Jam istirahat tiba, semua siswa keluar dari kelas dengan bahagia karena akhirnya bisa mengisi perut yang sudah lapar setelah berpikir. Meski tidak semua siswa ke kantin, ada juga yang perpustakaan dan ada juga yang sekedar duduk di taman karena membawa bekal.
Ilham dan kawan-kawannya tentu saja berada di kantin dan sudah memiliki lapak duduk sendiri yang tidak pernah di ambil oleh siapapun karena tidak ingin berurusan dengan geng perusuh itu.
"Gaes ada seruan tantangan dari lawan" ucap Doni sembari melihat ponselnya.
"Lawan dari mana?" tanya Riki.
"Sekolah sebelah, katanya mereka gak terima karena ada salah satu siswa dari sekolah itu yang di permalukan sama anak sini" sahut Doni santai.
"Dipermalukan yang gimana?" penasaran Bagas.
"Denger-denger sih gara-gara perempuan" ucap Mono seraya menyesap minumannya.
"Cih! apa mereka rebutan satu cewek? kuno banget sih" ejek Toni.
"Bukan kuno, tapi gak laku" sambar Firman.
"Lebih tepatnya sih kalau menurutku gak punya harga diri, iya gak!" Roy menepuk pundak Gio yang di sampingnya.
"Nah pas banget tuh" setuju Gio.
"Masih banyak cewek lain untuk apa ribut cuma gara-gara cewek, ya kalau ceweknya mau sama mereka ya biarin ajalah sekalipun kita cinta kalau ceweknya mau sama yang lain ya iklasin aja, apa lagi kalau sampe udah di selingkuhi, itukan penghianatan besar namanya" lanjut Gio.
"Itu sih menurut kita kaum jomblo, tapi kalo menurut mereka para buciners motonya gini 'senggol bacok' nah jadinya kayak gitu tuh, ribut gara-gara cewek" ucap Diki menimpali.
"Tragis memang, asmara bisa membahagiakan sekaligus menyakitkan" kata Toni dramatis.
"Bisa buat senyum bisa juga buat nyawa melayang" sambung Riki ikutan dramatis.
Aksi drama kecil dari Toni dan Riki itu mengundang gelak tawa kawan-kawan mereka yang lain. Kecuali Ilham yang hanya mengangkat satu sudut bibirnya saja.
"Jadi gimana nih? apa kita jabanin aja tantangan mereka?" tanya Doni yang memang lebih aktif untuk segala informasi bagi geng mereka.
"Kalo udah datang tantangan artinya kita harus habisi mereka" sahut Gio semangat.
"Gimana Ham? yes or no?" tanya Roy.
"Jam?" senyum senang nampak terukir dari bibir teman-temannya karena akan bersenang-senang nanti pulang sekolah.
"Jam tiga sore di jalan xx pabrik yang udah jompo" sahut Doni.
Kening para pemuda di sana mengkerut bingung dengan ucapan Doni yang mulai mengeluarkan kalimat anehnya.
"Pabrik apaan tuh yang udah jompo?" tanya Diki.
"Pabrik tua gak pernah di pake yang udah miring" Doni memiringkan tubuhnya mencontohkan kemiringan bangunan yang di sebutkannya. Bahkan ekspresi wajahnya nampak kocak dilihat.
Buahahahaha
Tawa keras dari geng perusuh itu menarik perhatian semua siswa yang ada di kantin. Mereka penasaran dengan apa yang menjadi bahan tertawaan para pemuda tampan itu.
Namun tidak ada satu orang pun yang berani mendekat atau hanya sekedar bertanya. Para perempuan bahkan hanya menatap dengan senyuman mereka kala melihat tawa dari para pemuda tampan itu.
Setelah jam istirahat selesai mereka kembali masuk ke dalam kelas. Ilham yang sedang dalam mod baik pun ikut masuk kelas juga mengikuti pelajaran. Apa lagi ini sudah hampir akhir semester jadi Ilham tidak ingin menyepelekan pelajaran meski menurutnya pelajaran jadi membosankan setelah dirinya memahami apa yang di jelaskan oleh guru.
Pelajaran di mulai, semua siswa mengikuti pelajaran yang benar-benar membuat kepala hampir jebol bagi orang-orang yang sulit memahami rumus-rumus Fisika.
Semua siswa serius mengerjakan soal mereka masing-masing. Tidak ada yang bisa saling mencontek atau sekedar bertanya pada teman bagaimana caranya karena setiap siswa mendapatkan soal yang berbeda jadi sistem barter jawaban tidak terjadi.
