Istri Simpanan Presiden

Istri Simpanan Presiden

Bab.1 Selingkuh

Rembulan kian meninggi, mengindahkan malam berteman dengan bintang. Tak lupa konstelasi turut serta agar suasana suram hilang dari pandangan. Cahaya kebiruan rembes memasuki celah ruangan dipenuhi gemerlap lampu putih-kekuningan.

Rasa penat dan lelah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan membuat kepala Edward mulai pening. Dia mulai membuka pintu utama, berharap kali ini sang istri tercinta berada di rumah dan menyambutnya dengan seulas senyuman.

Suara lirih langkah kaki menuruni setiap anak tangga, sebelum akhirnya terhenti untuk sementara. Bola mata terus saja berkeliling ke segala arah, seolah tengah mencari sosok yang dicinta. Namun, ada yang aneh pada warna matanya. Mata anak manusia yang seharusnya hitam dengan binar, hanya dihiasi kesedihan.

Ketika ekspektasi tak sejalan dengan realita, seketika itu pula seorang insan berhenti berharap ... berharap kepada manusia bahkan Tuhannya.

Entah dari mana asalnya, silir angin sedikit mengurai ribuan benang pendek kehitaman di ujung kepala. Hidup mancung sedikit besar dan mata tajam serta alis tebal semakin menciptakan kesan rupawan. Sebuah kesempurnaan dan suka menjadi sampul guna menutup rapat sebuah duka.

Matanya melirik pada seorang pelayan sedikit tua. Sebuah kacamata dengan pengikat di ujung telinga dan rambut putih abu-abu semakin membuatnya terlihat memesona. Dia mendekati pelayan itu dan lekas bertanya tentang keberadaan istrinya.

“Tuan Lee, apa Anda melihat Soraya?”

“Maaf, Tuan. Nyonya tengah ke luar bersama teman-teman,” lirihnya dengan salah satu yang melipat di depan dada.

“Keluar? Ke mana?”

“Saya tidak tahu pastinya, tapi katanya dia datang ke pesta yang diadakan sebagai perayaan kepulangan Nyonya.” Masih dengan suara lembut dan sopan, dia terus membalas semua yang ditanyakan Edward.

“Hmm ... terima kasih, Anda bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu.” Dia lekas membaringkan setengah badan pada sofa yang tak terlalu jauh darinya. Netranya menatap nanar pada langit-langit rumahnya, menciptakan ilusi sementara. Pikirannya melayang mencari arah dan tujuan, mencari sebuah jawaban agar bisa mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan.

Hendak kelopak mata menutupi kekejaman dunia, suara terikat seorang gadis membuatnya kembali tersadar.

“Ayah … .Kau sudah kembali?” pekik seorang anak gadis kecil yang duduk di atas kursi roda.

“Ayah!” Anak kecil yang terduduk di kursi roda, berupaya mengapai ayahnya. Di saat yang bersamaan, labium kembali mengukir senyum kepalsuan agar anak semata wayangnya tidak merintih.

Edward menatap anaknya dan tersenyum lebar, menyembunyikan keresahan hati. Menyayangkan sikap istri yang kurang perhatian pada sang anak.

Soraya, dia kurang sabar untuk menemani anaknya dalam menjalani pengobatan yang menghabiskan banyak waktunya. Dia lebih suka keluar dengan sahabat-sahabatnya dan berpesta.

Zahra, gadis kecil berusia 8 tahun yang harus menjalani sisa hidupnya di atas kursi roda karena sebuah tragedi yang menimpa dirinya dua tahun silam. Kurangnya kasih sayang dan perhatian membuatnya enggan kembali berusaha, sekalipun itu untuk hidup dan masa depannya. Sosok bidadari dunia yang seharusnya memberikan kasih, malah menelantarkan anaknya dan memilih untuk berfoya-foya.

“My princess, kau belum tidur?” tanya Edward pada Zahra.

“Entah mengapa aku merindukan Ayah dan ingin tidur di pelukanmu,” jawab Zahra memeluk erat ayahnya.

“Kau sangat manja.” Edward menggendong Zahra dan membawanya ke kamar dengan memakai lift.

“Zahra sama sekali tidak manja Ayah. Aku hanya sangat merindukanmu. Semenjak kita kembali dari Dubai, Ayah selalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak mengacuhkanku.” Manik hitamnya kian berkaca, menahan isak karena rindu yang begitu menggebu.

