Ibu Lina saya mohon hentikan tangisannya, sebaiknya kita selesaikan semua masalah ini dengan kepala dingin, jangan main hakim sendiri, apa Ibu ingin berurusan dengan polisi?" terang Pak Desa yang sudah mengetahui apa yang terjadi di dalam ruangan itu.
Pak Desa sudah mendengar laporan dari beberapa warga dan juga asistennya tentang perlakuan kasar Ibu Lina terhadap Azalina.
Ibu Lina langsung terdiam saat mendengar perkataan dari Pak Ardi selaku kepala Desa di Desa S.
"Kenapa Pak Desa juga muncul pada saat yang tidak tepat seperti ini sih."
Tatapannya tajam melihat ke arah Azalina lalu bergantian ke arah Pak Desa dengan berpura-pura sangat sedih karena telah dipermalukan oleh Azalina.
"Jadi menurut Pak Desa jalan yang terbaik untuk mereka bagaimana? aku sangat malu pak Desa gara-gara perbuatan dia keponakannya suamiku," terang Ibu Lina dengan sesekali terisak dalam tangisnya sembari menunjuk ke arah Azalina.
Sedangkan Azalina masih sesegukan dan menahan perih bagian tubuhnya yang dipukuli oleh bibinya sendiri.
Azalina terduduk di atas lantai dengan menekuk kedua lututnya. Seperti itulah yang selalu dilakukan oleh Azalina jika ibu Lina menyiksanya.
Bukan kali ini dia perlakukan kasar seperti itu. Bahkan lebih parah dari itu sudah kerap kali dia rasakan. Bukannya dia tidak mampu untuk membalasnya akan tetapi dia selalu mengingat ajaran dan amanah yang selalu didengungkan oleh ibunya disaat beliau masih hidup.
"Nak apa pun yang diperbuat oleh orang lain terhadap dirimu janganlah sekali-kali untuk berniat balas dendam ataupun benci dan dendam kepada orang itu, tapi berdoalah kepada Allah SWT agar pintu hati mereka terbuka dan segera menyadari kesalahannya apa bila orang itu sudah sama sekali tidak taubat dan merubah tabiatnya maka lawanlah mereka dengan cara yang terpuji dan terhormat."
Perkataan itu yang selalu dia ingat dimanapun dia berada. Azalina sangat menghormati Pamannya karena itu lah dia tidak ingin melawan ataupun membalas bibinya.
Pamannya orang yang telah berjasa membantu ibunya membesarkan dan membantu membiayai segala kebutuhannya jika sewaktu-waktu mereka tidak punya uang walaupun pamannya harus diam-diam mengeluarkan uangnya tanpa sepengetahuan dari istrinya.
Umur tiga tahun bapaknya tidak pulang setelah pergi melaut untuk mencari ikan. Hingga hari ini bapaknya tidak ditemukan keberadaannya apa masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Sedangkan ibunya meninggal dunia saat dia berusia 12 tahun karena sakit. Sejak itu lah kadang Azalina dicap sebagai anak sial sehingga hanya satu orang yang menjadi temannya itu pun anak laki-laki.
Pak Desa lalu melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya sembari berkata, "Kalau menurut saya kita obati dulu luka pria itu setelah sembuh dari sakitnya kita segera nikahkan mereka saja."
Azalina yang mendengar perkataan tersebut segera menatap ke arah Pak Ardi dan tidak percaya jika hanya karena kesalahpahaman yang terjadi membuatnya harus menikahi pria yang tidak dikenalnya sama sekali dan mengingat usianya yang belum cukup 20 tahun.
Azalina berusaha bangkit dari duduknya lalu berjalan terseok-seok ke arah Pak Ardi.
"Pak tolong dengarkan saya, saya sama sekali tidak mengenalnya Pak dan tadi subuh itu pria itu berteriak meminta tolong saat saya akan ke Pelelangan ikan," jelasnya saat sudah berdiri dengan berpegangan di ujung meja Pak Ardi.
