucapkan.
"Dua temannya juga ganteng lagi. Sayang meja mereka jauh." Zara menimpali.
"Mana remang lagi ini lampu." tambah Dinda.
"Coba Din, lo pura-pura ke toilet." ujar Zara.
"Gue yang jaga meja, ntar kita gantian." ujarnya lagi.
"Oke."
Maka Dinda pun berdiri. Ia merapikan rambut dan dress yang ia kenakan. Kemudian wanita berusia 23 tahun tersebut mulai melangkah.
Ia menuju ke arah toilet dan benar saja. Sesuai dugaannya meja si tampan berada pada jalur yang ia lewati.
Jantung Dinda langsung dah, dig, dug. Di sekitar si tampan juga banyak terdapat ladies yang mencuri-curi pandang bahkan cari perhatian.
Dinda pergi ke toilet dan sesampainya disana, ia tidak melakukan apa-apa. Hanya pura-pura mencuci tangan di wastafel, kemudian menunggu selama beberapa saat lalu kembali keluar.
Ia melintas lagi di dekat si tampan. Namun kemudian seseorang yang tampak terburu-buru menabrak bahunya.
"Braaak."
Dinda oleng, kemudian terjatuh ke arah si tampan. Si tampan yang belum ia ketahui namanya tersebut refleks menangkap tubuhnya.
Untuk beberapa saat Dinda memanfaatkan momen dengan menatap wajah si tampan. Sementara tangan si tampan masih melingkar di tubuhnya.
"Hati-hati." ujar si tampan itu padanya.
"Sorry." jawab Dinda lalu tersenyum.
Tak lama posisinya sudah kembali berdiri tegak. Dengan jantung yang kian berdegup kencang Dinda kembali ke mejanya.
"Zar, gue mau jatuh dan dia nangkap badan gue dong." ujar Dinda sambil senyum-senyum sendiri.
"Oh ya?" tanya Zara sambil tertawa kecil.
"Iya ganteng banget, anjir." ujarnya kemudian.
"Permisi."
Seseorang terdengar bersuara di belakang Dinda. Ia dan Zara pun seketika menoleh. Keduanya terkejut karena itu adalah suara dari salah satu teman si tampan, yang kebetulan juga tak kalah good looking. Dinda dan Zara jadi ketar ketir dibuatnya.
"Mmm, iya mas. A, ada apa ya?" tanya Dinda dengan nada terbata-bata.
"Saya, Dean. Teman saya tadi mau minta mbaknya gabung disana, sekalian sama mbak yang ini. Kalau kalian berminat, tapi kalau tidak berminat juga tidak apa-apa." ujar Dean.
Zara menyenggol kaki Dinda dengan kakinya. Bermaksud memberi kode agar perempuan itu menerima saja ajakan tersebut.
"Oh, oke." jawab Dinda secara pasti."
Tak lama mereka pun membawa minuman dan gelas mereka, dibantu oleh Dean. Mereka sengaja tak memanggil waitress, karena hanya membawa sisa satu botol minuman dan juga dia gelas sloki. Mereka tiba di meja si tampan dan dipersilahkan duduk.
"Hai, saya Igor."
Salah satu teman si tampan selain Dean memperkenalkan diri.
"Dinda."
"Zara." jawab keduanya di waktu yang berdekatan.
"Ini Marvin, teman kami. Dia yang meminta kalian untuk gabung disini." ujar Igor.
"Oh, hai." ujar Dinda.
Marvin masih dengan gayanya yang cool, ia hanya menggerakkan sedikit kepala dan matanya. Tanda ia menerima kehadiran perempuan tersebut.
Waktu berlalu, akhirnya mereka semua terlibat obrolan. Sesekali terdengar canda tawa dari Igor dan juga Dean, yang memang suka membicarakan hal-hal lucu. Marvin sendiri tak begitu banyak bicara ataupun tertawa.
Lambat laun Igor mulai berani merangkul Zara. Sedang Marvin mulai memperhatikan gerak-gerik Dinda yang kadang menyentuh tangannya, atau sekedar gelendotan di bahu pria itu.
Musik semakin gegap gempita dan malam semakin larut. Dinda berakhir di pelukan Marvin dalam keadaan yang cukup mabuk, namun masih sadar dan bisa diajak komunikasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lovely
Dinda marvin SM murahany🥵
2022-08-29
1
hadiya nur Jannah
wah dua"nya di jalur oleng tuh kirain salah satunya lurus
2022-07-04
3
fhayy
ini si Dinda nya pernah jadi sugar baby ya ceritanya.. wahh menarik hehe 😀✌️ sama2 orang yang somplak nih
2022-07-04
5