My Brother My Husband

My Brother My Husband

Chapter 1

Sayup-sayup terdengar suara perempuan yang sedang menangis hingga mata Ervin, pun perlahan-lahan terbuka dan tersadar dengan sosok yang dilihatnya.

"Batari, apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Ervin, memegang sebelah kepalanya yang terasa pening.

"Hiks...! Aku sangat benci kepadamu!" Jawab Batari, dengan air mata yang masih membanjiri wajah cantiknya.

Ervin, pun mendongak dan menatap ke arah Batari, dengan tubuh yang terbungkus oleh sebuah selimut yang masih melilit di tubuhnya.

Dengan membelakangi dirinya, betapa syok ervin, yang melihat dirinya sendiri dalam keadaan naked.

"Batari, maafkan Kakak." Beo Ervin, yang mendekat ke arah Batari.

"Jangan sentuh! Kau bukan Kakakku lagi, hiks..." Ujar Batari, dengan suara isak tangisnya.

"Sungguh aku tidak mengingatnya apa yang kulakukan padamu." Ucapnya bersungguh-sungguh.

"Kau benar-benar berengsek! Tidak ada seorang Kakak yang menodai Adiknya sendiri!" Ujar Batari, dengan amarahnya yang menggebu-gebu.

"I'm sorry, Batari!" Ucap Ervin, penuh sesal.

"Kenapa? Kenapa harus aku! Kenapa kau tidak melakukannya dengan kekasihmu." Ujar Batari, diiringi isak tangisnya.

Aaaaaargh!!!

"kakak, akan bertanggung jawab jika kau mengandung anakku." Ujarnya tanpa berpikir panjang.

"Aku akan menggugurkannya jika itu terjadi." Ucap Batari, seraya keluar dari kamarnya Ervin, dengan masih melilitkan selimut di tubuhnya.

"Aaaargh! Kenapa bisa begini." Ujarnya, memukul kasur empuknya seraya perlahan-lahan mengingat-ingat kejadian semalam.

~Flashback on~

"Disha... ."

"Kenapa kau lakukan ini kepadaku." Gumam Ervin, dengan kesadaran yang sudah mabuk berat.

"Ayo Vin, biar aku antar pulang." Ujar Irvan.

"Tidak! Aku ingin Disha." Ucap Ervin, dengan menepis lengan Irvan.

"Ayo, Vin!" Ujar Irvan, yang menuntun tubuh Ervin dengan tangan Ervin yang sudah berada di lehernyanya tanpa penolakkan lagi.

"Disha... Aku tidak akan pernah menerima kau mempermainkan perasaanku seperti ini." Gumam Ervin, di sepanjang jalan, ketika Irvan masih menuntunnya untuk menuju ke mobil.

"Benar-benar sangat merepotkan, ketika laki-laki sedang mabuk karena patah hati." Batin Irvan, ketika Ervin berhasil masuk ke dalam mobilnya.

~Setengah jam kemudian~

"Kenapa dengan, Kak Ervin?" tanya Batari, dengan raut wajah khawatir.

"Dia mabuk berat." Jawab Irvan.

"Baiklah, biar aku yang akan membawanya ke kamarnya." Tutur Batari, yang mengambil alih Ervin untuk memapahnya.

"Kau yakin?" tanya Irvan.

"Iya Kak, terimakasih telah mengantar Kak Ervin pulang dengan selamat." Ucap Batari.

"Baiklah, kalau begitu aku pamit." Tutur Irvan.

"Ayo Kak, hati-hati jalannya." Ucap Batari, yang kini memapah Ervin.

"Disha..." Beo Ervin, di kala melihat sosok perempuan yang tengah memapahnya.

"Aku Tari, Kak " Ucap Batari.

"Disha..." Beo Ervin, kembali yang kini menatap wajah Batari.

"K-kak kau mau apa? Aku ini Batari..." Cicit Batari, yang menatap takut dengan raut wajah Ervin di kala menatap dirinya.

"Disha, kau harus menerima hukuman dariku." Ujar Ervin, yang menarik tangan Batari, lalu mencium bibirnya langsung dengan deru nafas Ervin yang begitu memburu.

"Hahh!" Ervin, yang melepaskan pagutannya untuk menarik kembali pasokan oksigen yang terasa kosong, dan detik berikutnya Ervin kembali mencium bibir Batari begitu kasar hingga mengeluarkan darah.

"Akhhhh..." Ringis Batari, yang merasa perih di area bibirnya yang terluka.

Ervin, yang tidak memberi jeda terhadap Batari, ia pun terus mel*matnya kembali dengan rakus bibir Batari, yang terasa asin karena bercampur darah.

Hingga ciumannya pun turun ke leher jenjang Batari, untuk membuat tanda kepemilikannya.

"Kau sangat seksi sayang." Bisiknya, yang kini telah berhasil membuka satu persatu kancing piyama milik Batari.

"Ku-mohon, Kak stop... Kau jangan lakukan ini kepadaku.

Aku ini Batari, bukan kak Disha." Lirihnya dengan keberontakan Batari, yang tidak sebanding dengan tubuh kekar milik Ervin.

