Bab. 4 Tidak Beruntung

Edward mengajak Zahra berkeliling mall. Berkali-kali dia menawarkan Zahra untuk membeli sesuatu namun anak itu menolaknya. Anak itu nampak tidak nyaman karena tatapan mata dan bisik-bisik orang-orang melihatnya duduk di atas kursi roda.

Bagi Zahra dia merasa orang-orang itu memandangnya sebagai gadis cilik yang menyedihkan. Rasa malu dan tidak percaya diri mulai hinggap di hati Zahra. Mungkin sebab ini pula yang membuat ibunya tidak pernah mau mengajak keluar dari rumah. Bahkan sekedar berjalan-jalan di sekitar kompleks.

"Kasihan banget yah, masih kecil, cantik pula, kok lumpuh," celetuk salah satu sales lirih yang masih sempat terdengar oleh telinga Zahra.

"Ibunya di mana kok jalan ma ayahnya saja?" tanya salah seorang wanita ganjen mendekat.

"Bilang aja kalau mau deketin Ayah," ujar Zahra sewot. Mereka melanjutkan jalan tanpa mengindahkan sapaan para wanita.

"Daddy-nya tampan banget, boleh dong kenalan," rayu seorang wanita seksi sembari menyentuh ayahnya.

Zahra benar-benar merasa tidak merasa senang pada sesi jalan-jalan kali ini. Mereka hanya berniat menggoda papanya. Memuakkan, apa semua wanita bersikap murahan seperti itu.

Zahra memandangi sebuah stand khusus es krim. Dia bukan ingin es krim itu namun tatapannya tertuju ke arah anak yang sedang rewel dan menangis. Sang ibu membujuknya dengan penuh kasih sayang.

"Bu apakah kau tidak merindukanku seperti aku yang merindukanmu," batin Zahra.

"Ada apa, Zahra?" Edward menghentikan langkahnya dan menuju ke arah pandang anak itu.

"Kau ingin es krim?" tunjuk Edward. 

"Aku ingin ibu ada di sini Ayah bukan es krim itu," jawab Zahra dalam hati. Namun, kepalanya mengangguk.

"Kalau begitu tunggu di sini. Ingat, jangan kemana-mana!" perintah Edward menarik kursi roda itu berjajar dengan barisan kursi khusus pengunjung.

Edward lalu menuju stand ice cream yang ada di depan mereka. Netra Zahra mulai mengamati sekitar. Dia menoleh ke belakang. Nampak di belakangnya ada pagar pembatas dari kaca. Di bawahnya ada enam lantai lagi yang jelas terlihat dari tempat Zahra duduk.

Tiba-tiba ada beberapa anak kecil berlarian, salah satunya tanpa sengaja menyenggol kursi Zahra sehingga bergerak dan berputar sendiri dengan cepat. Kursi roda itu mendekat ke arah pembatas kaca. Seluruh orang yang melihat berteriak ngeri. Sedangkan mata Zahra terbelalak ketika melihat pemandangan lantai bawah ketika kursinya berjalan menabrak pembatas itu.

"Ayah...!"

Nafasnya terhenti dan matanya telah menutup, tangannya memegang dinding kaca. Menunggu kapan tubuhnya melayang dan jatuh lalu mengenai lantai dan remuk seketika.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya sebuah suara merdu, dia merasa seseorang menepuk tangannya.

"Apakah aku sudah ada di nirwana?" gumam Zahra, mulai membuka mata dan melihat ada wanita muda sedang berdiri di dekatnya.

"Nyaris, untungnya kita masih selamat," ujar gadis cantik itu menunjuk pemandangan di bawah sana dengan matanya.

Zahra mengikuti arah tatapnya dan bergidik ngeri. Jika dia tidak segera ditolong maka tubuhnya pasti remuk. Namun, jika itu terjadi maka baguslah. Ayahnya tidak akan hidup menderita lagi karena terbebani olehnya. Ibunya tidak akan malu mempunyai anak yang cacat dan lumpuh.

