Edgar dan Sebuah Rahasia

"Happy birthday to you."

"Happy birthday to you, Bambang."

"Happy birthday Kuyang."

Edgar O'Brien Panggabean yang hari ini genap berusia 15 tahun tertawa. Usai teman-teman akrab sekaligus teman sekolahnya menyanyikan lagu happy birthday, dengan sentuhan irama lokal yang membagongkan.

"Happy birthday, bro. Selamat panjang anu." celetuk Ello sahabatnya.

"Semoga Edgar nggak jomblo lagi." Angga menimpali.

Hadirin pun tertawa.

"Bangsat." ujar Edgar kemudian.

"Dan semoga Edgar kalau tidur nggak ileran mulu." Dino turut meramaikan suasana.

Para undangan makin tertawa dan terus merekam semua itu dengan handphone mereka. Sementara Edgar tampak sewot.

"Kapan gue pernah ngiler?. Elu." ujarnya kemudian.

"Udeh Gar, buruan potong kuenya!. Kita udah nggak sabar pengen langsung ke acara makan." Celetuk salah seorang gadis.

"Hahahaha." Hadirin kembali tertawa termasuk Edgar sendiri.

"Bener, Gar. Udah laper." Yang lain mengompori.

Maka host acara tersebut pun kemudian mengajak mereka semua untuk kembali bernyanyi.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya tolong buruan, tolong buruan, tolong buruan."

Edgar tak henti-hentinya tertawa. Ia kemudian memotong kue dan memberikan potongan pertama untuk ayahnya, Edward Panggabean. Seorang lawyer sukses yang cukup terkenal di negri ini bahkan di luar.

Kekayaannya diperkirakan mampu bertahan hingga tujuh turunan. Ia memiliki begitu banyak aset mulai dari properti, kendaraan, hingga tanah dimana-mana.

"Happy birthday, Edgar. Semoga Edgar menjadi anak yang baik." ujar Edward.

"Aamiin." Celetuk hadirin secara serentak.

"Jangan ngeselin papa terus." lanjut pria itu sambil tertawa. Edgar sendiri menahan senyum.

"Aamiin."

"Jangan bikin anggaran papa makin membengkak."

"Aamiiiiiin."

Hadirin makin panjang mengucap doa.

"Bener banget, om. Edgar malah ada rencana mau pake kartu kredit punya om buat beli laptop gaming baru." celetuk Angga.

Edgar rasanya ingin mengirim sahabatnya itu ke matahari.

"Nggak ada, pa. Edgar nggak berniat seburuk itu." Edgar membela diri.

Edward terus mengungkapkan harapan-harapannya terhadap sang anak. Diiringi celetukan dan tawa dari para teman dekat Edgar.

Kemudian semua itu diakhiri dengan pelukan. Edward sempat menitikkan air mata saat memeluk anak itu, begitupula dengan Edgar. Namun teman-temannya menyemangati dengan bertepuk tangan dan bersorak-sorai.

Setelah semua prosesi selesai, mereka semua makan sambil mendengarkan musik dari DJ. Meski tak begitu gegap gempita mengingat ini masih siang. Jika terlalu heboh bisa-bisa pak RT dan tetangga akan protes kemudian berunjuk rasa.

"Lo belum mau ngomong sama dia?"

Andreas sahabat sekaligus orang kepercayaan Edward kini bertanya sambil menatap Edgar dari kejauhan.

"Gue belum siap, bro." jawab Edward kemudian.

"Bisa nggak ini semua kita skip aja dan jangan dibahas lagi." lanjut pria itu.

"Dia anak laki-laki, dia nggak butuh perwalian apa-apa saat dia menikah nanti." tambahnya.

"Tapi lo udah janji, untuk kasih tau dia tepat di usianya yang ke lima belas tahun." Lagi-lagi Andreas berujar.

Edward kini menatap mata sahabatnya itu.

"Berapa banyak orang di dunia ini yang berjanji, lalu mengingkari janji tersebut." tukasnya.

"Tapi lo nggak harus jadi salah satu diantara mereka kan?" ujar Andreas.

Edward terdiam cukup lama, namun kemudian ia kembali berujar.

"Edgar anak gue, gue bapaknya."

Edward berlalu meninggalkan tempat itu. Dari tempatnya berdiri Edgar ada sempat melihat. Namun ia pikir ayahnya itu hendak pergi ke toilet.

***

Kembali ke Sievert.co.

Marvin tiba saat bahkan jam makan siang telah usai. Meski tak patut dilakukan oleh seorang pemimpin, namun nyatanya ia tetap bekerja dengan baik. Meski seringkali datang di jam segini.

Para karyawan laki-laki kadang ingin protes. Namun gaji mereka besar dan tak pernah terlambat. Termasuk dengan segala tunjangan dan biaya-biaya lainnya.

