Malam itu di floor, saat Dinda dan Zara bergoyang di hadapan Igor dan juga Dean. Banyak perempuan yang belum mabuk melihat mereka dengan tatapan iri dengki.
Apalagi ketika Dinda akhirnya merasa lelah dan kembali ke meja, tempat dimana Marvin berada. Ada banyak cibiran disana-sini yang tidak ia dengar.
"Cowok-cowoknya ganteng banget, ceweknya biasa aja."
Begitulah kebanyakan bunyi dari cibiran tersebut. Beberapa diantaranya seakan hendak menelan Dinda dan Zara hidup-hidup.
Malam terus menanjak. Dinda semakin dekat pada Marvin, sedang Zara telah berada di pelukan Igor secara utuh.
Sementara Dean masih sadar dan tak terlalu mabuk. Ia terlihat santai dan kembali ke meja lalu minum.
Dinda merebahkan kepala dengan berani di bahu Marvin, sebab sudah terlanjur hasratnya bergejolak.
Marvin yang memang seorang Cassanova tersebut tak ingin melewatkan kesempatan. Ia menoleh kemudian mencium bibir Dinda di hadapan Dean.
Tak lama keduanya sudah berada di kamar hotel, yang letaknya ada di samping bar. Igor dan Zara pun demikian.
Kebetulan ruangan yang mereka booking berdekatan. Sehingga rintihan demi rintihan yang terdengar seolah bersahut-sahutan.
Dean sendiri tertidur di kamar yang lain. Pria yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam tersebut hanya minum beberapa sloki saja untuk menghargai Marvin serta Igor.
Marvin dan Igor sendiri memahami dan tak pernah memaksa sahabat mereka tersebut. Sebab mereka tau setiap harinya Dean harus bekerja di sebuah rumah sakit.
Dan selama bersahabat, Dean selalu menjadi alarm yang mengingatkan Marvin serta Igor. Apabila mereka sudah kelewat batas. Meskipun Marvin dan Igor sendiri kadang masih sering ngeyel.
***
Pagi hari, usai ranjang hotel berderit sebanyak dua ronde. Dinda terbangun dengan tubuh yang begitu pegal. Namun di bagian perut bawah terasa nikmat.
Akibat Marvin yang menggempurnya semalam, lalu mengisi dirinya dengan kehangatan.
Dinda menoleh ke sebelah, namun pria tampan itu sudah tidak ada. Tak lama ia terlihat muncul dari dalam toilet dengan pakaian yang sudah rapi.
Meski Dinda yakin jas yang dikenakan pria itu berbau alkohol. Mengingat semalam mereka minum cukup banyak.
"Berapa nomor rekening kamu?" tanya Marvin pada perempuan itu.
Dinda tau Marvin akan membayar dirinya dan ia tak masalah dengan hal tersebut. Toh selama ini juga ia memiliki seorang sugar daddy yang selalu memberinya uang serta fasilitas.
Meski ia berharap hubungan ini tak hanya berakhir sampai disini saja, namun ia akhirnya memberikan nomor rekening.
Tak lama Marvin menunjukkan bukti transfer sejumlah uang yang nominalnya cukup membuat Dinda tercengang.
Ia hendak berjingkrak-jingkrak saat itu juga, namun masih menjaga sikap. Supaya tidak terlihat terlalu norak serta murahan.
Walaupun dengan dibayar seperti itu, ia sudah menunjukan kualitas dirinya yang tak mahal.
"Thanks." ujar Dinda kemudian.
"Oke, saya harus pulang karena pagi ini ada meeting penting di kantor." ucap Marvin.
"Saya juga harus interview lagi di tempat lain." tukas Dinda.
"Masih mencari pekerjaan?" tanya Marvin pada perempuan itu.
"Ya." jawab Dinda.
"Kemarin sih udah interview juga, tapi ketemu kantor yang aneh banget." lanjutnya lagi.
"Aneh?" tanya Marvin seraya mengerutkan dahi.
"Iya, masa saya langsung di tolak karena dinilai kurang good looking sama HRD nya."
Marvin menoleh dan menatap wanita itu.
"Kamu melamar untuk posisi apa?" tanya-nya kemudian.
"Sekretaris." jawab Dinda.
"Nama perusahaannya?" tanya Marvin lagi.
"Sievert.co." Lagi-lagi Dinda menjawab.
Marvin diam. Dengan gayanya yang tetap cool ia meraih jam tangan yang semula ia lepas, dan ia letakkan di atas meja.
Ia kemudian memakai kembali jam tangan tersebut. Tak lama ia pergi meninggalkan kamar hotel. Zara mengirim pesan pada Dinda.
"Beb, lo dimana. Gue di hotel Sky Tower Grand Galaxi nih." ujarnya.
"Sama, gue juga." jawab Dinda.
"Lo dikamar nomor berapa?" tanya Zara lagi.
"406, Lo kesini aja!. Kita sarapan bareng ntar." ujar Dinda.
Tak lama Zara pun menyambangi kamar dari temanya itu.