Pak Ardi memandang dengan penuh iba kehadapan Azalina. Pak Ardi tidak punya pilihan lain lagi yang bisa ditempuhnya untuk melindungi putri dari sahabatnya itu.
"Kasihan Azalina, saya sangat tahu bagaimana sifat dan tingkah lakunya karena dia adalah sahabat terbaik putraku dan sebenarnya aku ingin nikahkan dia dengan Anjas jika telah menyelesaikan kuliahnya di Kota besar."
Air matanya semakin tumpah ruah. Dia tidak menyangka jika hanya berniat untuk menolong seseorang harus berakhir dengan seperti ini.
"Ya Allah… bagaimana kalau pria itu adalah buronan penjahat atau dia adalah gembong narkoba atau anggota ******* bagaimana jadinya hidupku nanti?"
Azalina tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti. Jika mereka jadi menikah. Sultan yang berbaring di atas kursi panjang hanya bisa menatap dengan tatapan kosong ke arahnya Azalina.
"Pak Toni tolong bawa pria itu ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan agar lukanya segera ditangani oleh dokter," ujar Pak Ardi.
Pak Toni dan masyarakat lainnya yang ada disana segera bertindak untuk memenuhi perintah dari orang nomor satu di daerah mereka.
Ibu Lina maju ke hadapan pak Ardi. Dan berusaha untuk membujuk agar Pak Ardi merubah keputusannya tersebut.
"Pak Desa!! apa tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah mereka? Menurutku itu bukan solusi yang terbaik untuk menyelesaikan aib yang sudah mereka lakukan," jelasnya yang berusaha untuk menggagalkan rencana dari Pak Ardi.
Pak Ardi menatap ke arah ibu Lina dan tidak mengerti kenapa Ibu Lina ngotot sekali tidak menyetujui keputusan yang diambilnya.
"Kenapa ibu Lina sama sekali tidak menyetujui keputusan ku dan seolah-olah sangat menentangnya?"
Pak Ardi berdiri di tempat duduknya lalu berjalan ke arah Azalina yang berdiri berpegangan di pinggiran meja.
Pak Ardi memegang pundak Azalina sambil berkata, "Nak, Bapak lakukan ini yang terbaik untukmu, bapak tidak ingin melihatmu terus-menerus dihina dan dipojokkan oleh orang lain."
"Tapi Pak, gimana dengan Mas Abang Anjas, kami sudah berjanji akan menikah jika Abang Anjas sudah pulang dari ibu Kota," tuturnya yang mengingat janjinya bersama Anjas cowok yang menjadi sahabat sekaligus kekasihnya itu.
"Kamu tenanglah, Bapak yang akan mengurus semuanya itu, kamu sama sekali tidak perlu merisaukannya, insya Allah Anjas akan menerima dan mau mengerti dengan keputusan dari bapak," jawabnya.
Pak Ardi sangat sedih, tapi berusaha menutupinya dengan senyuman. Azalina memeluk tubuh Pak Ardi yang sudah dianggap sebagai pengganti bapaknya.
"Anjas, maafkan bapak nak, bapak terpaksa melakukan hal ini karena kasihan melihat Azalina terus disiksa oleh bibinya."
Air matanya menetes tapi buru-buru menyekanya agar tidak ada yang melihatnya. Keputusan ini pun beliau sudah rundingkan dengan istrinya sebelum datang ke Balai Desa.
Istrinya pun ikut menentang keputusan itu, karena menurutnya itu sangat mustahil Azalina lakukan mereka sangat tahu bagaimana kesehariannya Azalina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
banyak bagian/alinea yg diulang(ditulis banyak2)
2023-02-11
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-01-13
1
Yani Cuhayanih
kalo sultan bisa bicara mungkin akan langsung di nikahkan sama azalina.
2022-09-17
1