16

“Nak Viano.” Bunda Irama memanggil Viano.

Viano menoleh kearah Bunda Irama, “iya, ada apa bun?” Viano bertanya balik.

“Kamu kekamar Selenanya langsung aja.” perintah dari Bunda Irama.

Viano ragu ragu, “gak apa apa bun emangnya?” Viano mau memastikan.

“Yah gak apa apa to. Kan Bunda sendiri yang merintah kamu.”

Viano mengangguk anggukan kepalanya, Viano pamit dulu untuk menuju kekamar Selena. Viano menatap sekeliling rumah Selena, ternyata keluarga Selena walaupun kaya raya tapi tetap sederhana. Viano terus melanjutkan langkah kakinya, hingga tubuh Viano sudah didepan pintu bercat putih. Viano masih ragu ragu untuk membuka pintu kamar Selena, takutnya nanti Selena menggira bahwa Viano masuk sembarangan tanpa ijin dari orang tua Selena. Viano masih berada didepan pintu kamar Selena. Lama berfikir akhirnya Viano membuka pintu kamar Selena. Tembok kamar Selena berwarna cream bercampur putih, terkesan sangat elegant sekali, tampak sangat mewah.

Viano melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam lagi dikamar Selena, diatas kasur tenyata tidak ada tubuh Selena.

Selena yang masih didalam kamar mandi mendengar langkah kaki seseorang masuk kedalam kamarnya.

“Bund?” Selena mengira bahwa yang dikamarnya adalah sang Bunda.

Viano yang mendengar suara Selena, menoleh keasal sumber suara.

‘Ternyata dia ada didalam kamar mandi.’ batin Viano.

Viano tidak mau menyahut atapaun bergeser dari tempatnya semula.

Selena sudah memakai pakaian, dan segera membuka pintu kamar mandi. Selena sudah keluar dari kamar mandi, Viano memperhatikan Selena yang baru keluar dari kamar mandi.

“Sudah?” suara berat dari belakang tubuh Selena.

Tubuh Selena langsung merinding karena mengira suara itu datang dari makhluk halus. Selena enggan menoleh kebelakang.

“Len?” Viano dengan suara beratnya berusaha memanggil Selena.

Bulu kuduk Selena tetap berdiri. “Sesetannn.” gumam Selena dengan lirih.

Viano yang berada dibelakang tubuh Selena menahan tawa.

“Tolong jangan makan aku.” Selena berusaha menego kepada setannya.

Viano tidak bisa lagi menahan tawa, Viano langsung tertawa. “Gak ada yang mau makan tubuh kurus lo.”

Selena merasa familiar dengan suara ini, Selena langsung menengok kebelakang. Mata Selena langsung melebar setelah netranya menemukan tubuh Viano.

“Lo kok bisa disini?” Selena bertanya sambil menggunakan nada sedikit ditekan.

Viano tidak menjawab pertanyaan dari Selena, Viano malah mendekat kearah ranjang Selena dan duduk diatas ranjang milik Selena, sontak hal itu membuat emosi Selena langsung naik pitam.

“Keluar lo jangan dikamar gue, dan menyingkir dari ranjang kesayangan gue yah.”

Viano tidak memperdulikan kemarahan Selena, malahan Viano melipat kedua tangannya. Selena yang melihat itu tersulut emosinya.

“Lo mau nantang gue!” Selena memandang Viano dengan tatapan sinis.

Viano tetap diam. Selena mengambil selimut yang berada diatas kasur, selimut itu Selena lempar kearah muka Viano. Gara gara selimut itu tubuh Viano ambruk dan tiduran diatas kasur Selena.

“Cepet keluar!” kesabaran Selena sudah habis.

Viano segera bangkit dan langsung berdiri. “Gue tunggu satu jam yah, gue mau ngajak lu kekuar.” ucap Viano.

Selena belum menyetujui ajakan dari Viano, Viano langsung keluar dari kamar Selena.

Satu jam kemudian, Bunda sudah selesai masak dan pergi keruang tengah. Melihat tubuh Viano yang sedang duduk disofa, membuat Bunda bertanya tanya.

“Loh kamu belum manggil Selena. Vin?” Bunda bertanya kepada Viano.

Viano menoleh dan tersenyum mendengar pertanyaan dari Bunda Irma. “Tadi Viano udah kekamarnya Selena kok Bund, tapi Selena gak mau diganggu dulu jadi Viano nungguin lagi satu jam.” Ungkap Viano.