"Shuttt! Kau pasti akan menyukainya, malam ini aku akan membuatmu menjadi milikku satu-satunya." Bisik Ervin, yang kembali mencium bibir ranum milik Batari, dengan sangat lembut agar Batari bisa mengikuti permainannya.

"Ahhhh..." Suara yang begitu menjijikan menurut Batari, keluar begitu saja dari mulutnya.

"Huh! Kau menikmatinya sayang..." Ujar Ervin, dengan senyum menyeringai.

Plakkk! Hiks... Hiks...

"Aku tidak pernah menikmati sentuhanmu, aku merasa jijik dengan sentuhanmu terhadap tubuhku hiks..." Tampar Batari, ketika tubuhnya benar-benar ternodai.

"Aku tidak akan pernah berhenti, sebelum aku memberimu hukuman." Ujar Ervin, yang menarik kasar lengan Batari menuju kamarnya.

~Flashback off~

"Sial! Aaaargh!!" Gumam Ervin, di kala perlahan-lahan mengingat kejadian semalam.

Di sisi lain.

Batari, perlahan-lahan melihat dirinya di depan cermin dengan banyaknya tanda kepemilikan yang Ervin buat pada tubuhnya.

"Hiks... Hiks... Hiks...! Aku sangat membenci diriku sendiri yang sangat kotor ini, tanda ini juga kenapa tidak bisa hilang." Batinnya dengan menggosok-gosokkan tangannya pada area tubuh yang bertanda kepemilikan Ervin.

Batari, terus menangis dengan guyuran air shower hingga 1 jam lamanya.

"Hiks... Hiks... Hiks..." Tangisnya begitu sakit sambil memukul dadanya sendiri yang begitu sesak.

...***...

"Batari..." Panggil Ervin.

Batari, pun tidak menghiraukan panggilan Ervin, dirinya merasa sangat begitu membencinya, di meja makan hanya terdengar dentingan suara piring dan sendok karena Ervin dan Batari sama-sama terdiam.

"Kakak, akan membicarakan hal ini kepada kedua orangtua kita." Ujar Ervin, yang membuka pembicaraan.

Batari, pun mendongak menatap Ervin geram.

"Kakak, akan bertanggung jawab atas insiden yang kemarin Kakak lakukan terhadapmu." Sambungnya.

"Kau akan bertanggung jawab seperti apa aku tanya!" Dengan raut wajah diselimuti kabut amarah. Membuat Ervin, pun terdiam.

"Dengan menikahiku? apa kata orang jika seorang Kakak menikahi Adiknya sendiri!"

"Lebih baik rahasia ini hanya kita berdua yang tahu." Sambungnya lagi lalu mengelap mulutnya dengan tisu.

"Jika kau hamil?" tanya Ervin, yang membuat aktivitasnya terhenti.

"Itu tidak akan terjadi..." Jawab Batari, dengan perasaan yang tidak yakin.

...***...

"Wajahmu tidak biasanya di tekuk begitu, Bos?" tanya Delvin, sekretaris sekaligus sahabatnya.

"Apa hari ini ada jadwal meeting?" tanya balik Ervin, dengan tangan yang menopang dagunya di atas meja.

"Tidak ada, jadwalnya sudah di rubah untuk lusa." Jawab Delvin.

"Kau begini karena ditinggal Disha selingkuh?" tanya Delvin, dengan membuka obrolan baru.

"Kau tahu Disha, selingkuh?" ujar Ervin, yang langsung menatap wajah Delvin.

Delvin, menganggukkan kepalanya. "Aaaaargh! Kenapa kau tidak bilang." Jawabnya lagi begitu frustasi.

"Kau itu sangat percaya padanya, jadi percuma jika waktu itu aku memberitahumu, kau akan anggap aku cuma omong kosong." Ujar Delvin.

"Jadi lebih baik kau lihat secara langsung bagaimana kelakuan Disha di belakangmu" Sambung Delvin.

"Brakkk! Bodohnya aku mempercayai Disha sepenuhnya." Gumamnya dengan menggebrakan meja kebesarannya.

"Jika aku mengetahui ini semua sebelumnya pasti tidak akan terjadi dengan adanya insiden aku yang mengambil mahkotanya Batari secara paksa" Ervin membatin.

"Calm bro, lebih baik kau selesain masalahmu dengan, Disha." Saran Delvin, dengan menenangkan Ervin, yang terlihat sangat kacau.

...***...

"Katakan!" Ujar Ervin yang kini sudah duduk di depan Disha.

"Semalam kau hanya salah paham Vin, aku dijebak oleh teman kerjaku." Ucap Disha.

"Omong kosong!!!" Ujar Ervin, yang menggebrak meja, hingga pengunjung restoran menatap ke arahnya.

"Vin, percaya sama aku!" Ucap Disha, dengan raut wajah takut melihat kemarahan Ervin, untuk pertama kalinya.

"Itu sudah cukup jelas, Disha! Kau tidak usah mencari alibi untuk menutupi semua kebenaran ini." Ujar Ervin, dengan menatap tajam wajah Disha.

