Pesawat yang ditumpanginya semakin menukik tajam. Martin semakin mengeraskan suara tawanya. Dia menginjak tangannya Sultan hingga berdarah.
"Sakit yah? Pasti Saya melihat jelas hal itu dari wajah dan matamu."
Sultan menahan perih dan sakitnya injakan tersebut. Martin kemudian jongkok di hadapan Sultan. Tubuh mereka sudah bergoyang mengikuti gerakan pesawat yang sudah tidak stabil. Pesawat terbang miring ke kiri. Hingga posisi mereka di atas kapal oleng ke kiri juga
"Makanya jadi orang jangan terlalu gampang percaya dengan orang lain."
Sultan hanya menatap tajam ke arah Martin tanpa ada perlawanan apa pun.
"Tatap tajam saja sebelum Kamu tidak bisa menatap saya lagi."
Martin kemudian memeriksa parasutnya dengan baik, dan sebelum melompat dia menoleh sepintas ke arah Sultan dengan seringai liciknya.
"Selamat tinggal Sultan."
Martin kemudian melompat ke atas speed boat yang sudah standby sedari tadi.
"Ayok cepat jalan sebelum pesawat itu jatuh," teriaknya kepada juri mudinya.
Sedangkan Sultan dengan sisa tenaganya merangkak perlahan ke arah depan pesawat pribadinya. Dia berusaha mencari parasut Pilotnya.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga parasutnya masih ada, tidak dibuang oleh Martin."
Pesawatnya sudah terbang dengan tidak teratur. Dengan susah payah dan pengorbanan yang tidak sia-sia, Dia mendapatkan parasut tersebut.
Segera memakainya dengan mengunakan tangan kirinya. Setelah berhasil dia kembali merangkak hingga ke pintu keluar.
Dan mendorong tubuhnya sekuat tenaga hingga terjatuh ke permukaan air laut.
Parasutnya mengembang dengan sempurna hingga tubuhnya sedikit terdorong hingga ke pinggir lautan yang tidak terlalu dalam. Berkat bantuan angin yang cukup kuat di sore hari itu.
Buuummmmm… Buuuuumm…
Suara ledakan yang besar yang bersumber dari pesawatnya yang sudah jatuh menabrak batu karang yang menjulang tinggi itu.
Sultan segera menyelam ke dalam laut untuk melindungi dirinya dari serpihan pesawat yang meledak itu.
Dia pun sudah pasrah dengan apa yang nantinya akan terjadi pada nasibnya. Karena tubuhnya sedari tadi kaku dan sulit untuk digerakkan.
Dengan susah payah terombang ambing di tengah lautan. Angin yang mendorong gelombang membawanya mengikuti alur arus laut.
Dia sudah pasrah, jika pun masih hidup itu sebuah mukjizat yang paling besar dalam hidupnya.
Mencoba untuk berenang apa lah daya kakinya tak bisa digerakkan sedikit pun, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan oleh Martin.
Matahari sudah condong ke barat, tetapi belum ada tanda-tanda akan ada seseorang yang melihat dan menyelamatkannya.
Tubuhnya semakin dingin, air yang masuk ke dalam tubuhnya juga bertambah. Matanya perlahan terpejam kemudian hilanglah kesadarannya. Tubuhnya terapung mengikuti arus ombak di tengah laut.
Di tempat lain, yang tidak terlalu jauh dari kejadian ledakan pesawat tersebut. Sore harinya mereka mendengar suara dentuman keras sebanyak dua kali. Tetapi, para nelayan yang sedang mencari ikan di laut saat itu hanya menganggap itu adalah sekedar petir di siang bolong, yang sudah biasa terjadi walaupun sedang tidak hujan.
Azalina Adelia Lukman adalah gadis periang, sedikit tomboi, supel, baik hati. Dia adalah putri tunggal dari pasangan Lukman dan Marina. Sejak usianya yang ke 19 tahun ke dua orang tuanya sudah meninggal dunia. Hingga dia harus berjuang sekuat tenaga dan pantang menyerah demi kelangsungan hidupnya.
Setiap hari, Dia bekerja membantu nelayan untuk mengantar hasil tangkapan mereka ke Pasar induk pelelangan ikan. Hanya pekerjaan itu yang mampu dia kerjakan dengan status pendidikan yang hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama saja.
Setiap selesai shalat subuh, dia sudah berangkat ke tempat pelelangan ikan. Wajahnya selalu berseri-seri. Dia bekerja pantang menyerah. Karena jika dia tidak bekerja, siapa yang akan membantu menghidupinya.