"Eh, cong. Sama siapa lu semalam?" tanya Dinda pada Zara.
"Sama Igor." jawab Zara.
"Oh, gue pikir sama Dean." ucap Dinda lagi.
"Dean mah kayaknya cowok rumahan dan agak penakut gitu sama cewek." tukas Zara.
Dinda tersenyum.
"Tapi Igor oke dong?" Godanya sambil mengangkat alis. Zara ikut-ikutan tersenyum.
"Okelah, lumayan ganas juga." tukas Zara.
"Lo dikasih duta kan sama dia?. Apa gretong?"
Dinda bertanya apakah urusan semalam bersifat free atau berbayar.
"Dikasih dong, dua jeti." jawab Zara.
"Oh, sama." Dinda berdusta.
Padahal ia diberi berkali-kali lipat dari itu oleh Marvin. Ia tak jujur untuk menghindari rasa iri dari temannya tersebut.
"Ya udah kita ke bawah yuk, sarapan." ujar Dinda lagi.
"Yuk!"
Mereka berdua keluar dari kamar hotel dan menuju ke bawah, guna mengambil breakfast.
"Waw, makanannya enak-enak cong." bisik Zara di telinga Dinda.
"Ember, hotel mevvah ya gini."
Keduanya lalu cekikikan dan mengambil sarapan yang mereka inginkan. Mereka lalu mencari tempat duduk dan menikmati makanan disana.
"Kacau sih ini makanannya, enak banget." ujar Dinda yang saat ini masih menikmati sup cream jagung serta roti bawang.
"Iya, cobain nasi gorengnya deh cong. Juara, endolita parah." ujar Zara.
"Ntar, gue ngabisin ini dulu." ucap Dinda.
"Eh, semalem gimana sih sama si Marvin?"
Zara mulai kepo.
"Ya gede dan mantap cong." ujar Dinda.
Lalu keduanya sama-sama tertawa.
"Igor sendiri gimana?" tanya Dinda.
"Hmmh, asik pokoknya."
"Semoga aja abis ini berlanjut, soalnya semalem si Marvin ada minta nomor gue."
"Sama, Igor juga. Kayaknya mereka tajir melintir deh." ujar Zara.
"Ember, jam tangannya aja mahal banget itu. Sugar daddy gue punya soalnya." tukas Dinda lagi.
"Eh tapi kalau lo sama si Marvin, sugar daddy lo gimana tuh?" tanya Zara.
"Kan gue udah nggak sama dia lagi. Dia udah kesengsem sama sugar baby yang masih 18 tahun itu." ujar Dinda.
"Ya udah cong, embat aja si Marvin. Masih lumayan lebih muda ketimbang sugar daddy lo yang udah bau tanah itu." ucap Zara.
"Ember." Dinda berseloroh.
"Udah gitu nggak tahan lama lagi. Gue mau ya karena dia tajir aja. Sekarang mah, gue mau yang tajir tapi muda dan performanya kuat. Ngapain gue sama kakek Sugiono." lanjutnya kemudian.
Kedua perempuan itu tertawa-tawa. Tak lama handphone Dinda pun berbunyi.
"Siapa tuh, Din?. Marvin kali." ucap Zara.
Dinda menilik ke handphonenya.
"021?. Siapa ya?" tanya-nya kemudian.
"Telpon kantor itu biasanya." ujar Zara.
Dinda lalu mengangkat telpon tersebut dan mendengarkan seseorang berbicara di seberang sana.
"Apa?. Saya di terima di Sievert.co?"
Dinda kaget sekaligus tak percaya pada apa yang ia dengar. Ia tak mengerti keajaiban apa yang telah terjadi.
"Iya, diharapkan kamu bisa langsung bekerja hari ini. Di tunggu sampai jam 11 siang."
Bibir Dinda menganga.
"O, oke, oke. Sa, saya segera berangkat." ujarnya kemudian.
Telpon tersebut di sudahi.
"Lo kenapa, cong?" tanya Zara heran. Pasalnya wajah Dinda masih terlihat tegang.
"Gue diterima, Zar." ucapnya setengah berteriak.
"Gue diterima di Sievert.co." lanjutnya lagi.
Zara pun sama terkejut, namun kemudian keduanya tampak sama-sama senang.
"Serius, Din?" tanya Zara dengan ekspresi sumringah.
"Iya, gue harus pulang sekarang."
"Ya udah buruan abisin dulu." ucap Zara.
Maka Dinda pun buru-buru menghabiskan makanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Maple🍁
Sma² pmain hndal ternyata aqq kra cwex polos ehh tau²x udh senior🤭😁
2023-05-30
0
lovely
ccok lah s Dinda ma c Marvin sam2 tukang main ga ada ahlaq🥴🥴
2022-08-29
1
Melya Siena Siena
tau aja ini othor pilih karakter👍
perempuan polos, miskin dan perawan sdah biasa dalam novel makanya othor bikin cerita yah seperti fakta gitu di dunia sekarang ini cewe polos dan masih perawan itu sudah langkah😂😂
terap semangat thor
2022-07-27
2