“Maaf Sayang, jika pekerjaan Ayah membuatmu kesepian. Ayah berjanji akan meluangkan lebih banyak waktu untukmu,” ucap Edward. Dia meletakkan Zahra di kasurnya yang berukuran besar.

“Janji?” Sepasang jari kelingking kian bertautan, menciptakan janji seraya menghidupkan dunia bagi keluarga kecil. Diambilnya sebuah buku cerita kesukaan anaknya, berharap agar mata sayu si buah hati bisa kembali menjadi ayu dipenuhi kirana.

“Sekarang tidurlah! Ayah akan membacakanmu sebuah buku cerita.” Edward lalu berbaring dengan bertumpu dengan satu tangannya dan mulai membacakan Zahra sebuah cerita dongeng. Di tengah-tengah cerita tiba-tiba Zahra menghentikannya dengan memegang tangan Edward.

“Ayah mengapa ibu tidak seperti ibu lain yang meluangkan waktu untuk menemani anaknya,” tanya Zahra polos. Ada kepedihan dalam matanya. Mungkin anak ini sangat merindukan sosok ibu yang hangat. Batin Edward.

Dengan satu tangan bertumpu di atas ranjang, Edward membacakan kisah dongeng dengan suara selembut sutra. Namun, ceritanya terhenti sangkala sebuah tanya diajukan oleh si kecil, Zahra.

“Ayah. Apakah ibu membenci Zahra?” tanya Zahra lagi.

Terdapat duka di antara manik hitamnya, dan terdapat asa agar bisa diberikan cinta oleh kedua orang tua. Edward tersentak mendengarnya, tetapi sebuah senyum masih tersampul. “Tidak, ibu sangat menyayangi Zahra Kecil,” balas Edward.

“Tapi ... tapi kenapa ibu tidak pernah lagi mau bermain denganku?” Sekali lagi tanya hampir menghancurkan hati seorang ayah. Berdalih sibuk bekerja, Edward mencoba untuk memenangkan hati anaknya.

“Ibumu adalah seorang wanita yang sibuk, Nak,” terang Edward.

“Tapi, apakah ibu tidak bisa meluangkan waktunya untuk bersama Zahra walau hanya 5 menit saja?”

Edward menarik nafas panjang menarik paksa dua sudut bibirnya agar bisa tersenyum.

“Ibumu itu sangat mencintaimu. Hanya saja, dia punya kegiatan yang tidak bisa dia tinggalkan,” kilah Edward. Walau dia juga jengah dengan perangai Soraya namun dia tetap membelanya di depan Zahra, putri mereka satu-satunya. Dia tidak ingin membuat anaknya sedih.

Sejenak Zahra membisu, menundukkan kepala dengan netra yang hampir menjatuhkan air mata. “Zahra rindu ibu yang dulu. Ibu yang selalu menjaga dan mengajakku bertamasya. Tapi ... Ayah, apa ibu malu karena Zahra sekarang lumpuh? Dan karena itu ibu tidak mau lagi bermain denganku,” ungkap Zahra seraya memeluk ayahnya.

Edward hanya bisa terdiam membisu. Hatinya terasa sakit mendengar keluh kesah anak semata wayangnya yang rindu kasih sayang seorang ibu. Dia tidak tahu alasan apalagi yang harus dibuatnya agar Zahra tidak larut dalam kesedihan. Dia sendiri sudah lelah menghadapi tingkah Soraya yang sudah teramat keterlaluan. Dia selalu sibuk dengan acara yang tidak penting dan mengabaikan anak mereka.

“Seperti yang Ayah pernah ayah katakan sebelumnya. Ibu sangat mencintaimu. Hanya saja dia punya kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan.”

“Hentikan tangisanmu itu, kau terlihat jelek jika menangis. Matamu akan membengkak dan menghitam seperti mata panda,” kata Edward dengan suara yang melucu dan menirukan gerak dalam film kartun.

Zahra tersenyum kembali sembari memeluk ayahnya kecil.

“Jika kau berhenti menangis Ayah akan mengajakmu jalan-jalan di mall. Kau bisa memilih apapun yang kau inginkan,” tawar Edward membuat mata Zahra berkilat.

“Betul Yah.” Edward menganggukkan kepalanya.

Zahra kembali memeluk ayahnya dengan erat. “Aku sayang sekali pada Ayah.”

