Penakluk Si Berandalan
Sekolah swasta favorit pagi itu sudah mulai ramai oleh para penghuninya yang ingin menempuh pendidikan. Walaupun sekolah favorit tidak berarti semua siswanya adalah anak orang kaya.
Ada juga siswa yang hanya mengandalkan kemampuan berpikir untuk sekolah di sana dengan gratis alias beasiswa.
Pagi yang cerah dan tenang itu tiba-tiba berubah menjadi ricuh kala masuk rombongan anak-anak kelas tingkat akhir yang di sebut paling berkuasa di sekolah. Meski berkuasa bukan berarti mereka anak pemilik yayasan, melainkan salah satu di antara mereka yang anak orang paling kaya di kota itu.
Bukan hanya kaya materi saja, bentuk tubuh dan wajah yang bak seorang model dunia membuatnya banyak di sukai para gadis di sekolah itu. Belum lagi kecerdasannya yang patut di acungi jempol.
Ya walaupun pemuda itu terbilang seorang badboy. Meski seorang badboy tidak membuat pemuda itu memiliki banyak kekasih, dirinya justru sangat acuh dan tidak perduli dengan para gadis yang selalu meneriaki namanya dan memuja dirinya.
Rombongan itu sering di sebut geng berandal karena mereka yang memang suka mencari masalah di luar sekolah. Kalau di dalam sekolah mereka selalu patuh dengan peraturan, hanya si badboy yang suka bolos dari jam pelajaran kalau sedang malas belajar atau tidak mod.
Dialah Ilham Hanum Prakasa.
Mendapat julukan badboy tapi tidak merasa dirinya badboy. Mendapat julukan ketua geng berandal juga tidak merasa, Ilham merasa dirinya biasa saja dan hanya mengacuhkan smeua orang yang menganggapnya seperti itu.
Kini sekolah sudah ramai dengan suara riuh para gadis yang menunjukkan kekaguman mereka pada sosok Ilham sang most wanted mereka. Tidak jarang pula para gadis menyiapkan sesuatu sebagai hadiah untuk Ilham.
Bahkan sampai di dalam loker pemuda itupun penuh dengan banyaknya hadiah pemberian para gadis yang di masukkan oleh mereka sendiri tanpa sepengetahuan Ilham. Harapan mereka hanya satu, Ilham mau menerima hadiah mereka yang pastinya sudah di beri nama mereka masing-masing.
Rombongan yang terdiri dari sepuluh pemuda tampan itu lewat dan mendapatkan banyak pujian serta hadiah. Teman-teman Ilham selalu menerima hadiah yang di berikan pada mereka, bahkan mereka jugalah yang selalu mengambil hadiah untuk Ilham karena yang di berikan hadiah tidak perduli malah memberikannya kepada teman-temannya itu yang dengan sennag hati menerimanya.
Siapa yang tidak senang kalau mendapatkan banyak makanan gratis. Lain lagi barang-barang yang terbilang mewah yang jadi hadiah untuk Ilham. Teman-teman Ilham selalu mengumpulkan barang-barang mewah itu lalu menjualnya karena tidak ingin memakainya.
Sampai di kelas Ilham dan kawan-kawan duduk di bagian belakang. Tiga meja dari belakang adalah tempat mereka duduk dan mengambil bagian hingga baris ketiga dari pintu. Sedangkan dua bagian belakang lainnya ada yang kosong dan ada yang berpenghuni.
Ilham dan kawan-kawannya berada di kelas unggulan. Sudah pasti semua teman-teman di kelasnya adalah orang-orang pintar karena tidak sembarang bisa id kelas unggulan.
"Gak bolos Ham, biasa selalu bolos kalo jam pertama pelajaran bu Weni" ucap Diki yang duduk di sebelah Ilham heran.
Biasanya Ilham paling malas kalau yang masuk bu Weni guru matematika mereka yang sangat cerewet dan galak.
"Mau tidur" ucap Ilham acuh lalu memajukan bokongnya sampai ujung kursi.