Mereka sangat di sejahterakan oleh Marvin. Sehingga ingin protes pun mereka merasa tak enak hati.

Sedang untuk karyawati, mereka sudah keburu terpesona dengan ketampanan dari bos mereka yang over good looking tersebut.

Sesuai dengan kebiasaan bangsa ini dimana-mana. Good looking selalu dibela dan bebas melakukan apa saja. Itulah yang terjadi di kantor Sievert.co.

Hanya karena sang CEO super tampan serta memiliki body yang hot. Maka semua kesalahan yang ia lakukan dapat termaafkan dan dimaklumi dengan sangat.

"Siang pak Marvin."

"Siang pak."

Para karyawan menyapa. Marvin yang cool dan tampak berwibawa tersebut hanya menggunakan anggukan tipis untuk menjawab. Tak lama seorang karyawati mendekat lalu meraih dan membawakan tasnya ke dalam.

Sejatinya itu tugas sekretaris. Namun karena posisi sekretaris sedang kosong, maka hal tersebut digantikan oleh karyawati yang mau saja.

Tentu semuanya mau dan mereka sejatinya berebut. Siapa yang punya power lebih, maka merekalah yang berhak membawakan tas milik bos mereka itu.

"Miranti."

"Iya pak."

Karyawan cantik bernama Miranti itu menoleh sambil mengibaskan rambutnya. Tadinya ia sudah hendak kembali ke luar. Sebab tugas membawakan tas bos dan mengantarnya hingga ke ruangan, kini telah usai.

"Udah dapat sekretaris pengganti Sari?" tanya Marvin kemudian.

"Mmm, belum ada yang sesuai kriteria bapak. Tapi kata bu Hilda akan dipercepat. Soalnya udah banyak juga pelamar baru." jawab Miranti.

"Oke." tukas Marvin.

Ia mengerakkan tangan sebagai kode untuk menyuruh Miranti segera keluar. Maka Miranti pun bergegas. Wanita itu kini kembali ke meja kerjanya.

"Gimana Mir, berhasil godain bos?"

Ira yang duduk di dekat Miranti bertanya pada wanita itu dengan nada yang menggoda.

"Belum nih, susah banget ngerayu dia. Padahal kan gue lebih cantik dari si Kinan."

Miranti melirik ke arah karyawati bernama Kinan yang saat ini tengah hamil enam bulan. Rumornya Kinan yang sudah bersuami tersebut memiliki affair dengan Marvin.

Kabar tersebut berhembus menyusul Daryanti si office girl super gosip, yang tak sengaja mendengar suara ah, oh, ah, oh di dalam ruangan Marvin.

Saat karyawan lain tengah istirahat makan siang, sekitar enam bulan yang lalu. Tak lama kemudian Kinan hamil.

"Lo percaya nggak sih, kalau yang diperutnya si Kinan itu anaknya pak Marvin." tanya Miranti pada Ira.

"Ya percaya nggak percaya sih, gue. Soalnya kan dia punya suami juga. Gue sih berharap itu bukan anaknya pak Marvin. Jadi kita masih punya kesempatan." jawab Ira.

"Iya sih. Kalau sampai itu beneran anaknya pak Marvin, yang ada si Kinan makin songong dan seenaknya di kantor ini." ujar Miranti.

"Ya lo liat aja gayanya sekarang. Suka perintah-perintah orang seenaknya, mentang-mentang ada hubungan sama bos." Ira menimpali.

"Kita kasih tau aja apa sama lakinya. Biar rusak sekalian tuh rumah tangga." Miranti memiliki ide jahat.

"Jangan!. Ntar dia malah cerai, terus dinikahin lagi sama pak Marvin." ucap Ira.

"Iya juga ya. Jangan sampe deh, amit-amit. Gue masih mau mengincar pak Marvin, apapun yang terjadi." ujar Miranti.

Tak lama Marvin keluar. Para karyawan langsung duduk siap dan menatap layar komputer masing-masing. Sebab Marvin terkenal tidak menyukai orang yang banyak bicara tapi sedikit bekerja.

Istilahnya ia sudah berusaha keras mensejahterakan seluruh karyawan, dan ia ingin karyawannya memberikan timbal balik berupa pekerjaan yang tepat waktu dan zero mistake.

Jika terdapat karyawan yang lebih banyak bicara, dan hasil kerjanya buruk. Marvin tidak akan segan-segan untuk memecat mereka.

Terpopuler

Comments

Enyda Fitri

Enyda Fitri

Bambang dimana mana💃💃

2022-11-20

0

남성

남성

teman2 lucknut 😅😂🤣🤣

2022-08-30

1

Anis Arfita

Anis Arfita

aku masih blum faham kisahnya edgar sma edward 😁

2022-07-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!