Dijodohkan Dengan Anak SMA
Dua orang berbeda generasi itu tengah duduk di sebuah gazebo Sedang menikmati pemandangan taman mawar, Suasana di pagi hari sangat cocok untuk menyeduh kopi. Seorang cucu yang berusia 26 tahun dan seorang kakek berusia 70 tahun sedang menyesap kopinya.
"Jadi...kapan kamu menikah?" Seruan Herman Adiyaksa membuat seorang pria muda di sampingnya mengalihkan atensinya menatap pria yang sudah berumur itu.
"Ehem, maksudku. Kakek sudah merasa terlalu tua. Kakek hanya berharap bisa melihatmu menikah." Penjelasan Sang kakek membuat pria muda yang mengerutkan kening kembali ke wajah semula.
"Umurku baru 26 tahun kek. Masih banyak yang harus aku kerjakan selain menikah." Sahut pria muda itu dengan tenang.
"Apa yang membuatmu begitu sibuk sampai kau mengesampingkan menikah?" Herman menghela nafas berat tatkala cucu lelakinya itu mengesampingkan untuk menikah. "Atau, apa perlu kakek mencarikanmu seorang wanita agar kau mau menikah." lanjut sang kakek.
"Ckckck,,,Apakah aku sebegitunya tidak laku sampai kakek harus mencarikanku seorang wanita." Pria muda itu berdecak.
"Brian yang berumur dibawahmu saja sudah menikah dan mempunyai putra yang lucu. Apakah kamu tidak ingin seperti Brian."
"Stop membicarakan Brian Kek." Arsha menghentikan ucapan kakeknya yang selalu membicarakan tentang Brian Adik sepupunya.
Arsha menyesap kopinya yang setengah dingin. Pikirannya kalang kabut jika menyangkut tentang Brian. Herman berdecak lalu bangkit berdiri.
"Keluarga Wirawan malam ini sedang melakukan perjamuan di kediamannya. Kau harus ikut datang ke sana." Ucap Herman kemudian dan berlalu pergi.
"Ckckck...."
...****************...
Di kediaman Wirawan
Sore hari yang pekat, di sebuah Villa bergaya prancis itu tengah sibuk menyiapkan banyak hidangan. Pilar pilar di dekorasi menjadi semakin menarik. Para pelayan bekerja keras untuk membuat villa itu lebih menarik dan indah.
Anna melewati ruang tamu dan melihat pelayan begitu antusias menata ruangan.
"Mama" pekik Anna saat mendapati mamanya memberikan pengarahan kepada pelayan.
Saat mendengar suara yang tak asing baginya, Dewi menoleh lalu memberikan beberapa kata terakhir pada pelayan sebelum menemui putri satu satunya. Dewi berjalan perlahan dan menghampiri putri cantiknya dan memeluknya.
"Ma, ada apa? kenapa begitu banyak pelayan?" tanya Anna saat pelukan mereka terenggang.
"Hm, tidak apa. hanya ada acara kecil. oiya, mama sudah menyiapkan gaun di kamarmu." semburat senyum menampilkan kecantikan sang mama.
"oh...Anna akan naik ke atas saja." Anna mengangguk.
"oke"
Setibanya di kamar pribadinya, sebuah kotak besar terisi gaun terletak di atas ranjangnya. Anna meletakkan ransel sekolah di atas meja belajarnya dan perlahan menghampiri ranjang. Begitu membuka kotak itu, terlihat sebuah gaun yang cantik. Pas dan sesuai umurnya yang masih muda. Anna tersenyum kecil.
Anna beranjak menuju kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, ia lekas mengenakan gaun tersebut. sungguh cantik dan menawan. Bahkan ia tak terlihat sebagai anak SMA. Melainkan terlihat seperti wanita dewasa, elegan, dan menarik.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Terdengar suara ketukan di pintu.
Tok tok tok.
"Nona. nyonya dan tuan sudah menunggu anda di bawah." seorang pelayan memberitaukan. Tak lama setelahnya terdengar langkah menjauh.
Anna tersenyum lebar saat mematut dirinya di depan pantulan cermin. Dengan riasan tipis dan natural ia sudah terlihat lebih cantik. "ternyata benar, kalau berdandan terlihat akan lebih cantik" gumamnya pada diri sendiri.
Dirasa sudah terlihat sempurna ia segera mengenakan sepatu flatshoes dengan warna senada kemudian keluar dan menuruni tangga.
Malam ini merupakan malam perjamuan antara para pebisnis tua atau muda. Selain itu, perjamuan ini bermaksud untuk menarik para investor untuk ikut bergabung ke group Wirawan. Apalagi saat ini Wirawan group sedang masa penurunan. Jadi menggunakan berbagai cara untuk menarik investor. Dengan begini group Wiarawan akan mendapatkan bantuan dengan mudah.
Anna melihat ke bawah saat berada di tengah tangga. Di ruang perjamuan terlihat sangat ramai. Ia tersenyum lebar. Malam ini ternyata ia terlihat begitu spesial. Ia kembali melanjutkan langkahnya hingga tangga terbawah. Ia melewati beberapa tamu dan berjalan menuju ke tempat ayah dan ibunya berada. Tetapi karena terlalu banyak tamu, ia tak menemukannya.
Kemudian ia mengalihkan atensinya untuk ke tempat makanan. Ia sangat lapar sekali. Jadi ia pergi ke sana. Mengambil piring dan garpu yang tersedia. Kemudian memilih makanan yang ia sukai dan menggigitnya kecil. Banyak sekali makanan yang telah ia cicipi.
