Pesona Perawan

Pesona Perawan

Chapter 1. Insiden

Hari kamis jadwal keberangkatan Sultan ke Kalimantan Selatan yang sudah direncanakan oleh sekretarisnya. Tetapi, entah kenapa Asisten pribadinya memajukan satu hari lebih cepat dari jadwal sebelumnya. Seharusnya mereka berangkat hari Jum'at besoknya.

Sultan tidak menaruh curiga sedikit pun dengan perubahan itu, baginya hal itu sudah biasa terjadi. Dalam dunia bisnis perubahan jadwal dengan tiba-tiba adalah hal yang lumrah.

Dia pun mengemasi barang-barangnya. Ada asisten rumah tangga yang bisa melakukan hal tersebut, tapi Sultan tidak ingin memberikan beban tambahan pada ARTnya yang sudah seharian sibuk bekerja.

Lagian menurutnya, pekerjaan yang dia lakukan adalah hal yang biasa saja, masih bisa dihandle dan tangani dengan mudah. Ibu Hamidah berjalan ke dalam kamar anak sulungnya, Beliau melihat putranya sedang mengemas beberapa pakaiannya.

Kamar yang memiliki desain interior ala gaya Eropa moderen dipadukan dengan sentuhan sedikit klasik itu, menjadi tempat yang menjadi ruangan favoritnya jika pulang dari Kantornya. Dia pun duduk di ujung ranjang king size milik putranya.

Dia membantu melipat pakaian anaknya sambil berkata, "Sultan, Bunda minta tolong sama kamu agar perjalanan bisnismu ke Samarinda kali ini ditunda saja dulu, Nak."

Wajahnya sendu mengisyaratkan sesuatu. Sultan melirik sekilas ke arah perempuan yang sudah berjasa besar melahirkan dan membesarkannya itu.

"Entah kenapa? perasaan Bunda tidak enak, Nak!" ujarnya dengan raut wajah yang sendu.

Sultan menghentikan aktifitasnya, kemudian duduk di samping bundanya. Dia memegang tangan bundanya yang masih sehat dan bugar itu di usianya yang sudah terbilang cukup matang dan tua.

"Bunda, andai saja ini bukan pekerjaan yang sangat penting, pasti saya akan menundanya," jawabnya sambil mencium punggung tangan milik bundanya.

"Tapi, Nak?" tatapan matanya yang sendu itu menginginkan agar putranya mengiyakan dan memenuhi permintaannya.

"Doakan Sultan ya Bun, insya Allah semoga Sultan bisa pulang dengan selamat, amin," balasnya dengan tatapan matanya yang penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Amin ya rabbal alamin," Ibu Hamidah memeluk tubuh putra tunggalnya seakan-akan mereka akan berpisah jauh dan lama.

"Jangan meneteskan sedikit pun air mata Bunda yang sangat berharga ini untuk hal-hal yang tidak ada gunanya," dengan tangannya menghapus jejak air mata bundanya.

Sedangkan di tempat lain, di dalam Apartemen mewah, seorang perempuan yang sedang berada di bawah kunkungan kekasihnya.

"Sayang bagaimana dengan rencana kita, apa sudah dipersiapkan segalanya?" tanyanya yang tetap menikmati belaian dari tangan kekasihnya di atas tubuh seksi nan polosnya yang tidak terbungkus sehelai benang pun.

"Aku sudah mengatur semuanya dengan sangat baik bahkan polisi pun tidak akan mengetahui jika kecelakaan itu adalah disengaja," jawabnya yang timbul tenggelam kepalanya di antara mount Bromo milik gadis pujaan hatinya.

"Aku tidak sabar mendengar kabar dari orang jika dia sudah mati," ujarnya lagi.

"Kamu sabar sayang, selangkah lagi kita akan berhasil untuk menguasai seluruh harta kekayaannya yang tidak terhitung jumlahnya itu," dengan suaranya yang menggelegar memenuhi ruangan itu.

Mereka kembali melanjutkan permainan mereka yang sempat tertunda itu. Hingga nafas mereka tersengal-sengal dan ngos-ngosan saking dahsyatnya mereka bergelut di atas ranjang king size-nya. Hingga semburan lava panas itu membasahi dan menyemburkan hingga ke dalam rahimnya yang paling terdalam.