Bunda Irma menganggukan kepala. “Sekarang kamu gak ngecek lagi?” tanya bunda Irma.

“Coba kamu cek lagi Vin, suruh juga Selena buat makan malam dulu.” perintah dari Bunda Irma.

Viano menganggukan kepala. “Iya, Viano cek dulu Bund.” Viano berdiri dari sofa dan meninggalkan ruang tengah.

Viano membuka pintu kamar Selena, dan langsung masuk kedalam kamar berwarna cerah itu. Selena terlihat sedang tidur, ‘jadi dari tadi gak turun, dia ketiduran?’ batin Viano bertanya tanya.

Melihat Selena yang sedang tertidur, Viano mengulas senyumnya. Imut juga Selena kalau sedang tertidur, gak galak seperti biasanya.

Viano tidak membangunkan Selena terlebih dahulu karena takut menganggu tidur Selena, Viano kembali berkeliling disekitar kamar Selena. Melihat handphone Selena yang tergeletak, Viano punya ide untuk membuka blokir nomernya dihandphone Selena.

Setelah berhasil, Viano langsung senyum senyum sendiri.

“Ternyata benar nomer gue diblokir.” gumam Viano.

Untuk membangunkan Selena secara diam diam Viano mengeser sofa hingga menimbulkan bunyi. Satu kali belum ada respon dari Selena. Viano kembali mengeser kursi meja belajar milik calon tunangannya itu.

“Hmmm Bunda.” Terdengar gumamam dari Selena.

Viano menoleh, kening Viano mengkerut, bingung karena Selena tetap tertidur padahal tadi seperti sudah bangun.

Viano melangkah mendekat kearah tubuh Selena yang sedang berbalut selimut tebal.

“Len.” Viano berusaha membangunkan Selena.

Selena meliuk liukan tubuhnya tanpa berkata.

“Len kalau udah bangun tinggal bangun aja gak usah sok drama.” ucap Viano.

“Hmmmm.” Selena hanya merespon dengan gumaman.

Viano sedikit melangkah untuk mendekat keranjang yang sedang ditiduri Selena.  Viano menguncang guncang tubuh Selena. Selena hanya bergumam, melihat respon dari tubuh Selena, Viano berinisiatif mengecek suhu badan Selena.

“Badan Selena panas.” Viano kaget karena badan Selena demam.

Kurang yakin dengan tubuh Selena, Viano kembali menempelkan punggung tangannya ke kening Selena.

“Beneran ternyata.” Viano langsung menyelimuti tubuh Selena.

“Tahan dulu yah sayang ku.” ucap Viano dengan lirih.

Viano segera keluar dari kamar Selena untuk menemui Bunda Irama.

“Bund.” Viano memanggil Bunda Irama dengan suara yang khawatir.

Bunda Irama yang sedang membaca majalah diruang tengah segera menoleh menatap Viano. “Ada apa Vin?” tanya Bunda Irama dengan kening mengkerut karena melihat ekspresi Viano yang khawatir.

“Selena demam bund, badannya panas banget.” ungkap Viano.

Bunda Irama langsung berdiri, “kamu yakin Vin?”  Viano mengangguk.

Bunda Irama langsung berlari dan masuk kedalam kamar Selena, belakang Bunda Irama ada Viano. Bunda Irama menguncangkan tubuh Selena.

“Badan kamu demam, ayo kerumah sakit lena.”

Selena bergumam tidak jelas.

Bunda Irama semakin khawatir dengan keadaan Selena. “Bagasss.” Bunda Irama memanggil anak sulungnya.

“Bagas kekamar Selena.”

Bagas datang tergopoh gopoh, “ada apa bund?” tanya Bagas sambil menarik nafas terlebih dahulu.

“Siapin mobil Ga, kita kerumah sakit.” Bagas langsung mengangguk.

“Viano tolong angkat tubuh Selena yah bawa kedepan.” perintah dari Bunda Irama. Viano langsung melaksanakan perintah dari calon mertuanya itu.

Viano memasukan tubuh Selena kedalam mobil, didalam mobil sudah ada Bagas sebagai supir. Bunda Irama duduk disebelah Bagas. Mereka berempat melaju kerumah sakit terdekat.

Setelah mendapatkan perawatan, dokter segera keluar dari ruang rawat Selena.

“Gimana dok keadaan anak saya?” tanya Bunda Irama dengan raut khawatir.

~~

Halo Guys, baru bertemu sama saya yah setelah berapa abad nih?

Kangen dengan updatetan author gak?

Kalau gak kangen ya udah.

Sampai jumpa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!