Deya membalikkan tubuhnya dan menjalankan kursi roda Zahra menjauh dari tempat itu.

"Apakah kalian baik-baik saja?" tanya Lia yang baru saja datang mendekat.

"Kau lihat kami baik-baik saja," jawab Deya. 

"Zahra," panggil seorang pria mendorong tubuh Deya. Wajahnya pucat pasi lalu memeriksa keadaan Zahra dengan sangat khawatir dan cemas. 

"Kau baik-baik saja?" 

"Aku baik-baik saja Ayah! Kakak ini yang menolongku tadi," balas Zahra. Edward membalikkan. Manik mata keduanya saling bertemu. Deya membuka mulutnya lebar. 

"Dari semua pria kenapa aku harus bertemu dengan Tuan Recehan lagi? Padahal dunia itu tidak selebar daun kelor?" batin Deya mendengus kesal.

"Kau!" tunjuk mereka bersamaan, Deya membuang muka dengan kesal.

"Kau mengenalnya," bisik Lia. 

Deya menyipitkan dan menajamkan matanya, lalu menggelengkan kepala. "Mana pernah aku berkenalan dengan Om-om," bisik lirih Deya tapi masih terdengar oleh Edward.

Edward menarik nafas panjang mendengar ucapan Deya. Wanita itu mengatakan dia adalah Om. Tidak sopan. Namun, tidak sopan jika harus bertengkar dengan orang yang telah menyelamatkan putrinya. 

"Terima kasih karena telah menolong putriku Nona…?" ucap Edward.

"Deya Almaira!" jawabnya dengan ketus. Hatinya masih dongkol karena teringat kejadian tadi pagi sebelum dia ke rumah Lia.

"Nama yang bagus, secantik orangnya," timpal Edward tersenyum lebar seperti model iklan pasta gigi.

"Semua wanita cantik," ujar Deya.

"Tapi apa yang Ayah katakan memang benar, Kakak itu cantik," sela Zahra.

"Oh ya kenalkan namaku Edward dan ini putriku, Zahra," Edward mengulurkan tangannya.

Lia malah yang membalas uluran tangan itu dengan cepat.

"Namaku Lia Angraini, panggil saja Lia. Kalau temanku yang satu ini memang rada pemalu jika harus berkenalan dengan pria."

Deya yang mendengar memutar bola mata malas. Deya ikut bersalaman dengan Zahra tetapi tidak Edward, lalu mengajak Lia untuk pergi dari tempat itu.

"Zahra, ehm kami harus pergi sekarang. Maaf," kata Deya.

"Tunggu! Sebagai rasa terima kasihku bagaimana jika aku mengajak kalian berdua untuk makan," tawar Edward.

"Boleh, Om Genteng," ucap Lia yang mendapat injakan kaki dari Zahra.

Deya menarik tubuh Lia menjauh dan berbisik, "Ingat ma papi gula mu."

"Kan nggak ada di sini, aman."

"Kalau dia lihat bagaimana?" lanjut Deya.

"Mampus gue, dia prosesif banget orangnya."

"Makanya sekarang kita pergi dari sini," ucap Deya.

Mereka berdua lalu mendekat pada Ayah dan anak itu lagi. Tersenyum kaku pada mereka.

"Maaf Om, kami ada pekerjaan penting, jadi tidak bisa ikut."

"Oh, sayang sekali. Padahal aku ingin makan ditemani kalian," ungkap Zahra.

"Mungkin lain waktu," ucap Deya. Mereka lalu berpisah di tempat itu.

*

"Bagaimana Tuan Edward? Apakah Anda tertarik dengan kerja sama yang saya tawarkan tadi. Saya jamin investasi yang Anda berikan pada perusahaan tambang milik saya akan memiliki keuntungan besar dan berkali lipat," kata Arya di sebuah klub malam dalam ruangan khusus. Arya adalah pemilik klub malam ini.