“Ayah juga sangat menyayangimu,” ungkap Edward tulus.

“Ayo sekarang tidur, ini sudah larut malam,” bujuk Edward agar Zahra mau tidur.

“Boleh tapi ayah harus meneruskan cerita dongeng tentang Putri tidur,” pinta Zahra. Edward menganggukkan kepalanya.

Edward lalu mulai meneruskan membaca cerita itu hingga Zahra tertidur pulas. Dia lalu meletakkan buku itu dan membenarkan selimut Zahra. Edward keluar dari kamarnya lalu seorang pelayan datang untuk menemani anaknya tidur.

Edward berjalan menuju kamarnya. Dia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah. Dia lalu berjalan ke bawah melalui tangga dan melihat istrinya pulang dalam keadaan mabuk. Tubuh wanita itu berjalan dengan sempoyongan.

“Akhirnya kau pulang juga ke rumah,” ucap Edward pada istrinya.

‘’Oh Suamiku rupanya sudah pulang. Teman-teman mengajakku untuk berpesta tadi dan aku tidak mungkin menolak ajakan mereka bukan?” terang Soraya.

“Ini sudah malam Soraya dan kau membiarkan anakmu di rumah sendiri,” jawab Edward ketus.

“Kau menyalahkanku karena aku bepergian pada malam hari. Sedangkan siang tadi aku di rumah menemaninya,” jawab Soraya tidak mau kalah.

“Aku pergi mencari uang sedangkan kau pergi untuk belanja dan berpesta pora!” seru Edward.

Soraya berdiri berpegang pada kursi di sebelahnya. Menyilangkan kedua kaki.

“Aku ingin bekerja kau tapi kau melarangnya dan kini aku menghabiskan sedikit uangmu dan bersenang-senang, kau malah tidak suka. Sebenarnya apa maumu?” geram Soraya lirih penuh penekanan

“Aku tidak mempermasalahkan tentang uang yang kau habiskan. Tapi aku sedang mengingatkanmu akan tanggung jawab sebagai seorang ibu dan istri!” seru Edward.

“Aku sudah mengurus Zahra anak kita lalu aku hanya bersenang-senang sedikit apakah itu salah? Jika tidak, kenapa kau malah marah-marah," jawab Soraya enteng dengan nada yang mengejek.

“Tapi tidak membuat anak kita kesepian Soraya!” Nada bicara Edward semakin tinggi hingga memenuhi seluruh ruangan itu.

“Aku sendiri kesepian namun kau tidak pernah mau melihatku lagi. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu dan mengabaikan diriku, kau bahkan tidak pernah punya waktu untukku. Sekali punya waktu, hanya Zahra saja yang kau perhatikan. Aku selalu kau salahkan setelah peristiwa naas yang dialami Zahra dan aku mencari pelarian untuk rasa kesepian yang kualami ini. Salahkah itu?

“Lalu kau mulai larut dan terbuai dalam pelukan pria lain?” ungkap Edward membuat wajah Soraya pucat pasi.

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

haaappp smpai di sini dah ngerti komplik rt mrka,,,,, nnti di isi istri simpanan ok lah