Walaupun masih ada saudara dari Bapak dan ibunya, tapi dia tidak ingin memberikan beban kepada mereka. Baginya selama bisa berusaha dan bekerja kenapa harus hidup dari belas kasihan orang lain.
Dia mengayuh sepedanya sambil mendendangkan shalawat secara bergantian dengan Asmaul Husna.
"Ya Allah ya Rohman, ya Rohim ya Malik ya Kudus ya Salam, ya mukmin…."
Hingga nyanyiannya berhenti di saat ke dua telinganya samar-samar mendengar suara seseorang yang minta tolong.
Dia segera menghentikan kayuhan sepedanya dan segera merem agar sepedanya berhenti.
"Sepertinya tadi ada yang meminta tolong? Tapi di mana, tidak mungkin! Mungkin hanya sekedar suara yang terbawa angin saja," dia kembali menaiki sepedanya.
Baru beberapa detik mengayuh sepedanya, telinganya kembali mendengar suara teriakan seseorang dan kali ini lebih keras dan jelas dari sebelumnya.
"Kok tiba-tiba bulu kudukku meremang, apa jangan-jangan itu bukan suara orang yah?" Tanyanya yang sudah mulai ketakutan.
Padahal biasanya dia itu paling berani di antara semua anak gadis yang tinggal di pesisir Pantai.
"Tolooooooonnnggg saya."
Dia kembali mendengar suara untuk ketiga kalinya. Dia menajamkan pendengarannya, kemudian menyimpan sepedanya di pinggir jalan.
Dia lalu berjalan ke sekitar area sumber suara tadi. Langkahnya semakin dipercepat saat melihat ada benda yang bergerak seperti tenda yang tertiup angin.
Dia berlari kecil hingga ke tempat benda itu berada. Dia mengangkat parasut itu hingga ujung matanya melihat ada seseorang di bawah parasut itu.
" Astaugfirullahaladzim," teriaknya.
Dia memeriksa keadaan orang itu yang sudah tidak sadarkan diri dalam kondisi yang tidak memakai pakaian apa pun.
"Aaaaaaaaahhhhhhh!!!"
Teriaknya saat tanpa sengaja melihat milik pria itu. Tubuhnya terdorong ke belakang saking terkejutnya. Dia memang biasa melihat yang gituan hampir setiap hari malah, tapi dengan ukuran yang berbeda. Anak kecil yang selalu mandi dan berenang di jembatan setiap sore hari.
"Ya Allah kenapa juga Aku harus melihat benda seperti itu," ucapnya dengan menutup ke dua matanya.
Dia mengesampingkan benda itu, lalu segera memeriksa nadinya, bagian leher kemudian dia menempelkan wajahnya di sekitar dada pria itu.
"Alhamdulillah dia masih hidup, sebaiknya aku segera memberikan nafas buatan agar bisa bernafas normal."
Tanpa pikir panjang,dia memberikan nafas buatan tapi, percobaan pertama gagal hingga berulang kali dia lakukan.
Dan percobaan yang terakhir akhirnya membuahkan hasil yang maksimal. Pria itu terbatuk-batuk dan mengeluarkan banyak air dari dalam mulutnya.
"Uuhuukkkk."
"Alhamdulillah berhasil juga," wajahnya bahagia lalu tersenyum ke arah Pria itu.
Azalina segera memangku kepala pria itu bersamaan dengan kedatangan beberapa orang nelayan yang melihat mereka.
"Sepertinya ada suara dari balik pohon bakau itu pak," terangnya.
"Ayok kita periksa, jangan-jangan itu maling yang mau mencuri rumput laut warga yang sedang di jemur itu," timpalnya.
Mereka bertiga segera berjalan perlahan ke arah tujuannya. Hingga mata mereka membelalak melebar sempurna dan mulutnya membulat saking tidak percayanya melihat seorang pria yang tidak memakai pakaian dipangku oleh seseorang perempuan.
"Hey siapa di sana?"
"Woi apa yang kalian lakukan?"
Mereka bertiga berteriak ke arah Azalina. Sedangkan Azalina hanya terdiam dan terpaku melihat kedatangan beberapa orang.
Azalina juga ikut terkejut melihat kedatangan beberapa warga masyarakat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Dirmayanti Maryam
wah pasti dikira mrk berbuat macam²
2023-03-19
1
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-01-13
1
Yani Cuhayanih
Bermaksud menolong kenapa jd buah simalakama buat azalina .
2022-09-17
1