"Aku akan membaca proposal milikmu terlebih dahulu, tapi dari penjelasan dan uraianmu, aku sepertinya tertarik," timpal Edward.

"Kau tidak akan menyesal Tuan Edward," imbuh Arya. 

"Apa kau suka wanita? Aku punya seorang wanita yang masih bagus dan tersegel sebagai hadiah khusus." Arya lalu memberi tanda pada asistennya untuk membawa masuk Deya. Belum juga Edward menolak karena bukan kebiasaannya berhubungan dengan wanita sembarangan, dia melihat seorang wanita masuk dengan menundukkan wajahnya.

Dia menyipitkan mata dan menajamkan penglihatan. Berpikir apakah yang dia lihat itu benar malaikat yang menolong putri kecilnya? Mengapa dia masuk ke dalam neraka ini?

Edward menegakkan punggung dan merapikan jas sembari tersenyum pada Arya.

"Bagaimana cantik kan?" tanya Arya. Edward  menatap Deya lagi. Lalu mengangguk.

"Deya beri salam pada Tuan Edward," perintah Arya.

Edward melihat Deya mulai mengangkat wajahnya. Matanya yang cantik dan bening membesar seketika. Wajahnya yang dilapisi make up tebal menjadi pucat pasi.

"Tuan Recehan...." gumam Deya lemas.

