Niat hati hanya ingin menolong, tapi berujung dengan petaka. Entah akan berakhir atau pun malah akan bertambah runyam masalah yang dihadapinya.
Awalnya hendak ke tempat pelelangan seperti biasanya. Tetapi, telinganya mendengar suara seseorang yang meminta tolong hingga dia menghentikan kayuhan sepedanya.
Azalina memberikan nafas buatan kepada Pria tersebut yang dilihatnya dalam keadaan yang sangat tidak baik. Hanya saja kondisi pria itu yang tidak memakai pakaian selembar pun membuat Azalina semakin tersudutkan hingga tak bisa berbuat banyak untuk membela dirinya. Apa lagi orang-orang melihat mereka sedang memberikan nafas buatan untuk menolong pria tersebut.
Mereka pun digiring ke Balai Desa setempat. Agar kepala Desa bisa memberikan solusi yang terbaik untuk permasalahan itu.
Masyarakat yang melihat kejadian tersebut sebagai saksi, tidak ingin berita tersebut sampai ke telinga Bibinya Azalina. Mereka takut dan khawatir, jika Ibu Lina akan bertindak kejam seperti biasanya. Disaat Azalina melakukan kesalahan walaupun hanya masalah sepele, pasti akan mendapatkan hukuman yang fatal hingga berujung membuat tubuh Azalina penuh dengan luka lebam dan memar.
Tapi, apa mau dikata Ibu Lina mendengar kabar tersebut sehingga dia tergesa-gesa datang ke Balai Desa.
Dia langsung menjambak rambut panjang Azalina, tanpa bertanya sedikitpun akar muasal permasalahannya terlebih dahulu.
Ibu Lina menarik rambutnya Azalina dengan sekuat tenaga, hingga beberapa helai rambutnya terlepas dari akarnya.
"Bibi lepaskan, sakit!" Keluh Azalina sembari berusaha untuk melepaskan pegangan tangan bibinya.
Orang-orang yang kebetulan masih berada di dalam ruangan Balai Desa tidak bisa mencegah ibu Lina karena hal tersebut begitu cepat terjadi.
Mereka hanya berusaha untuk melerai mereka agar perlakuan kejam dari Ibu Lina bisa diredam.
"Ibu Lina!! tolong lepaskan tangan Ibu dari rambutnya, kasihanilah Azalina, Bu."
Pak Doni sudah berusaha untuk membantu Azalina, tetapi memang dasar ibu Lina yang keras kepala dan egois tidak mendengarkan perkataannya.
"Dasar anak tidak tahu diuntung!! apa Kamu ingin melihat Pamanmu mati berdiri gara-gara kelakuanmu itu!"
Ibu Lina masih menarik rambutnya Azalina, walaupun sudah dicegah oleh beberapa orang.
Azalina sudah menangis tersedu-sedu menahan sakitnya tarikan tersebut. Tetapi, Ibu Lina sama sekali tidak peduli dengan kesakitan yang diderita oleh keponakan suaminya.
"Dimana Kamu simpan pikiranmu haa!! Dari sejak kecil sudah buat masalah hingga sekarang Kamu mengulanginya lagi, Bibi sangat malu punya keluarga seperti Kamu."
Ibu Lina menampar pipi Azalina berulang kali hingga tangannya pun merasa kepanasan.
Darah segar mengucur dari sudut bibirnya. Beberapa lembar helai rambutnya terlepas dari kepalanya yang berguguran ke atas lantai.
Azalina memegang ujung bibirnya yang sudah perih. Dia berusaha menahan sakit yang dirasakannya. Dia tidak melakukan pembelaan karena hal itu akan berujung dengan percuma dan sia-sia saja. Bibinya sedikitpun tidak ingin mendengarkan perkataan dari siapa pun lagi.
Bukannya Azalina bodoh atau tidak mampu untuk membela dirinya sendiri, tetapi selalu berujung dengan penyiksaan. Sedangkan Pamannya sendiri dibuat tidak berdaya. Pamannya hanya bisa berdoa, agar istrinya mendapat hidayah dari Allah agar segera berubah.
"Tega sekali ibu Lina memperlakukan keponakannya dengan begitu kejamnya," ujar Pak Toni.
"Sedari tadi aku sudah berpikiran jika akan berujung seperti ini, makanya jalan yang terbaik bawa mereka kesini, tapi ternyata Bu Lina tahu jika Azalina memiliki kesalahan yang fatal," timpal Pak Doni.
Telinga Ibu Lina tidak mungkin tidak mendengar perkataan dari orang-orang, tetapi sudah kebal dengan perkataannya orang. Dia sama sekali tidak peduli dengan penilaian dari masyarakat, baginya yang penting Azalina menderita hingga mati pun enggan untuk menjemputnya.