"Pelan-pelan sayang ingat ada calon bayi kamu di dalam sini," ucapnya yang mengelus perutnya yang sudah tidak datar lagi.

Si pria pun segera mengikuti langkah dari kekasih pujaan hatinya itu. Wajahnya semakin berseri ketika ada yang dia rasakan pergerakan dari dalam perut kekasihnya.

"Sepertinya dia menendang," ucapnya lagi. Perutnya mengkilap diterpa cahaya lampu. Raut wajah si Pria penuh dengan kegembiraan saat menyentuh perut buncit perempuannya.

Perempuan itu sangat dia cintai hingga dia menghalalkan segala cara apa pun untuk menjadikan wanitanya sebagai miliknya seutuhnya.

Sehingga dengan tanpa hati nurani, akan membunuh sahabat sekaligus CEO tempat dia bekerja dan melupakan jasa-jasa dan kebaikan sahabatnya itu selama ini.

Ke esokan harinya, tepatnya hari Kamis Sultan dan Martin berangkat menuju Samarinda, Kalimantan Timur. Awalnya perjalanan mereka berjalan mulus dan lancar tanpa kendala, hingga pesawat mereka sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh sekitar setengah jam. Pesawat mereka sudah mengalami gangguan dan guncangan yang hebat.

Di dalam kabin pesawat Sultan duduk dengan santainya sambil memeriksa beberapa dokumen yang akan dia Presentasikan di hadapan klien bisnisnya. Dia tidak mengetahui jika asisten pribadinya sudah merencanakan dengan sangat matang rencana pembunuhan atas dirinya itu di belakangnya.

Tiba-tiba pesawat los kontak dengan pusat, mesinnya tiba-tiba mengalami gangguan. Pesawat itu terbang tidak stabil seperti awalnya. Hingga goyang dan membuat Sultan terkejut dengan kondisi pesawatnya.

“Apa yang terjadi Martin?” tanyanya yang heran dengan pesawat pribadi yang baru beberapa hari dia beli dari Jerman itu.

Pesawat yang sudah diuji terbang beberapa kali hingga ke USA tidak pernah mengalami atau pun menemui kendala apa pun.

Tadi pagi dirinya sendiri melihat tim mekanis miliknya mengatakan padanya, jika kondisi pesawat pribadinya dalam keadaan yang baik dan bahkan sangat baik. Hal itulah yang membuat Sultan tidak percaya, dan jika pesawatnya mengalami kerusakan.

“Maaf Bos,” jawabnya dengan seringai liciknya.

"Apa yang Kamu katakan!! Itu sangat mustahil Martin, Aku akan ke depan untuk segera memeriksanya apa yang terjadi sebenarnya," ucapnya lalu berjalan

Maaf Bos,” jawabnya dengan seringai liciknya.

“Maaf untuk apa Kamu minta maaf, ayok cepat ke depan dan tanyakan kepada pilot,” ucapnya dengan tegas dan sedikit ada guratan rasa khawatir di wajahnya.

Pesawat semakin hilang kendali hingga di depan mereka ada Pantai dan gunung yang menjulang tinggi.

“Martin siapkan parasut untuk saya,” teriaknya dengan suara yang sedikit bergetar.

Martin hanya tersenyum licik ke arah Sultan. Martin pun mendekati Sultan dengan tawa jahatnya.

"Kamu ingin benda ini?" Tanyanya sambil mengayunkan parasut itu di depan matanya Sultan.

Martin sudah berpakaian lengkap dengan parasut dan beberapa alat keselamatan membungkus tubuh atletisnya.

“Maaf!! Sultan hari ini adalah hari terakhirmu di Dunia ini, dan bersiaplah untuk menemui ajalmu,” ucapnya yang terus berjalan mendekati Sultan dengan seringai liciknya.

Sultan yang berusaha untuk maju dan mengambil tiba-tiba langsung terjatuh ke lantai karena kedua kakinya tidak mampu dia gerakkan sedikit pun.

“Apa yang terjadi pada ke-dua kakiku, ada apa ini?” tanya Sultan dengan wajah kebingungan dan menahan sedikit ngilu di tulangnya.