Sebuah buku menjadi penutup wajah tampan itu yang menengadah keatas. Kedua tangannya di lipat di dada dan mulai lah sesi tidurnya pagi itu. Padahal jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit yang artinya lima belas menit lagi jam masuk pelajaran pertama akan di mulai.
Diki dan kawan-kawan Ilham yang lain hanya bisa geleng kepala saja melihat tingkah Ilham. Padahal Ilham tidak pernah belajar dengan serius tapi nilainya selalu bagus dan semua tugas yang di berikan selalu bisa di selesaikan dengan baik. Entah apa yang di makan anak itu sampai otaknya bisa seencer itu pikir teman-temannya.
Jam pelajaran akhirnya di mulai dengan bu Weni yang mengajar di jam pertama. Tubuh gempal dan wajah bengisnya membjatnya mendapat julukan guru killer. Tidak mudah berhadapan dengan yang satu ini kalau membahas masalah pelajarannya.
Tidak sedikit pula para anak perempuan yang menangis karena tidak mampu mengerjakan sola yang di berikannya. Bukan karena soal yang terlalu sulit di kerjakan hingga mereka menangis. Tapi bentakan dan ucapan wanita gempal itulah yang selalu berhasil membuat para wanita itu menangis.
"Selamat pagi anak-anak" ucap bu Weni setelah masuk ke dalam kelas dan meletakkan buku serta tas yang di bawanya ke atas meja.
"Pagi bu.." sahut semua murid di dalam kelas.
Pandangan bu Weni mengarah pada seluruh penjuru kelas dan mendapati pemandangan tidak asing baginya. Kalau tidak kosong pastinya si penghuni kursi sedang tidur.
"Benar-benar terlalu menganggapku sepele" gumam wanita yang tidak lagi muda itu.
Bu Weni berjalan dengan rol di tangannya menuju meja di mana orang yang sedang tidur berada. Dalam hatinya sudah bersorak senang karena kali ini pasti bisa memukul siswanya yang paling bisa membuatnya darah tinggi ini dengan segala tingkahnya.
Tapi lagi-lagi kegagalan yang selalu di dapatkan wanita itu karena orang yang menjadi targetnya selalu terbangun sebelum dirinya sampai di tempat tujuan.
Ilham mengambil buku di wajahnya lalu duduk dengan tegak menatap bu Weni yang berwajah garang melihatnya penuh permusuhan.
"Wah nikmat mana lagi yang kamu dustakan Ilham!" sindir bu Weni.
"Gak ada" sahut Ilham santai dengan wajah acuhnya setelah ia mengusap wajah tampannya dan menyugar rambutnya kebelakang.
AAAKKHHH
Teriakan para perempuan di kelas Ilham yang memang lebih banyak menggema hingga membuat bu Weni menutup kedua telinganya.
Apa lagi penyebab teriakan itu terjadi kalau bukan karena kelakuan Ilham yang menyugar rambutnya. Pada hal itu hanya gerakan biasa di lakukan laki-laki kalau merasa dahi bagian dekat rambutnya basah.
Namun hal itu malah semakin membuat Ilham terlihat tampan, itulah yang membuat para perempuan di kelasnya berteriak heboh. Sungguh beruntung bisa satu kelas dengan laki-laki tampan pikir mereka.
"Diam!" bentak bu Weni kesal karena telinganya terasa berdengung.
"Ini masih pagi dan kalian sudah berteriak sesuka hati kalian, pindah ke hutan sana kalau mau teriak-teriak" lanjutnya menatap para remaja perempuan di kelas itu.
"Pastikan kamu tetap terjaga selama jam pelajaran ibu Ilham, atau ibu tidak akan memberikan nilai padamu" ancam bu Weni.
Ilham hanya mengangguk saja sebagai respon, sudah bosa mendengarkan ancaman dari bu Weni yang itu-itu saja kalau dirinya masuk di setiap jam pelajaran yang di bawakan wanita gempal itu.
Sampai Ilham hapal dengan kosakata yang akan di ucapkan oleh bu Weni kalau melihatnya ada di kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Mampir Thor..Critanya Asiik juga..🖐️👍💪
2023-05-08
0
resaiza
mulai nyimak cerita ilham dan kawan"
2022-11-24
0