Memang sebelumnya ia selalu di bawa Wiryo ke pesta pesta perjamuan. Dan itu sudah biasa. Tetapi ia tak paham dengan pembicaraan para orang dewasa jadi ia lebih sering memakan makanan yang di sediakan. Sudah banyak makanan yang ia cicip tetap saja merasa kurang. Ia mengalihkan atensinya menuju cake sebagai makanan penutup. Tetapi apa yang terjadi?
Sebuah garpu melesat terlebih dahulu bersamaan garpu miliknya juga melesat ke arah sana. Tetapi sayangnya garpu milik orang lain terlebih dulu mendapatkannya, ia terlihat sangat kesal.
"Hei itu milikku!" seru Anna dengan meringis tatkala cake yang akan ia ambil telah diserobot sebuah garpu di sampingnya dan dengan senyum ringan ia memasukkan ke dalam mulutnya. Anna begitu kesal melihat wajah membosankan dari Erka. kakak sepupunya yang selalu jail padanya.
"Siapa cepat dia dapat." Erka berbicara setelah cake yang ia makan sudah larut ke dalam tenggorokannya.
Anna menggenggam erat garpu di tangannya. Cake itu adalah cake yang ia wanti wanti, Ia berjalan cepat untuk mendapatkan cake itu apalagi sisanya hanya tinggal satu, namun tak disangka Erka lebih dulu mengambilnya.
Anna menelan ludahnya, habis sudah untuk memakan cake terakhirnya. Sedangkan Erki tersenyum tanpa dosa dan mengacak pelan rambut Anna.
"Ih, jangan sentuh. Sialan!" Umpat Anna mengusap rambutnya yang di usap Erka. Anna menggeram pelan tapi Erka tak peduli.
Anna berbalik meminum jusnya, setelah itu ia berjalan cepat ke arah papa mamanya yang sedang menemui seorang tamu.
Duk
Tanpa diduga, Anna menabrak seseorang yang juga berjalan didepannya.
"Aduh!" Anna mundur selangkah, keningnya merasa sakit. ia ingin mengumpat, siapa yang berjalan sembarangan. tapi saat mendongak, justru ia terpana dengan ketampanan pria itu. mata coklat, alis tebal hidung mancung. membuat orang terbius dengan pesonanya.
"Ehem, maaf. Saya buru buru." ucap pria itu. Anna tersadar dengan lamunannya lalu menatapnya garang.
"Meskipun buru buru tapi jangan sampai menabrak orang dong. lihat keadaan juga kali." setelah mengatakan demikian Anna mengibaskan tangnnya. "sudahlah lupakan saja." Pria itu mengangguk dan berlalu.
"Anna!" Dewi memanggil Anna saat netranya menangkap sosok putrinya.
Anna berjalan kesana dengan anggun dan menampakkan senyum ramah kesemua relawan yang sedang di temui papanya.
"Ini putriku, Anna Anggitasari." Ucap Wiryo Adi Wirawan-papa Anna.
Anna menampilkan senyum menawan diwajahnya.
"Putrimu sungguh cantik." Puji Herman adiyaksa jujur.
"Terima kasih." Balas Wiryo sempringah.
"Ah ya, aku juga membawa cucuku datang kemari." Herman lalu menepuk bahu seorang pria muda yang tengah berdiri di sampingnya. "Arsya Widodo Adiyaksa,cucuku yang baru pulang dari Los Anggeles."
Arsya kemudian menyunggingkan senyum kepada Wiryo dan menjabat tangan Wiryo. "Arsya" sebut pria muda itu sopan.
Setelahnya Herman berdiri lebih dekat dengan Wiryo. "Ngomong-ngomong, cucuku ini sedang mencari calon istri. putrimu sangat cantik. Maksudku, kenapa kita tidak berbesanan saja" Ucap Herman berbisik pelan.
Wiryo tertawa. "Pak Herman adalah orang terhormat. Anda jangan bercanda."
"Hei, saya tidak bercanda." Momok wajah Herman terlihat serius. Wiryo menghentikan tawanya lalu menatap wajah didepannya dengan seksama mencari keseriusan dalam momoknya.
"Tapi putriku masih sekolah. itu tidak mungkin pak. Anda ini jangan bercanda." Ucap Wiryo mencairkan suasana hatinya.
"Hei, itu bisa di atur. Kamu tau saya ini orang seperti apa. Asalkan putrimu mau aku bisa mengaturnya."
Raut wajah Wiryo menjadi rumit. "Sudahlah, kau setujui saja mau-ku, aku akan berikan konstruksi itu padamu tanpa kau harus bersusah payah. Bagaimana?" Herman menawarkan dengan ringan.
"Tapi..."
"Emh, kesempatan tidak datang dua kali loh." Herman menyelanya.
Wiryo menimbang nimbang tawaran tersebut, Demi mendapatkan sokongan ia rela mengadakan sebuah perjamuan. tapi ia tidak rela jika harus menumbalkan putrinya. pemikiran ini sangat rumit.
"Bisakah anda memberi waktu, ini terlalu rumit bagiku." ucap Wiryo.
Herman tertawa. "Baiklah anak muda, aku beri kau waktu dua minggu. pikirkanlah matang matang. Aku akan menunggumu." Setelah mengatakan hal itu semua berkumpul di aula perjamuan.
Seluruh tamu relasi duduk melingkar sesuai urutan bangkunya. Anna duduk di samping dewi mengambil makanan ke dalam piring miliknya. Entah apa yang mereka bicarakan ia tidak peduli. Hingga jam menunjukkan 11 malam barulah acara selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
permintaan yang kayak gini nih jadi beban🚶♀️🚶♀️🚶♀️
2023-08-23
0
Suherna
Aku reader baru, salken semua
2023-07-27
0
Suherna
Sekali aja jangan banyak², keliatan aneh gtu bacanya
2023-07-27
0