Chapter 5

Kruyukkk!

Perutnya yang terus berbunyi. Membuat Batari, memutuskan keluar dari kamarnya untuk mencari makanan yang bisa ia makan.

Kriettt! Tap... Tap... Tap...

Langkah kakinya pun terhenti ketika melihat anak tangga yang mengarah ke kamar dan keruang kerjanya Ervin.

"Apa kak Ervin, masih bekerja hingga larut malam begini." Batinnya, yang melihat kedua pintu yang berada di lantai tiga tertutup rapat semua.

"Tap... Tap... Tap..." Batari, pun kembali melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Terasa hening ketika rumah sebesar ini tidak banyak orang yang menempati."

"Apa di rumah sebesar ini kak Ervin, belum mempekerjakan ART." Batinnya, ketika menuruni anak tangga dan melihat isi rumah yang terasa hening seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Kruyukkkk!

"Ahh sabarlah, aku sedang mencari makanan untukmu." Batin Batari, dengan mengelus lembut perutnya.

"Tidak ada makanan instan. Hanya ada makanan mentah, bagaimana aku bisa membuatnya." Gumam Batari, yang melihat isi kulkasnya hanya ada sayuran, ayam dan ikan mentah yang harus diolah untuk menjadi makanan.

"Huftt! Mari kita coba." Gumamnya, seraya mengambil bahan makanan yang ingin di buatnya.

Batari, yang memang tidak tau tentang urusan dapur. Ia pun membuka ponselnya untuk melihat youtube dengan mencari tutorial cara memasak.

"Kenapa setiap blogger mengatakan hal yang berbeda di setiap masakan yang sama,"

"Ada yang mengatakan secukupnya saja memberi penyedap, garam, dll. Lalu ada yang mengatkan tanpa takaran yang pasti." Batin Batari, yang semakin bingung dibuatnya.

"Apa aku mengikuti blogger ini saja." Batin Batari, yang menaruh panci di atas kompor dengan ukuran air yang begitu penuh tanpa mengikuti takaran dari blogger tersebut.

"Sepertinya memang begini." Batinnya lagi yang langsung memasukkan ayamnya ke dalam panci tanpa dicuci terlebih dahulu.

Ekhmmm!

Kyaaaaaaa!!

Pranggg!!!

Batari, yang kaget dengan suara bariton milik Ervin. Membuatnya menjatuhkan piring yang tengah dipegangnya tepat di depan, Ervin.

"Astaga!" Beo Ervin, yang melihat kekacauan yang Batari buat di dapurnya.

"Maaf, akan aku bereskan." Cicit Batari.

"Jika kau lapar, kenapa tidak bilang." Ujar Ervin, yang langsung mematikan kompornya.

"Hmm... A-aku pikir, Kak Ervin sibuk." Ucap Batari, dengan menggigit ujung kukunya.

"Belum juga sehari, sudah membuat dapurku seperti ini." Gumam Ervin, dengan menghela nafasnya kasar.

"Duduklah! Akan aku buatkan makanan untukmu." Tutur Ervin, yang mengambil bahan makanan lain di kulkas.

Batari, pun mengikuti instruksi Ervin. Dan hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh Ervin, dengan ikan yang berada di tangannya.

Pertama-tama Ervin, menyiapkan bahan-bahannya, lalu memblen bawang merah, bawang putih, cabe merah, jahe lalu kunyit untuk dijadikan bumbu halus.

"Aku baru tau ternyata laki-laki sepertinya pandai memasak juga." Batin Batari. Dengan menyunggingkan senyumnya di kala melihat Ervin, yang tengah bergelut di dapur.

"Tampan," Batinnya lagi dengan senyumnya semakin lebar.

"Wait! Aku mikir apaan si!" Batinnya lagi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kau kenapa?" tanya Ervin, dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ahh! Kepalaku terasa pegal..." Alibi Batari, dengan terus menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar aneh!" Batin Ervin, yang membawa ikan kuah kuning buatannya ke arah Batari, yang sudah menunggunya di meja makan.

"Jika tidak enak, jangan dilanjut makannya." Ujar Ervin, yang sudah membawa hidangannya di depan, Batari.

"Sepertinya sangat lezat." Batin Batari, yang mencium aroma ikan kuah kuning buatan, Ervin.

"Kenapa? Jika tidak menggugah selera jangan di makan." Ujar Ervin, yang akan mengangkat hidangannya kembali.

"Mau di bawa kemana?" tanya Batari. Dengan memegang tangan Ervin, yang akan mengangkat hidangannya kembali.

"Membuangnya! Aku sudah bisa mengartikan dari ekspresi wajahmu." Ujar Ervin.

"Aromanya sangat enak... Kenapa harus dibuang." Cicit Batari.

"Bukan..." Ucap Ervin, yang langsung dipotong oleh, Batari.

"Aku hanya tidak bisa berkata-kata karena memang ikan kuah kuningnya benar-benar lezat seperti masakan di restoran." Ujar Batari, yang langsung memakannya dengan nasi begitu lahap.

"Kau tidak ingin mencobanya?" tanya Batari, dengan mulut yang sudah penuh dengan makanan.

"Aku sudah kenyang hanya melihatmu makan seperti itu." Tutur Ervin.

...***...

"Bau sekali aroma bawang putihnya begitu menyengat di hidungku." Batin Batari, dengan perut yang sudah bergejolak ingin memuntahkan kembali.