Terpopuler

Comments

NetizeN MahaBapeR

NetizeN MahaBapeR

udh jodoh Lo y ketemu teruslahhh😄

2022-09-09

1

Nila Nila

Nila Nila

huuahahahahaha...ketemu lagii.....🤣🤣🤣🤣

2022-07-30

2

Puja Kesuma

Puja Kesuma

uah jodoh mu kali deya selalu bertemu dgn tuan recehan😃😃😃

2022-07-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.1 Selingkuh
2 Bab. 2 Perpisahan
3 Bab. 3 Pria Recehan
4 Bab. 4 Tidak Beruntung
5 Bab. 5 Apa Yang Kau Punya?
6 Bab.6 Instan
7 Bab. 7 Bayar Lunas
8 Bab. 8 Jantungan
9 Bab.9 Masih Adakah Tawarannya?
10 Bab. 10 Membuat Masalah
11 Bab. 11 Murka Deya
12 Bab.12 Hanya Untuk Bersenang-senang
13 Biang Masalah
14 Bab. 14 Bayaran Pelayanan
15 Bab.15 Bila Bosan Melanda
16 Bab. 16 Meminta Ijin
17 Bab.17 Saling Mencintai?
18 Bab.18 Pria Sejati
19 Bab. 19 Belum Dewasa
20 Bab. 20 Pemberitahuan Langsung
21 Bab. 21 Seperti Sekuntum Bunga
22 Bab.22 Kepergok
23 Bab. 23 Marah
24 Bab.24 Milik Siapa?
25 Bab. 25 Lelah dan Capai
26 Bab. 26
27 Bab. 27 Komitmen
28 Bab.28 Maaf
29 Bab. 29
30 Bab. 30 Rival
31 Bab. 30 Kulit Merah
32 Bab. 32 Membujuk Suami
33 Bab. 33 Pilihan Salah
34 Bab. 34
35 Bab. 35 Tragedi Mencekam
36 Bab. 36 Lebih Baik
37 Bab. 37 Langkah Pertama
38 Bab. 38 Orang ketiga
39 Bab. 39
40 Bab.40 Istri Sah
41 Bab. 41 Kembali Lagi
42 Bab. 42 Tidak Nyaman
43 Bab. 43 Penolakan
44 Bab. 44 Bujukan Halus
45 Bab. 45 Taruhan Harga Diri
46 Bab. 46 Galau
47 Bab. 47 Manis
48 Bab. 48
49 Bab. 49 Cemburu
50 Bab. 50 Rindu Menggelora
51 Bab. 51 Rasa Cinta
52 Bab.52
53 Bab. 53 Sebuah Alasan
54 Bab. 54 Menggoda Suami
55 Bab. 55 Luapan Emosi
56 Bab. 56 Statusnya
57 Bergabung
58 Bab 58 Kesehatan Mental
59 Bab. 59.Gangguan Jiwa
60 Bab. 60
61 Bab. 61 Gundah
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65 Pinta Aya
66 Bab. 66 Hal Terbaik
67 Bab. 67 Belum Mencinta
68 Bab. 68 Belajar Menghadapi Masalah
69 Bab 69. Dukungan istri sah
70 Bab. 70 Makan Malam Menegangkan
71 Bab. 71
72 Bab. 72 Kecewa
73 Bab. 73 Introgasi
74 Bab. 74 Melawan
75 Bab. 75 Nasihat
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78 Mantan
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81 Pilihan Berat
82 Bab. 82 Kabar Baik atau Buruk?
83 Bab. 83 Pinta Yang Sulit
84 Bab. 84 Pamit
85 Bab. 85
86 Bab. 86 Kau Hamil?
87 Bab. 87 Tak Ingin Usai
88 Bab. 88 Status Gantung
89 Bab. 89
90 Bab 90 Rindu
91 Bab. 91 Kecewa
92 Bab. 92 Kenangan Ini.
93 Bab. 93 Pulang ke Rumah
94 Bab.94 Keras Kepala
95 Bab. 95 Kembali
96 Bab. 96 Ingin Cerai
97 Bab. 97 Penyesalan Terdalam
98 Bab. 98 Sakit
99 Bab. 99 Belahan Jiwa
100 Bab. 100 Jujurlah!
101 Bab. 101
102 Bab. 102 Meyakinkannya Hati
103 Bab. 103 Restu
104 Bab. 104 Anak Sendiri
105 Bab. 105 Akur
106 Bab. 106
107 Bab. 107
108 Bab. 108 Rumah Impian
109 Bab. 109 Surprise yang Tidak Surprise
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab. 112
113 Bab. 113 Bidadari Surga
114 Bab. 114 Pembuktian
115 Bab. 115
116 Bab. 116 Sidang Penentuan
117 Bab. 116 Tuduhan Pedas
118 Bab. 118 Mencintai adalah hal terindah bagiku?
119 Bab. 119. Menyesal
120 Bab. 120 Liburan
121 Bab.121 Momen Indah
122 Bab. 122 Mertua Sakit
123 Bab. 123
124 Bab. 124
125 Bab. 125
126 Bab. 126
127 Bab. 127
128 Bab 128
129 Bab. 129