“Hahahaha, obat itu sudah bekerja dengan sangat baik di tubuhmu,” jelasnya sambil menginjakkan kakinya Sultan hingga berteriak dengan sangat kencang.

“Aaaahhhh!” Sultan berteriak meringis kesakitan.

“Rasakan akibatnya jika kamu berani melawan ku, satu hal yang harus Kamu tahu, Selena kekasih dan tunanganmu itu adalah kekasihku juga saat ini dan Selena sekarang sudah hamil tiga bulan,” terangnya.

Martin menginjak tangan Sultan, hingga memerah punggung tangannya. Sultan berusaha menahan sakitnya injakan pentopel sepatunya Martin. Sakit itu pasti, tapi lebih sakit yang dirasakan olehnya setelah mendengar kejujuran itu. Sakitnya tidak sebanding dengan luka yang dirasakan oleh hatinya.

Wajahnya semakin pucat dan terkejut sekaligus shock setelah mendengar kenyataan pahit itu. Kenyataan itu sangat melukai hati dan perasaannya. Kesetiaannya selama ini tidak artinya lagi.

"Itu tidak mungkin!! aku yakin kamu pasti bohong dengan sengaja berkata seperti itu, iya kan?" Teriaknya yang tidak percaya dengan apa yang didengarnya dengan merangkak berusaha untuk mendekati Martin.

Martin pun membuka galeri foto dihpnya lalu memperlihatkan foto mesranya dengan Selena, ke wajahnya Sultan.

Matanya melebar, bola matanya membulat sempurna dan kemerahan, tangannya mengepal kuat hingga urat-urat di lengannya nampak menonjol dengan jelas, jakungnya naik turun yang menandakan dirinya sangat marah.

Pesawat semakin dekat dengan gunung yang hanya dalam hitungan detik saja untuk siap menabrak gunung itu. Pesawat terbang tidak sempurna tanpa dinahkodai oleh seorang Pilot.

Terpopuler

Comments

Dirmayanti Maryam

Dirmayanti Maryam

wah aq bru mampir nih dicerita ini dan lumayan cukup menguras esmosi jiwa😊

2023-03-19

1

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

mampir akhirnya...

