"Kita jalan sekarang?" tanya Riki pada yang lainnya.
"Pulang dulu ganti baju, makan juga, perut kosong gak bisa tempur lagian gak mungkin kita pake baju sekolah" sahut Firman.
"Iya, nanti kalo tahu orang tua kita gimana coba" sambung Diki.
"Ya kena marah lah kalo ketahuan gimana sih!" celetuk Roy.
"Ya udah pulang dulu, nanti jam setengah tiga di tempat biasa ya" Toni menghidupkan mesin motor ninjanya.
"Iya pergi sana anak mami" ejek Bagas menendang pelan bodi motor Toni
"Enak aja bilang aku anak mami" sangkal Toni tidak terima.
"Trus kalo gak anak mami anaknya siapa kamu? anaknya pohon?" tawa para pemuda itu tertawa melihat wajah kesal Toni
Biasa bagi mereka bercanda seperti itu, tidak pernah ada yang tersinggung. Mereka juga kalau bercanda tidak pernah mengatakan sesuatu yang berlebihan dan bisa menyakiti perasaan satu smaa lain.
Mereka selalu menerapkan sistem kekeluargaan dalam kebersamaan. Hanya saat kalau Ilham bolos saja mereka tidak selalu ikut karena tidak bisa sejenius Ilham yang bisa mudha memahami pelajaran. Walau berteman baik mereka tetap berusaha sendiri untuk masalah pelajaran, tidak pernah melibatkan Ilham yang pintar untuk setiap soal dan pelajaran meskipun sulit akan di usahakan sendiri.
"Ketawa aja terus, seneng banget lihat temen sengsara" ucap Toni pura-pura kesal.
"Siapa yang sengsara? kamu mah bukan sengsara Ton tapi lagi di nistakan" ucap Riki semakin mengundang gelak tawa mereka.
"Sudahlah aku pulang, bye" Toni melajukan motornya pelan.
"Jangan lupa periksa mamamu ya Ton masih orang apa udah ganti pohon" teriak Mono.
"Dasar gak waras" teriak Toni balik sembari menatap teman-temannya di belakang.
Saat melihat kedepan Toni nampak kaget dan langsung menginjak rem kuat, mengarahkan setang motor ke arah lainnya agar tidak menabrak perempuan yang ada di depannya itu.
Akhh
Brak
Teman-teman Toni yang sempat melihat nagian belakang motor Toni jatuh langsung berlari cepat di mana pemuda itu berada. Tidak hanya mereka saja yang berlari mendekati Toni, beberapa siswa yang masih berada di sekolahpun mendekat walau tidak banyak karena sekolah sudah mulai sunyi.
"Kenapa Ton? kamu gak papa kan?" tanya mereka khawatir.
Toni yang bertubuh tinggi masih mampu mengendalikan motornya hingga tidak terjatuh walau motornya miring. Teman-temannya membantu menegakkan motor kembali, ada yang memeriksa tubuh Toni.
"Aku gak papa kok, tapi cewek itu.." Toni berusaha melihat siapa perempuan yang hampir di tabraknya tadi.
Sementara yang lain menolong Toni, Ilham malah kearah lainnya. Pemuda itu melihat perempuan yang terduduk di lantai dekat parkiran. Tubuhnya gemetaran dan wajahnya nampak begitu shok.
Merasa ikut bertanggung jawab atas kesalahan temannya membuat Ilham mendekati perempuan yang wajahnya sebagian tertutup rambut. Biasanya yang selalu melakukan itu Firman atau Riki, tapi entah kenapa kakinya malah membawanya mendekati perempuan itu.
Entah karena merasa ikut bertanggung jawab atau justru karena mengikuti kata hati yang ingin mendekati perempuan itu.
"Kamu gak papa?" Ilham berjongkok di depan perempuan itu dan di lihatlah wajah cantik yang menatap kosong lurus kedepan.
Tanpa berkata lagi Ilham membuka almamaternya, mengikatkan di pinggang perempuan itu dan menggendongnya ala bridal.
Sontak saja itu menarik perhatian semua orang yang sangat kaget. Bagaimana bisa pemuda yang selalu acuh itu menggendong si putri es batin mereka.
Tak beda jauh berbeda dengan yang lainnya, teman-teman Ilham juga jadi cengo melihat Ilham menggendong seorang perempuan yang tubuhnya terlihat jelas gemetaran.
"Ayo ikuti Ilham" seru Doni membuat mereka langsung berlari mengejar Ilham yang sudah berjalan kembali ke arah dalam sekolah atau lebih tepatnya menuju ruang kesehatan.
"Siapa Ham? apa dia cewek yang tadi mau ketabrak?" tanya Toni saat sudah di dekat Ilham.
"Hm" sahut Ilham.