130 Bab. 130
131 Bab. 131
132 Bab. 132 Takut Kehilangan
133 Bab. 133 Jangan pergi Bunda.
134 Bab. 134
135 Tamat
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab.1 Selingkuh
2
Bab. 2 Perpisahan
3
Bab. 3 Pria Recehan
4
Bab. 4 Tidak Beruntung
5
Bab. 5 Apa Yang Kau Punya?
6
Bab.6 Instan
7
Bab. 7 Bayar Lunas
8
Bab. 8 Jantungan
9
Bab.9 Masih Adakah Tawarannya?
10
Bab. 10 Membuat Masalah
11
Bab. 11 Murka Deya
12
Bab.12 Hanya Untuk Bersenang-senang
13
Biang Masalah
14
Bab. 14 Bayaran Pelayanan
15
Bab.15 Bila Bosan Melanda
16
Bab. 16 Meminta Ijin
17
Bab.17 Saling Mencintai?
18
Bab.18 Pria Sejati
19
Bab. 19 Belum Dewasa
20
Bab. 20 Pemberitahuan Langsung
21
Bab. 21 Seperti Sekuntum Bunga
22
Bab.22 Kepergok
23
Bab. 23 Marah
24
Bab.24 Milik Siapa?
25
Bab. 25 Lelah dan Capai
26
Bab. 26
27
Bab. 27 Komitmen
28
Bab.28 Maaf
29
Bab. 29
30
Bab. 30 Rival
31
Bab. 30 Kulit Merah
32
Bab. 32 Membujuk Suami
33
Bab. 33 Pilihan Salah
34
Bab. 34
35
Bab. 35 Tragedi Mencekam
36
Bab. 36 Lebih Baik
37
Bab. 37 Langkah Pertama
38
Bab. 38 Orang ketiga
39
Bab. 39
40
Bab.40 Istri Sah
41
Bab. 41 Kembali Lagi
42
Bab. 42 Tidak Nyaman
43
Bab. 43 Penolakan
44
Bab. 44 Bujukan Halus
45
Bab. 45 Taruhan Harga Diri
46
Bab. 46 Galau
47
Bab. 47 Manis
48
Bab. 48
49
Bab. 49 Cemburu
50
Bab. 50 Rindu Menggelora
51
Bab. 51 Rasa Cinta
52
Bab.52
53
Bab. 53 Sebuah Alasan
54
Bab. 54 Menggoda Suami
55
Bab. 55 Luapan Emosi
56
Bab. 56 Statusnya
57
Bergabung
58
Bab 58 Kesehatan Mental
59
Bab. 59.Gangguan Jiwa
60
Bab. 60
61
Bab. 61 Gundah
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65 Pinta Aya
66
Bab. 66 Hal Terbaik
67
Bab. 67 Belum Mencinta
68
Bab. 68 Belajar Menghadapi Masalah
69
Bab 69. Dukungan istri sah
70
Bab. 70 Makan Malam Menegangkan
71
Bab. 71
72
Bab. 72 Kecewa
73
Bab. 73 Introgasi
74
Bab. 74 Melawan
75
Bab. 75 Nasihat
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78 Mantan
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81 Pilihan Berat
82
Bab. 82 Kabar Baik atau Buruk?
83
Bab. 83 Pinta Yang Sulit
84
Bab. 84 Pamit
85
Bab. 85
86
Bab. 86 Kau Hamil?
87
Bab. 87 Tak Ingin Usai
88
Bab. 88 Status Gantung
89
Bab. 89
90
Bab 90 Rindu
91
Bab. 91 Kecewa
92
Bab. 92 Kenangan Ini.
93
Bab. 93 Pulang ke Rumah
94
Bab.94 Keras Kepala
95
Bab. 95 Kembali
96
Bab. 96 Ingin Cerai
97
Bab. 97 Penyesalan Terdalam
98
Bab. 98 Sakit
99
Bab. 99 Belahan Jiwa
100
Bab. 100 Jujurlah!
101
Bab. 101
102
Bab. 102 Meyakinkannya Hati
103
Bab. 103 Restu
104
Bab. 104 Anak Sendiri
105
Bab. 105 Akur
106
Bab. 106
107
Bab. 107
108
Bab. 108 Rumah Impian
109
Bab. 109 Surprise yang Tidak Surprise
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab. 112
113
Bab. 113 Bidadari Surga
114
Bab. 114 Pembuktian
115
Bab. 115
116
Bab. 116 Sidang Penentuan
117
Bab. 116 Tuduhan Pedas
118
Bab. 118 Mencintai adalah hal terindah bagiku?
119
Bab. 119. Menyesal
120
Bab. 120 Liburan
121
Bab.121 Momen Indah
122
Bab. 122 Mertua Sakit
123
Bab. 123
124
Bab. 124
125
Bab. 125
126
Bab. 126
127
Bab. 127
128
Bab 128
129
Bab. 129
130
Bab. 130
131
Bab. 131
132
Bab. 132 Takut Kehilangan
133
Bab. 133 Jangan pergi Bunda.
134
Bab. 134
135
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!