2023-03-25

0

Alexa

Alexa

terlalu puitis. berbelit2...terlalu sastra

2022-09-17

2

Cassie

Cassie

Aku mampir mak nana😍😍😘😘

2022-08-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab.1 Selingkuh
2 Bab. 2 Perpisahan
3 Bab. 3 Pria Recehan
4 Bab. 4 Tidak Beruntung
5 Bab. 5 Apa Yang Kau Punya?
6 Bab.6 Instan
7 Bab. 7 Bayar Lunas
8 Bab. 8 Jantungan
9 Bab.9 Masih Adakah Tawarannya?
10 Bab. 10 Membuat Masalah
11 Bab. 11 Murka Deya
12 Bab.12 Hanya Untuk Bersenang-senang
13 Biang Masalah
14 Bab. 14 Bayaran Pelayanan
15 Bab.15 Bila Bosan Melanda
16 Bab. 16 Meminta Ijin
17 Bab.17 Saling Mencintai?
18 Bab.18 Pria Sejati
19 Bab. 19 Belum Dewasa
20 Bab. 20 Pemberitahuan Langsung
21 Bab. 21 Seperti Sekuntum Bunga
22 Bab.22 Kepergok
23 Bab. 23 Marah
24 Bab.24 Milik Siapa?
25 Bab. 25 Lelah dan Capai
26 Bab. 26
27 Bab. 27 Komitmen
28 Bab.28 Maaf
29 Bab. 29
30 Bab. 30 Rival
31 Bab. 30 Kulit Merah
32 Bab. 32 Membujuk Suami
33 Bab. 33 Pilihan Salah
34 Bab. 34
35 Bab. 35 Tragedi Mencekam
36 Bab. 36 Lebih Baik
37 Bab. 37 Langkah Pertama
38 Bab. 38 Orang ketiga
39 Bab. 39
40 Bab.40 Istri Sah
41 Bab. 41 Kembali Lagi
42 Bab. 42 Tidak Nyaman
43 Bab. 43 Penolakan
44 Bab. 44 Bujukan Halus
45 Bab. 45 Taruhan Harga Diri
46 Bab. 46 Galau
47 Bab. 47 Manis
48 Bab. 48
49 Bab. 49 Cemburu
50 Bab. 50 Rindu Menggelora
51 Bab. 51 Rasa Cinta
52 Bab.52
53 Bab. 53 Sebuah Alasan
54 Bab. 54 Menggoda Suami
55 Bab. 55 Luapan Emosi
56 Bab. 56 Statusnya
57 Bergabung
58 Bab 58 Kesehatan Mental
59 Bab. 59.Gangguan Jiwa
60 Bab. 60
61 Bab. 61 Gundah
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65 Pinta Aya
66 Bab. 66 Hal Terbaik
67 Bab. 67 Belum Mencinta
68 Bab. 68 Belajar Menghadapi Masalah
69 Bab 69. Dukungan istri sah
70 Bab. 70 Makan Malam Menegangkan
71 Bab. 71
72 Bab. 72 Kecewa
73 Bab. 73 Introgasi
74 Bab. 74 Melawan
75 Bab. 75 Nasihat
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78 Mantan
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81 Pilihan Berat
82 Bab. 82 Kabar Baik atau Buruk?
83 Bab. 83 Pinta Yang Sulit
84 Bab. 84 Pamit
85 Bab. 85
86 Bab. 86 Kau Hamil?
87 Bab. 87 Tak Ingin Usai
88 Bab. 88 Status Gantung
89 Bab. 89
90 Bab 90 Rindu
91 Bab. 91 Kecewa
92 Bab. 92 Kenangan Ini.
93 Bab. 93 Pulang ke Rumah
94 Bab.94 Keras Kepala
95 Bab. 95 Kembali
96 Bab. 96 Ingin Cerai
97 Bab. 97 Penyesalan Terdalam
98 Bab. 98 Sakit
99 Bab. 99 Belahan Jiwa
100 Bab. 100 Jujurlah!
101 Bab. 101
102 Bab. 102 Meyakinkannya Hati
103 Bab. 103 Restu
104 Bab. 104 Anak Sendiri
105 Bab. 105 Akur
106 Bab. 106
107 Bab. 107
108 Bab. 108 Rumah Impian
109 Bab. 109 Surprise yang Tidak Surprise
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab. 112
113 Bab. 113 Bidadari Surga
114 Bab. 114 Pembuktian
115 Bab. 115
116 Bab. 116 Sidang Penentuan
117 Bab. 116 Tuduhan Pedas
118 Bab. 118 Mencintai adalah hal terindah bagiku?
119 Bab. 119. Menyesal
120 Bab. 120 Liburan
121 Bab.121 Momen Indah
122 Bab. 122 Mertua Sakit
123 Bab. 123
124 Bab. 124
125 Bab. 125
126 Bab. 126
127 Bab. 127
128 Bab 128
129 Bab. 129
130 Bab. 130
131 Bab. 131
132 Bab. 132 Takut Kehilangan