2023-02-11

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sukses

2023-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Insiden
2 Chapter 2. Pertolongan
3 Chapter 3. Salah Paham
4 Chapter 4. Semakin Kacau
5 Chapter. 5 Keputusan Pak Desa
6 Chapter 6. Sebuah Ingatan
7 Chapter. 7. Sedih
8 Chapter 8. Perlawanan Azalina
9 Chapter. 9. Kedatangan Azalina ke RS
10 Chapter. 10. Keputusan Azalina
11 Chapter. 11. Kedatangan Paman
12 Chapter 12. Persiapan Pernikahan
13 Chapter. 13. Memilih Gaun
14 Chapter. 14. Cincin Peninggalan
15 Chapter. 15. Sah
16 Chapter. 16. Terpesona
17 Chapter. 17. Sedikit Cemburu
18 Chapter. 18. Dokter Anggara
19 Chapter. 19. Kesedihan Azalina
20 Chapter. 20. Kegundahan Azalina
21 Chapter 21. Bibit Pelakor
22 Chapter. 22. Angan-angan Pelakor
23 Chapter. 23. Gagal Memulai
24 Chapter. 24. Bibit Pelakor Hempas
25 Chapter. 25. Gelisah dan Keraguan
26 Chapter. 26. Tidak Mungkin
27 Chapter. 27. Berubah
28 Chapter. 28. Selamat Jalan Suamiku
29 Chapter. 29. Rencana Penjebakan Musuh
30 Chapter. 30. Kerinduan Yang Terpendam
31 Chapter. 31. Mengingat Kejadian Itu
32 Chapter. 32. Tamu Tidak Diundang
33 Chapter. 33. Godaan Sang Mantan
34 Chapter. 34. Sesal Azalina
35 Chapter. 35. Musuh Diantara Musuh
36 Chapter 36. Mereka Ditemukan
37 Chapter 37. Kerinduan Dua Kekasih
38 Chapter 38. Dendam Sultan
39 Chapter. 39. Kepulangan Bunda Sultan
40 Chapter. 40. Kondisi Kesehatan Bu Hamidah
41 Chapter. 41. Kegundahan Hati Sherly
42 Chapter. 42. Kejujuran Dokter Anggara
43 Chapter. 43. Dilema Melanda Anggara
44 Chapter. 44. Harus Jujur
45 Chapter. 45. Lampu Hijau Restu Orang Tua
46 Chapter. 46. Menyusun Rencana
47 Chapter 47. Kemajuan Usaha Azalina
48 Chapter 48. Tamu Tak Diundang
49 Chapter. 49. Anjas Kalap
50 Chapter. 50. Keadaan Yang Berbahaya
51 Chapter. 51. Kegagalan Rencana
52 Chapter. 52. Kemarahan Pak Ardi
53 Chapter. 53. Kesedihan dan Kecewa Ibu Melati
54 Chapter 54. Trauma
55 Chapter. 55. Kecemasan
56 Chapter. 56. Kesehatan Psikis Azalina
57 Chapter 57. Keberangkatan ke Jakarta
58 Chapter 58. Sampai Juga di Ibu Kota Indonesia
59 Chapter 59. Azalina Menghilang
60 Chapter. 60. Pencarian Yang Sia-Sia
61 Chapter. 61. Rencana Sultan
62 Chapter. 62. Kemiripan Yang Sama
63 Chapter. 63. Azzahrah
64 Chapter. 64. Martin Kabur
65 Chapter. 65. Keinginan Ibu Hamidah
66 Chapter. 66. Harapan Bu Hamidah
67 Chapter. 67. Kedatangan Sultan
68 Chapter. 68. Kecemasan
69 Chapter. 69. Aksi Dua Benalu
70 Chapter. 70. Hasutan Dari Ulat Bulu
71 Chapter. 71. Bantuan Raja
72 Chapter 72. Ketahuan Pelaku Utama
73 Chapter. 73. Kebijaksanaan Sultan
74 Chapter. 74. Apa Yang Terjadi Dengan Zahrah
75 Chapter. 75. Kondisi Kesehatan Aza
76 Chapter 76. Amnesia Disosiatif
77 Chapter. 77. Kebahagiaan Bu Fauziah
78 Chapter. 78. Pertemuan
79 Chapter. 79. Azahrah, Siapa??
80 Chapter. 80. Perang Dingin
81 Chapter. 81. Kisah Mie Instan
82 Chapter. 82. Menikmati Dua Mangkok Mie
83 Chapter. 83. Ancaman Arlan
84 Chapter. 84. Rasa Rindu
85 Chapter. 85. Undangan Makan Siang
86 Chapter. 86. Dokter Bayu
87 Chapter. 87. Bayu Terpesona
88 Chapter. 88. Suara Itu Milik Siapa?
89 Chapter. 89. Cincin
90 Chapter. 90. Kejujuran
91 Chapter. 91. Tulisan di Dalam Cincin
92 Chapter. 92. Rencana Bu Fauziah
93 Chapter. 93. Bayangan Masa Lalu
94 Chapter. 94. Suami??
95 Chapter. 95. Dengkuran
96 Chapter 95. Dia?
97 Chapter. 96. Menantu?
98 Chapter 97. Situasi Yang Gawat
99 Chapter. 98. Bahagia dan End
