"Hey siapa di sana?"
"Woi apa yang kalian lakukan?"
Mereka bertiga berteriak ke arah Azalina. Sedangkan Azalina hanya terdiam dan terpaku melihat kedatangan beberapa orang.
Dia terkejut melihat kedatangan mereka. Bukannya takut karena kedapatan sedang menolong pria itu, tetapi dia takut jika orang menganggap bahwa mereka melakukan hal yang tidak baik.
Salah satu di antara mereka menyalakan senternya. Walaupun sudah subuh, tapi tempat itu masih sangat gelap.
Pak Toni mengarahkan senternya ke arah tepat wajahnya Azalina. Mereka terkejut melihat Azalina sedang memangku pria yang tidak memakai pakaian apa pun di tubuhnya.
Mereka segera berlari menuju tempat Azalina berada.
"Ya Allah apa yang sedang Kamu lakukan Azalina?" Tanya Pak Doni.
"Saya tidak melakukan apa pun Pak, saya hanya berniat untuk menolong pria ini," jawabnya yang sudah nampak pucat pasi.
"Haha!!! Menolong dalam bentuk apa Azalina, apa membantunya dalam hal membuka seluruh pakaiannya, apa itu yang Kamu maksudkan?" Tanyanya dengan suara yang sudah meninggi.
"Serius Pak Doni saya tidak melakukan hal apapun yang seperti Bapak tuduhkan, saya hanya menolongnya karena tadi meminta tolong," jelasnya.
Air matanya sudah berada di ujung kelopak matanya, tapi dia terus berusaha untuk mencegah dan menahan air matanya.
Azalina masih terduduk seperti posisinya semula. Dia tidak tega jika menidurkan kepalanya di atas pasir yang dingin.
"Benar sekali apa yang dikatakan Pak Doni, Kamu sudah berbuat sesuatu yang tidak baik, apa Kamu ingin melihat daerah tercinta kita ini kena kutukan dan karma dari perbuatanmu haaa!!!" Teriak Pak Rusman yang sudah tersulut emosinya.
Azalina semakin terpojok dan tidak mampu untuk berfikir dengan jernih dan menyanggah semua tuduhan mereka. Semuanya terjadi begitu cepatnya, sehingga membuatnya tak berdaya. Hingga dia kebingungan untuk membela dirinya sendiri dengan cara yang tepat.
"Jadi untuk apa lagi Kamu mengelak Azalina, semua sudah sangat jelas, jika Kamu dan pria itu sedang berbuat hal yang tidak senonoh di pinggir pantai," terangnya yang ikut marah juga.
Mereka tidak menyangka jika gadis yang mereka kenal selama ini adalah gadis yang baik hati, jujur dan sholeha ternyata seperti ini kelakuannya.
"Kami tidak menyangka jika Kamu sangat berani berbuat asusila di kampung kita ini," tuturnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Apa seperti ini!! mendiang ke dua orang tuamu mendidikmu?" Timpal Pak Toni lagi.
"Paman, aku mohon jangan sekali-kali bawa-bawa nama ke dua orang tuaku, mereka sedikit pun tidak punya salah dan kalianlah yang salah paham dengan apa yang kalian lihat," terangnya.
Azalina marah jika kedua orang tuanya disangkut pautkan dengan apa yang terjadi sekarang.
"Kami sangat ingin tertawa mendengar perkataanmu, kalau emang Kamu tidak melakukan apapun terus apa maksudnya Pria itu bertelanjang dan Kamu memangkunya dan tadi Kami lihat dengan jelas Kamu mencium pemuda itu," jelas Pak Rusman dengan panjang lebar.
"Kalau Kamu terus menyangkal itu sama saja tidak akan menyelesaikan masalah Azalina, jadi mengakulah sebelum bertambah orang yang melihat kalian dalam keadaan seperti ini," timpal Pak Toni.
Mereka hanya ingin Azalina jujur dan segera mengakui perbuatannya. Mereka tahu jika bibinya yang mengetahui masalah ini, pasti akan semakin panjang dan runyam masalahnya.
"Kalau memang Kami tidak mau jujur sebaiknya kita bawa ke Balai Desa saja untuk segera mencari jalan keluar dan solusi dari hal ini," tutur Pak Doni.
"Betul yang Bapak katakan, karena sampai kapan pun dia tidak akan mengakui dan membuka mulutnya untuk berterus terang."