"Hueek... Hueek... Hueek..." Batari, yang kembali memuntahkan cairan beningnya lagi. Di kala pagi tadi dirinya sudah memuntahkan cairan bening efek morning sickness.

"Apa setiap pagi kau selalu muntah-muntah seperti ini?" tanya Ervin, yang memijat tengkuk Batari.

"Ke luarlah! Apa kau tidak jijik melihat seseorang yang sedang muntah." Ucap Batari, yang membasuh mulutnya.

"Tidak." Ujar Ervin, yang masih berdiri di belakangnya.

"Hueek... Hueek... Hueek...!" Batari, yang kembali memuntahkan cairan beningnya.

"Apa sebaiknya kita periksa saja ke dokter!" Ujar Ervin, yang terus memijat tengkuk Batari.

"Aku ingin kau membuang bawang putih yang tengah kau masak, hueek..." Ucap Batari, yang kembali memuntahkan cairan bening.

"Hah?" Beo Ervin, yang bingung dengan ucapan, Batari.

"Tunggu apalagi! Buang bawang putihnya, kepalaku sangat pening dan perutku terus bergejolak ketika menghirup aromanya yang begitu menyengat di hidungku." Ucap Batari. Dengan Ervin, yang langsung melangkahkan kakinya menuju dapur.

...***...

~2 hari kemudian~

"Batari!" Panggil seseorang yang memanggil namanya dengan suara yang begitu familiar di telinganya.

"Bryan..." Cicit Batari, yang sudah membalikan badanya ke arah Bryan, yang tengah melambaikan tangan kepadanya.

"Beberapa hari ini aku tidak melihatmu masuk kuliah?" tanya Bryan, yang kini telah di sampingnya.

"Kebetulan aku sudah izin untuk beberapa hari, karena saudariku yang di luar kota menikah." Alibi Batari, dengan jantung yang sudah berdegub kencang.

"Rupanya begitu." Ujar Bryan, dengan menganggukkan kepalanya.

"Iya, kalau begitu aku duluan ke kelas bry." Ucap Batari, seraya menghindari Bryan.

"Tunggu!" Bryan, dengan menarik tangan Batari.

"Kenapa, Bry?" Beo Batari, dengan detak jantung yang semakin menjadi.

"Malam ini aku ingin mengajakmu nonton, apa kau memiliki waktu senggang malam ini?" tanya Bryan, dengan wajah yang sudah menyunggingkan senyumnya.

"Dag... Dig... Dug...!" Jantung Batari, masih sama berdetak begitu kencang ketika berhadapan langsung dengan, Bryan.

"A-kan kukabari nanti, Bry." Jawab batari, gugup seraya melepaskan tanganya dari tangan Bryan, yang masih memegang tanganya.

"Baiklah, aku tunggu kabar baik darimu." Ujar Bryan, yang masih menyunggingkan senyumnya.

~Flashback on~

Bryan, adalah laki-laki yang merupakan idaman para perempuan di universitas ini, apa lagi pesonanya yang tampan serta mengambil fakultas kedokteran.

Awal mula aku dekat denganya, 2 tahun yang lalu disaat aku terserempet oleh motor dan kebetulan yang mengobatiku waktu itu adalah Bryan, anak fakultas kedokteran laki-laki yang selama ini membuatku selalu senam jantung.

Laki-laki yang selalu menampilkan raut senyum di wajahnya, membuat jantungku berdetak begitu kencang dipandangan pertama aku melihat dirinya.

Hingga sudah 2 tahun lamanya kami berdua pun menjalin hubungan pertemanan, selama 2 tahun itu aku menyimpan perasaan padanya tetapi aku enggan untuk mengungkapkan perasaanku padanya, aku selalu merasa insecure disaat Bryan selalu dikelilingi banyak wanita cantik.

"Tumben kau berangkat sepagi ini?" tanya Rissa.

"Pasti dijemput Bryan, lagi." sarkas Ara.

Batari, pun menyunggingkan senyumnya. "Kau sudah jadian, Tar?" tanya Rissa, yang semakin kepo.

Batari, menggelengkan kepalanya dengan raut wajah sedih.

"Mending kau saja yang nembak duluan, dari pada entar di ambil pelakor." Ide Rissa, yang di angguki setuju oleh Ara.

"Aku gak bisa." Ucap Batari, yang menatap kedua sahabatnya.

"Hilangin egomu Tari, zaman udah milenial kaya gini gak mandang siapa yang menyatakan cinta duluan." Ujar Ara.

"Tetapi tetap aku tidak bisa Ra, Ris! Aku tetap akan menunggunya mengungkapkan perasaanya sendiri kepadaku..." Ujar Batari, dengan tetap pada pendiriannya.

"Jangan pernah menyesal jika keduluan oleh orang lain." Ujar Rissa.

~Flashback off~

"Hingga detik ini aku masih menyimpan perasaan terhadapnya, dan sekarang takdir yang sangat tidak mungkin aku bisa untuk bersamanya, tuhan bolehkah aku egois!" Batinnya dengan airmata yang sudah luruh dari wajah cantiknya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Fitria Dian Sulistiani

Fitria Dian Sulistiani

kasian batari... sdh jd korban, si ervin gak merasa bersalah sama sekali

2022-09-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!