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1. Insiden
2
Chapter 2. Pertolongan
3
Chapter 3. Salah Paham
4
Chapter 4. Semakin Kacau
5
Chapter. 5 Keputusan Pak Desa
6
Chapter 6. Sebuah Ingatan
7
Chapter. 7. Sedih
8
Chapter 8. Perlawanan Azalina
9
Chapter. 9. Kedatangan Azalina ke RS
10
Chapter. 10. Keputusan Azalina
11
Chapter. 11. Kedatangan Paman
12
Chapter 12. Persiapan Pernikahan
13
Chapter. 13. Memilih Gaun
14
Chapter. 14. Cincin Peninggalan
15
Chapter. 15. Sah
16
Chapter. 16. Terpesona
17
Chapter. 17. Sedikit Cemburu
18
Chapter. 18. Dokter Anggara
19
Chapter. 19. Kesedihan Azalina
20
Chapter. 20. Kegundahan Azalina
21
Chapter 21. Bibit Pelakor
22
Chapter. 22. Angan-angan Pelakor
23
Chapter. 23. Gagal Memulai
24
Chapter. 24. Bibit Pelakor Hempas
25
Chapter. 25. Gelisah dan Keraguan
26
Chapter. 26. Tidak Mungkin
27
Chapter. 27. Berubah
28
Chapter. 28. Selamat Jalan Suamiku
29
Chapter. 29. Rencana Penjebakan Musuh
30
Chapter. 30. Kerinduan Yang Terpendam
31
Chapter. 31. Mengingat Kejadian Itu
32
Chapter. 32. Tamu Tidak Diundang
33
Chapter. 33. Godaan Sang Mantan
34
Chapter. 34. Sesal Azalina
35
Chapter. 35. Musuh Diantara Musuh
36
Chapter 36. Mereka Ditemukan
37
Chapter 37. Kerinduan Dua Kekasih
38
Chapter 38. Dendam Sultan
39
Chapter. 39. Kepulangan Bunda Sultan
40
Chapter. 40. Kondisi Kesehatan Bu Hamidah
41
Chapter. 41. Kegundahan Hati Sherly
42
Chapter. 42. Kejujuran Dokter Anggara
43
Chapter. 43. Dilema Melanda Anggara
44
Chapter. 44. Harus Jujur
45
Chapter. 45. Lampu Hijau Restu Orang Tua
46
Chapter. 46. Menyusun Rencana
47
Chapter 47. Kemajuan Usaha Azalina
48
Chapter 48. Tamu Tak Diundang
49
Chapter. 49. Anjas Kalap
50
Chapter. 50. Keadaan Yang Berbahaya
51
Chapter. 51. Kegagalan Rencana
52
Chapter. 52. Kemarahan Pak Ardi
53
Chapter. 53. Kesedihan dan Kecewa Ibu Melati
54
Chapter 54. Trauma
55
Chapter. 55. Kecemasan
56
Chapter. 56. Kesehatan Psikis Azalina
57
Chapter 57. Keberangkatan ke Jakarta
58
Chapter 58. Sampai Juga di Ibu Kota Indonesia
59
Chapter 59. Azalina Menghilang
60
Chapter. 60. Pencarian Yang Sia-Sia
61
Chapter. 61. Rencana Sultan
62
Chapter. 62. Kemiripan Yang Sama
63
Chapter. 63. Azzahrah
64
Chapter. 64. Martin Kabur
65
Chapter. 65. Keinginan Ibu Hamidah
66
Chapter. 66. Harapan Bu Hamidah
67
Chapter. 67. Kedatangan Sultan
68
Chapter. 68. Kecemasan
69
Chapter. 69. Aksi Dua Benalu
70
Chapter. 70. Hasutan Dari Ulat Bulu
71
Chapter. 71. Bantuan Raja
72
Chapter 72. Ketahuan Pelaku Utama
73
Chapter. 73. Kebijaksanaan Sultan
74
Chapter. 74. Apa Yang Terjadi Dengan Zahrah
75
Chapter. 75. Kondisi Kesehatan Aza
76
Chapter 76. Amnesia Disosiatif
77
Chapter. 77. Kebahagiaan Bu Fauziah
78
Chapter. 78. Pertemuan
79
Chapter. 79. Azahrah, Siapa??
80
Chapter. 80. Perang Dingin
81
Chapter. 81. Kisah Mie Instan
82
Chapter. 82. Menikmati Dua Mangkok Mie
83
Chapter. 83. Ancaman Arlan
84
Chapter. 84. Rasa Rindu
85
Chapter. 85. Undangan Makan Siang
86
Chapter. 86. Dokter Bayu
87
Chapter. 87. Bayu Terpesona
88
Chapter. 88. Suara Itu Milik Siapa?
89
Chapter. 89. Cincin
90
Chapter. 90. Kejujuran
91
Chapter. 91. Tulisan di Dalam Cincin
92
Chapter. 92. Rencana Bu Fauziah
93
Chapter. 93. Bayangan Masa Lalu
94
Chapter. 94. Suami??
95
Chapter. 95. Dengkuran
96
Chapter 95. Dia?
97
Chapter. 96. Menantu?
98
Chapter 97. Situasi Yang Gawat
99
Chapter. 98. Bahagia dan End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!