"Apa sudah selesai?" tanya sang guru pria namun tidak ada jawaban sama sekali.
"Kenapa sunyi? apa belum ada yang selesai atau kalian malu menjawab pertanyaan bapak?" lanjut si guru.
"Baiklah kalau gitu bapak akan panggil namanya satu-satu untuk maju kerjakan soal punya kalian itu ya" bapak guru melihat absen di meja.
Penyataan guru membuat para siswa tegang karena masih ada yang belum mengerti dengan soal yang mereka punya.
"Arabella! maju!" bapak guru itu melihat siswi yang berada di kursi pojokan dekat dinding yang duduk sendirian di sana.
Bukan hanya bapak guru saja yang melihat kearah pojokan itu, para siswa lainnya juga melihat pada perempuan cantik berwajah dingin itu.
Bahkan ketika tubuh langsingnya mulia bergerak majupun semua mata masih terus melihatnya kacuali Ilham yang memang acuh dengan perempuan. Tidak perduli siapa yang ada di depan sana yang bernama Arabella itu. Dirinya malah melihat buku besar di mejanya yang menampakkan beberapa rumus.
"Ilham Hanum Perkasa" pak guru melihat kearah siswa yang di panggilnya dan ternyata ada orangnya.
"Maju" lanjut pak guru saat Ilham melihat ke depan dimana sang guru berada.
Ilham maju tanpa membawa buku tugasnya dan berdiri di depan pak guru.
"Ini" ucap pak guru menyerahkan alat tulis pada Ilham.
"Berikan yang satu untuk Arabella, kerjakan tugas bagian kalian nanti langsung bapak nilai di catatan bapak"
Ilham menerima dua alat tulis dari bapak guru, mengulurkan satu pada perempuan yang tidak di lihatnya seperti apa rupanya. Tangan yang putih bersih terulur menerima alat tulis itu membuat Ilham sedikit mengkerutkan keningnya.
Banyak perempuan yang berkulit putih di sekolah itu, bahkan yang berwajah cantik pun banyak. Hanya saja yang satu ini terasa berbeda bagi Ilham, walau hanya bagian punggung tangan dan jari-jari saja yang nampak karena bagian lengannya tertutupi oleh almamater hitam lengan panjang sekolah mereka.
"Kenapa Ilham?" tanya pak guru mengagetkan pemuda tampan itu dari tertegunannya hanya karena kulit yang putih hampir seperti putihnya susu itu.
"Gak pak" Ilham menghadap papan tulis lalu menulis hasil tugasnya sendiri.
"Ya benar, kalian boleh duduk" kata pak guru setelah memeriksa hasil kerja kedua murid yang di panggilnya.
Ilham kembali ke tempat duduknya sembari sesekali matanya melirik perempuan yang sudah berjalan lebih dulu darinya. Rambut yang hitam legam cukup tebal panjangannya sepunggung. Postur tubuh cukup tinggi dan bisa di bilang perempuan masuk dalam jajaran cewek tinggi di sekolah itu.
"Keren" ucap Diki menepuk pundak Ilham membuat pemuda itu sedikit tersentak dari lamunannya akan perempuan yang tadi maju bersamanya.
Ilham melihat Diki sejenak lalu menyandarkan punggungnya di belakanh kursi.
Arabella batin Ilham kala mengingat satu nama yang tadi di ucapkan bapak guru sebelum memanggilnya.
Tanpa sengaja pula pandangan Ilham melihat sisi kanannya dan terpaku pada pojokan dekat tembok. Di pinggir sana duduk seorang perempuan yang baru di batinnya namanya.
Namun pandangan Ilham terhalang oleh temannya yang malah ikutan duduk bersandar di belakang kursi. Pemuda itu mendengus lalu melihat kedepan sesaat kemudian kembali melihat kesamping lagi.
Kali ini kesalnya bukan karena temannya yang masih duduk bersandar melainkan karena orang yang di lihatnya sudah tidak bersandar lagi.
Ilham meletakkan kepalanya di meja untuk bisa melihat lebih jelas lagi perempuan di ujung sana. Namun tetap saja tidak bisa melihat karena ada saja halangannya.
Sudahlah batinnya tidak perduli dan kembali fokus pada pelajaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
resaiza
ilham penasaran y sama arabella.
2022-11-24
0