133 Bab. 133 Jangan pergi Bunda.
134 Bab. 134
135 Tamat
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab.1 Selingkuh
2
Bab. 2 Perpisahan
3
Bab. 3 Pria Recehan
4
Bab. 4 Tidak Beruntung
5
Bab. 5 Apa Yang Kau Punya?
6
Bab.6 Instan
7
Bab. 7 Bayar Lunas
8
Bab. 8 Jantungan
9
Bab.9 Masih Adakah Tawarannya?
10
Bab. 10 Membuat Masalah
11
Bab. 11 Murka Deya
12
Bab.12 Hanya Untuk Bersenang-senang
13
Biang Masalah
14
Bab. 14 Bayaran Pelayanan
15
Bab.15 Bila Bosan Melanda
16
Bab. 16 Meminta Ijin
17
Bab.17 Saling Mencintai?
18
Bab.18 Pria Sejati
19
Bab. 19 Belum Dewasa
20
Bab. 20 Pemberitahuan Langsung
21
Bab. 21 Seperti Sekuntum Bunga
22
Bab.22 Kepergok
23
Bab. 23 Marah
24
Bab.24 Milik Siapa?
25
Bab. 25 Lelah dan Capai
26
Bab. 26
27
Bab. 27 Komitmen
28
Bab.28 Maaf
29
Bab. 29
30
Bab. 30 Rival
31
Bab. 30 Kulit Merah
32
Bab. 32 Membujuk Suami
33
Bab. 33 Pilihan Salah
34
Bab. 34
35
Bab. 35 Tragedi Mencekam
36
Bab. 36 Lebih Baik
37
Bab. 37 Langkah Pertama
38
Bab. 38 Orang ketiga
39
Bab. 39
40
Bab.40 Istri Sah
41
Bab. 41 Kembali Lagi
42
Bab. 42 Tidak Nyaman
43
Bab. 43 Penolakan
44
Bab. 44 Bujukan Halus
45
Bab. 45 Taruhan Harga Diri
46
Bab. 46 Galau
47
Bab. 47 Manis
48
Bab. 48
49
Bab. 49 Cemburu
50
Bab. 50 Rindu Menggelora
51
Bab. 51 Rasa Cinta
52
Bab.52
53
Bab. 53 Sebuah Alasan
54
Bab. 54 Menggoda Suami
55
Bab. 55 Luapan Emosi
56
Bab. 56 Statusnya
57
Bergabung
58
Bab 58 Kesehatan Mental
59
Bab. 59.Gangguan Jiwa
60
Bab. 60
61
Bab. 61 Gundah
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65 Pinta Aya
66
Bab. 66 Hal Terbaik
67
Bab. 67 Belum Mencinta
68
Bab. 68 Belajar Menghadapi Masalah
69
Bab 69. Dukungan istri sah
70
Bab. 70 Makan Malam Menegangkan
71
Bab. 71
72
Bab. 72 Kecewa
73
Bab. 73 Introgasi
74
Bab. 74 Melawan
75
Bab. 75 Nasihat
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78 Mantan
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81 Pilihan Berat
82
Bab. 82 Kabar Baik atau Buruk?
83
Bab. 83 Pinta Yang Sulit
84
Bab. 84 Pamit
85
Bab. 85
86
Bab. 86 Kau Hamil?
87
Bab. 87 Tak Ingin Usai
88
Bab. 88 Status Gantung
89
Bab. 89
90
Bab 90 Rindu
91
Bab. 91 Kecewa
92
Bab. 92 Kenangan Ini.
93
Bab. 93 Pulang ke Rumah
94
Bab.94 Keras Kepala
95
Bab. 95 Kembali
96
Bab. 96 Ingin Cerai
97
Bab. 97 Penyesalan Terdalam
98
Bab. 98 Sakit
99
Bab. 99 Belahan Jiwa
100
Bab. 100 Jujurlah!
101
Bab. 101
102
Bab. 102 Meyakinkannya Hati
103
Bab. 103 Restu
104
Bab. 104 Anak Sendiri
105
Bab. 105 Akur
106
Bab. 106
107
Bab. 107
108
Bab. 108 Rumah Impian
109
Bab. 109 Surprise yang Tidak Surprise
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab. 112
113
Bab. 113 Bidadari Surga
114
Bab. 114 Pembuktian
115
Bab. 115
116
Bab. 116 Sidang Penentuan
117
Bab. 116 Tuduhan Pedas
118
Bab. 118 Mencintai adalah hal terindah bagiku?
119
Bab. 119. Menyesal
120
Bab. 120 Liburan
121
Bab.121 Momen Indah
122
Bab. 122 Mertua Sakit
123
Bab. 123
124
Bab. 124
125
Bab. 125
126
Bab. 126
127
Bab. 127
128
Bab 128
129
Bab. 129
130
Bab. 130
131
Bab. 131
132
Bab. 132 Takut Kehilangan
133
Bab. 133 Jangan pergi Bunda.
134
Bab. 134
135
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!