Mereka segera menggiring Azalina dan pria itu yang sudah setengah sadar, walaupun kondisinya masih sangat memprihatikan. Pak Doni segera mencari pakaiannya untuk dipakaikan ke tubuhnya pria itu.
Mereka membantu pria itu berjalan dan mereka beranggapan jika pria itu saking lelahnya hingga sudah tidak sanggup dan mampu untuk berdiri dengan tegak dan baik.
"Mungkin pria ini sedang mabuk Pak Rusman," terang.
"Itu bisa jadi Pak, mungkin pengaruh minuman beralkohol sehingga mereka sudah tidak sadar dan melupakan segalanya," ungkap Pak Doni.
Mereka bahu membahu membantu pria itu untuk berjalan. Azalina tidak ingin menangis dan bendahara terus untuk menahan laju air matanya.
"Ya Allah semoga mereka sama sekali tidak berfikiran yang tidak-tidak dan selamatkan aku ya Allah."
Doa itu yang selalu dipanjatkan olehnya agar terbebas dari kesalah pahaman yang sedang terjadi.
Hanya butuh waktu beberapa menit saja, yaitu sekitar 15 menit berjalan kaki hingga mereka sudah sampai di depan pintu Balai Desa yang kebetulan sudah terbuka pintunya.
Penjaga Balai Desa terkejut melihat Azalina dengan seorang pria digiring ke Kantor Desa.
"Apa yang terjadi dengan Azalina Pak." Tanya cleaning servis Balai Desa tersebut.
"Kami temukan mereka sedang berbuat hal yang tidak baik di sekitar Pantai," jawab Pak Rusman.
Ibu-ibu yang mendengar semua perkataan dari Pak Toni reflek menutup mulutnya karena sangat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.
"Sepertinya ada yang keliru di sini pak, saya yakin jika ada yang sengaja melakukan dan merencanakan semua ini Pak," terangnya yang sangat tidak percaya dengan apa yang adaedh depan matanya.
"Jadi kita hubungi Pak kepala Desa dengan pamannya, tapi tidak usah dengan bibinya nanti bisa jadi gawat kalau dia ada."
Mereka masih punya perasaan dan tidak ingin Azalina disiksa oleh Bibinya Ibu Lina.
Tetapi baru beberapa detik mereka berseru seperti itu. ibu Lina sudah datang dengan wajah sangarnya yang sudah siap menerkam Azalina mentah-mentah.
Azalina yang duduk di kursi sambil menundukkan kepalanya shock. Dia tidak menyangka jika Bibinya akan datang lalu tanpa permisi menarik dan menjambak rambutnya Azalina dengan kekuatan penuh sehingga beberapa helai anak rambutnya ikut kedalam genggaman tangannya.
"Ampun Bibi, Aza tidak bersalah sedikit pun, aku mohon lepaskan tangan bibi," teriaknya yang berusaha untuk menghiba agar segera dilepaskan
Mereka yang kebetulan masih berada di dalam ruangan tersebut, segera menolong Azalina. Hal seperti ini lah yang mereka takutkan akhirnya terjadi juga.
Bibinya sama sekali tidak mengurungkan niatnya dan melepaskan pegangan tangannya dari rambutnya Aza.
"Bibi aku mohon lepaskan, sakit Bi, aku mohon lepaskan, aku tidak salah apa pun," jelasnya yang berharap agar bibinya segera menghentikan aksinya yang sudah di luar batas.
"Apa katamu haaa!!! lepaskan maksudmu? jangan bermimpi dan aku akan membunuhmu kalau perlu, Kamu sudah membuat Kami malu, apa yang bibi lakukan masih tidak pantas untuk Kamu dapatkan??"
"ibu Lina, Kami mohon jangan main hakim sendiri, tunggu pak Kepala Desa biarkan beliau saja yang mencari akan solusi dan jalan keluar yang terbaik untuk mereka," terang Pak Rusman yang sudah sedih dan kasihan melihat Aza diperlakukan sangat kasar oleh istri dari Pamannya.
Mereka sudah bergerak dan melerai mereka, tapi bibinya sama sekali tidak peduli sedikit pun rintihan dan tangisan dari Azalina.
Pria yang ditolongnya ikut sedih melihat Aza yang dikasari oleh Bibinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Dirmayanti Maryam
pantesan azalina tdk mau bergantung pd bibi.y ternyata bibi.y kejam
2023-03-19
0
Sri Widjiastuti
mulut/nafasnya kan bau slkohol lhoh
2023-02-11
0
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-01-13
0