"Hey dia kan si putri es alias si cewek misterius" kata Gio kaget kala mengetahui siapa yang di gendong Ilham.
"Apa maksudmu Arabella? yang bener?" kaget yang lainnya ikut melihat wajah perempuan yang nampak pucat itu.
"Wah iya bener dia si putri es itu" heboh Riki.
Mendengar suara gaduh di sekitarnya membuat Arabella sadar dari kekagetannya. Perempuan itu melihat pemuda yang menggendongnya yang bertepatan saat itu pula Ilham melihat ke arahnya kala merasakan pergerakan di gendongannya.
Mata yang indah batin Ilham lalu kaget kala perempuan di gendongannya melompat turun lalu berlari pergi meninggalkan para pemuda yang cengo melihat kepergian Arabella yang begitu cepatnya.
"Cepat juga larinya" gumam Roy kala melihat Arabella yang sudah jauh berlari.
"Memang bener kalo dia itu misterius" sambung Gio.
"Aku gak pernah lihat dia senyum" lanjut Firman.
"Sama" sahut Diki.
"Apa dia itu keturunan Sasuke?" perhatian yang lain teralih pada Doni.
"Apa hubungannya sama Sasuke?" tanya Mono heran di angguki yang lainnya.
"Larinya cepet" sahut Doni singkat.
Berbagai ekspresi dapat di lihat dari yang lainnya sebagai tanggapan atas kalimat Doni yang entah di sebelah mananya bisa nyambung.
"Makan nih Sasuke" Roy mengusap wajah Doni sebelum melangkah.
"Kita mah lagi mikirin si putri es tadi, abis ketabrak kok masih bisa lari kenceng, malah gak minta ganti rugi lagi" ucap Diki sembari melangkah kembali ke parkiran karena posisi mereka yang tadinya masih di halaman sekolah.
"Iya juga ya, mungkin dia gak sempat kena tabrak kali" tebak Mono.
"Bisa juga gitu karena dia bisa lari kenceng" sahut Riki.
"Pertanyaannya itu kenapa dia langsung lari tanpa minta ganti rugi" tekan Bagas pada kalimatnya.
"Mungkin dia gak butuh uang" kata Doni santai.
"Atau mungkin dia lagi kebelet makanya langsung pergi" ucap Toni langsung mendapat tonyoran dari Firman.
"Ck jangan ngadi-ngadi ya, kamu masih harus tetap tanggung jawab Ton sama si putri es itu" kata Firman di angguki yang lainnya.
"Iya iya tahu besok aku bayar ganti rugi sama dia" sahut Toni.
Ilham yang sejak tadi diam menyimak ucapan teman-temannya merasa penasaran akan beberapa kata yang beberapa kali di ucapkan oleh teman-temannya itu.
"Kenapa kalian manggil dia si putri es, trus tadi juga kalian sempat bilang kalo dia misterius, maksudnya apa sih?" heran Ilham sekaligus penasaran.
Teman-temannya yang mendengar pertanyaan Ilham terkekeh. Tidak menaruh rasa curiga atau apapun dari pertanyaan Ilham itu karena yang mereka tahu Ilham tidak pernah mau tahu tentang seorang perempuan dan selalu acuh, jadi hal yang wajar kalau pertanyaan seperti itu muncul dari Ilham pikir mereka.
"Hey hey hey sobat kami yang paling tampan dengarkan ini ya" Doni mengalungkan tangan kanannya di pundak Ilham namun sedikit kesulitan karena Ilham lebih tinggi dari Doni, sedangkan Doni yang paling pendek di antara mereka.
"Pertanyaanmu itu tadi udah kadaluarsa karena baru di tanya sekarang, ini tahu ketiga kita satu kelas sama dia, dia juga selalu ada di belakangmu untuk prestasi bahkan cuma selangkah, sering bersanding juga samamu di podium kemenangan juara satu sama dua umum, bahkan kelas, tapi baru sekarang pertanyaan itu muncul" ucap Doni masih terkekeh.
"Nah bener tuh si Doni Ham, kenapa baru sekarang kamu nanya sementara yang lain udah dari dulu-dulu tuh bahas tentang dia yang betul-betul pendiam, gak tersentuh bahkan teman satupun dia gak punya, kalo waktu istirahat ya di kelas kalo gak di perpustakaan" lanjut Riki.
"Pembahasan masalah tuh si putri es udah lama berakhir ya Ham, jadi jangan tanya apa-apa lagi karena kita juga gak tahu apa-apa tentang dia, yang kita tahu dia itu ya kaya gitu tadi" sambung Gio.
"Dia tipe-tipe cewek misterius lah" ucap Siki di angguki yang lainnya.
Ilham merasa seperti ada yang berbeda memang dengan perempuan bernama Arabella itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Hmm..Pingin Tahu juga kn sama Arabela
2023-05-08
0