"Aku benar-benar di jebak Vin, untuk apa aku mencari alasan untuk membela diriku atas kesalahan yang tidak aku perbuat." Ucap Disha, dengan meyakinkan Ervin, untuk mempercayainya.

"Jika kau tidak percaya padaku, kau boleh bertanya sama temanku itu untuk memastikan apakah ucapanku itu berbohong atau kebenaran" Ucapnya lagi.

"Baik, pertemukan aku dengan temanmu itu, jika yang kau katakan itu adalah kebenaran." Ujar Ervin.

"Pasti, karena aku tidak mau hubungan kita selesai dengan kesalah pahaman ini." Ucap Disha.

"Aku tunggu untuk pertemuan berikutnya." Ujar Ervin dengan melenggang pergi meninggalkan disha seorang diri.

...***...

"Tumben kak Ervin, jemputmu Tari?" tanya Ara, yang tengah berjalan berdampingan dengan Batari dan Rissa untuk menuju pintu gerbang.

"Mana-mana..." Serobot Rissa, yang benar melihat Ervin, pujaan hatinya.

"Akhirnya doa aku terkabulkan juga untuk bisa berjumpa dengan pangeran berkuda putihku." Ucap Rissa, dengan senyum sumringah.

"Woy! Diem mulu dari tadi, lagi pms kau, Tar?" tanya Ara, yang tidak digubris sama sekali oleh Batari.

"Ris, kau ngerasa ada yang aneh tidak sama sikap Batari hari ini?" tanya Ara.

"Iya, tumben banget full seharian diem mulu. Apa jangan-jangan Batari, lagi sakit gigi, Ra!" Jawab Rissa.

"Mungkin." Ujar Ara, yang mengangkat kedua bahunya.

"Tari..." Beo Ervin, memecahkan keheningan.

"Ngapain jemput?" tanya Batari, dengan nada ketus.

"Kebetulan lewat, sekalian aja jemput kamu." Ujar Ervin, yang sudah membukakan pintu mobilnya.

"Kurasa untuk ke depannya kau jangan menjemputku lagi!" Ucap Batari, yang langsung menerobos masuk ke dalam mobil tanpa menatap wajah Ervin.

"Why?" tanya Ervin, yang sudah melajukan mobilnya.

"Akan sangat aneh, karena di antara kita tidak sedekat itu dari dulu." Ujar Batari, dengan mempertahankan ekspresi wajahnya yang hanya menatap lurus ke arah jalanan yang begitu ramai membelah jalanan ibukota.

"Maaf atas ketidak nyamananmu dengan aku yang menjemputmu" Ujar Ervin, dengan menolehkan wajahnya menatap wajah batari yang terus menatap lurus ke jalanan.

Keheningan begitu menghiasi di tengah perjalanan mereka hingga akhirnya Ervin, membuka obrolan baru.

"Aku lihat tadi kau tidak menggubris pertanyaan dari teman-temanmu kenapa?" tanya Ervin, yang tidak di jawab oleh Batari.

"Apa karena insiden itu yang membuatmu seperti ini?" tanyanya kembali yang membuat Batari, menatap wajahnya seketika.

"I'm sorry." Ucap Ervin, begitu tulus.

"Stop meminta maaf, semua itu tidak akan kembali seperti semula." Ujar Batari, seraya menutup kedua telinganya. Dengan Ervin, yang mendadak mengerem mobilnya.

"Batari, kau jangan seperti ini! Sungguh aku sangat berdosa kepadamu." Ucap Ervin, dengan raut wajah begitu khawatir.

"Stop! Kumohon, aku ingin melupakannya hiks..." Ujar Batari, yang langsung menangis sejadi-jadinya dan dipeluk langsung oleh Ervin, tanpa adanya penolakan.

"Kenapa kau melakukan ini kepadaku?" ucap Batari, memukul kecil dada Ervin, di tengah pelukkannya.

"Kau pantas membenciku, karena aku laki-laki bajingan yang tidak pantas untuk menjadi Kakakmu, yang sudah menghancurkan hidup Adiknya sendiri." Ujar Ervin, dengan membelai lembut rambut Batari.

"Ya, aku sangat membencimu disaat malam itu." Ucap Batari, melepaskan pelukannya dan menghapus sisa air matanya.

Membuat Ervin, tidak bisa berucap dengan kata-kata maaf lagi, dan hanya menatap wajah Batari, yang terlihat hancur.

"Dan aku mohon kau tetaplah menjadi dirimu seperti biasanya yang tidak ada keterdekatan di antara kita hanya demi rasa bersalahmu terhadapku." Ucapnya lagi dengan menatap lurus.

"Tap--" Ujar Ervin, yang ditatap tajam langsung oleh Batari.

"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun lagi darimu." Ucap Batari.

"Baiklah jika itu yang membuatmu nyaman aku akan lakukan." Ujar Ervin, yang melajukan kembali mobilnya dengan tatapan yang tidak terbaca.

...----------------...

Terpopuler

Comments

santi yuliana

santi yuliana

up

2022-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!