Pria yang sudah berbaring di atas kursi itu melihat semua yang dilakukan oleh Ibu Lina terhadap penolongnya. Dia ingin menolong gadis itu, tapi berbicara saja sangat sulit apalagi untuk bangun dari tidurnya. Hanya matanya yang sedari tadi mengamati semua yang dilakukan oleh orang-orang.
Ibu Lina kembali maju ke hadapan Azalina yang terduduk di atas lantai. Orang-orang yang melihatnya segera menghalau tubuh ibu Lina.
"Kamu benar-benar pembawa sial, selalu saja membuat masalah, apa Kamu sudah melupakan semuanya? gara-gara ulahmu dulu, bapak dan ibumu harus meninggal dunia," jelas Ibu Lina yang mengungkit masa lalu beberapa tahun silam itu.
Ibu Lina menunjuk tepat ke keningnya dengan sedikit dorongan, hingga tubuhnya Azalina terdorong ke belakang terbentur dengan tembok.
Sedangkan pak Toni memberikan kode kepada Pak Rudi, agar segera mendatangi rumah Pak Desa dan meminta beliau untuk segera menghentikan perbuatan kasarnya Ibu Lina yang sudah kelewat batas menurut mereka.
Mereka bukannya hanya tinggal diam dan berpangku tangan saja, tetapi mereka sudah berusaha untuk menahan tubuh ibu Lina. Tetapi, ibu Lina masih bisa menghajar dan memukuli Azalina dengan membabi buta.
"Aaahhhh sakit!!" Keluh Azalina yang kembali menerima siksaan dari keluarganya sendiri.
Ibu Lina berjalan ke arah Azalina yang terduduk di atas lantai. Dengan langkah kaki yang perlahan tapi pasti. Dia mendekati Azalina lalu berjongkok di hadapan Azalina yang memundurkan tubuhnya karena untuk jaga-jaga agar dia tidak kembali dipukuli.
Ibu Lina tersenyum licik ke arah Azalina lalu membisikkan kata-kata yang membuat Azalina tidak percaya.
"Aku sangat bahagia melihat Kamu seperti ini, kalau Kamu ingin terbebas dari penyiksaanku makanya tinggalkan Desa ini untuk selamanya dan berikan semua sertifikat tanah dan rumah ke dua orang tuamu," dia memperhatikan sekitarnya sebelum berdiri.
Azalina memandang wajah Ibu Lina dengan penuh amarah. Kilatan kemarahan terpancar dari ke dua matanya, tangannya mengepal kuat hingga urat-uratnya nampak dengan jelas.
Ibu Lina memulai aktingnya setelah melihat Kepala Desanya sudah berjalan ke arahnya.
"Azalina kasihanilah Bibi, apa kesalahan bibi sama Kamu nak, hingga Kamu dengan tega mempermalukan bibi di hadapan orang-orang," jawabnya yang sudah duduk di kursi.
Air matanya benar-benar sangat nyata, dia tidak berhenti menangis tersedu-sedu dan meracau tidak jelas.
"Azalina, Bibi mohon jujurlah pada Kami semua, apa yang Kamu lakukan sebenarnya dengan pria itu?" Tanyanya sembari menunjuk ke arah pria yang terbaring.
Ibu Lina pura-pura menangis tersedu-sedu padahal dalam hatinya sangat bahagia.
Pak Desa yang baru saja datang menyaksikan langsung akting dari Ibu Lina. Pak Desa mengedarkan pandangannya dan tertuju pada Azalina yang sudah nampak sangat kacau dan menyedihkan. Hingga matanya menangkap sosok pria yang terbaring lemah di atas kursi.
"Ibu Lina saya mohon hentikan tangisannya, sebaiknya kita selesaikan semua masalah ini dengan kepala dingin, jangan main hakim sendiri, apa Ibu ingin berurusan dengan polisi?" terang Pak Desa yang sudah mengetahui apa yang terjadi di dalam ruangan itu.
Pak Desa sudah mendengar laporan dari beberapa warga dan juga asistennya tentang perlakuan kasar Ibu Lina terhadap Azalina.
Ibu Lina langsung terdiam saat mendengar perkataan dari Pak Ardi selaku kepala Desa di Desa S.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berusaha
2023-01-13
0
N⃟ʲᵃ࿐𝕸𝐲💞Zeni Rᴅ💞
sukurin kpla desa tau,, jgn suka cari Rai deh
2022-08-26
0
N⃟ʲᵃ࿐𝕸𝐲💞Zeni Rᴅ💞
sabar ya za
2022-08-26
0