"Kau sudah kembali?" Ucap Anna bersamaan dengan berjalan keluar dari dalam kamar mandi.
Arsya memandang ke arah sumber suara. Di atas kursi roda itu, Anna tersenyum sembari menekan tombol kursinya untuk sampai ke ranjang. Perasaan Arsya begitu campur aduk. Bagaimana bisa kakeknya menjodohkan dirinya dengan wanita seperti ini.
Padahal diluaran sana masih banyak wanita cantik dan seksy. tapi malah dipaksa menikah dengan wanita ini. Raut wajahnya begitu kesal. Ia pun acuh tak acuh, meskipun wanita ini cantik dan menawan. tapi ia tetap jengkel.
"Kau kelamaan." Bukannya menjawab pertanyaan Anna tetapi ia malah memarahinya. Arsya segera bangkit setelah menunggu begitu lama. Sebelum menarik handle pintu ia menoleh sedikit.
"Sebelum saya selesai mandi, jangan tidur duluan." Ucapan Arsya mengandung perintah yang tegas.
"Ya." jawab Anna begitu singkat.
Arsya mendorong pintu kamar mandi dan masuk lalu menguncinya dari dalam. Tak lama suara air shower menyala. Anna menghela nafas panjang. Pria ini tempramennya sangat buruk.
Anna berjuang untuk naik ke atas ranjang lalu menyelimuti kakinya hingga ke perut. Duduk bersandar pada sandaran. Tak lama setelahnya, pintu berderit menandakan pintu telah terbuka. Arsya dengan handuk yang melilit tubuhnya dari perut ke bawah keluar dari dalam kamar mandi bersamaan dengan air yang menetes ke lantai. Tangan kanannya mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
Anna yang melihat pemandangan itu langsung terkesima. Ini pertama kalinya ia melihat pria dengan keadaan telanjang dada. Sungguh terlihat sempurna dengan bagian perut yang rata dan sixpack
Arsya tau, jika dirinya saat ini dipandangi oleh Anna dengan pandangan kagum. Ia tersenyum menyeringai, meskipun hatinya kesal dan jengkel tetapi melihat sikap polos Anna. Arsya tak bisa menyembunyikan sikap jailnya. Ia pun segera mendekati dan berdiri dihadapan Anna.
"Hai-hello.!" Arsya melambaikan tangan di depan wajah Anna. Anna segera tersadar akan tatapannya yang ketahuan.
"Eh, ehem." Anna berdehem untuk menyembunyikan rasa malunya, ia segera mengalihkan atensinya ke arah lain.
"Sudah puas?" Arsya tersenyum tipis. Anna menjawab dengan gelengan kepala. Tetapi Arsya selalu berseru dengan emosi yang stabil. Ia mengulurkan tangannya dan menarik dagu Anna dengan jarinya yang panjang sehingga gadis itu mendongak.
"Kau seperti ini mengingatkanku pada seseorang. Tapi lupakanlah!" Anna melirik tubuh Anna yang tertutup selimut dan tertawa mencibir. "Meskipun aku adalah pria yang kejam dan dingin. Tapi kau adalah gadis polos yang tidak tau apa apa. Selain itu, aku mengijinkanmu untuk melihatku seperti ini setiap hari."
"Hah. Eh. tapi itu tidak perlu." Mata Anna melotot sempurna. Ia pun merutuki dirinya sendiri. Ia merasa sangat malu karena ketahuan memandangi tubuh Arsya yang begitu menakjubkan.
"Ckckckck....Kita adalah pasangan suami istri. kau tak perlu malu untuk mengakuinya." Arsya berdecak dan mendekatkan wajahnya ke wajah Anna yang hanya berjarak sepuluh senti. Jantung Anna berdegup kencang karena grogi. Ia takut jika saja Arsya akan menciumnya bahkan ia sampai memejamkan matanya.
Arsya tertawa dan jarinya yang panjang ia tarik ke bawah. Kemudian ia menuju lemari dan memilih satu stel pakaian tidur. Anna tersadar akan pikirannya. Saat membuka mata ia tertegun karena Arsya tanpa malu mengganti pakaiannya dihadapannya.
Tanpa sadar Anna malah menatapnya, ia bahkan sampai menelan air liurnya dengan susah payah.
Setelah berganti pakaian, Arsya sudah menyiapkan beberapa dokumen sebelum pernikahan ini diadakan. Jadi ia mengambil dokumen itu dari dalam laci meja nakas di samping tempat tidur. Lalu memberikannya kepada Anna.
"Ini....Kau bisa membacanya terlebih dahulu." Arsya menyodorkan dokumen itu ke hadapan Anna.
Anna memandang berkas itu dengan tatapan linglung, tapi ia tetap menerimanya dan membukanya.
"Itu adalah surat perjanjian pra nikah." Lanjut Arsya memberi penjelasan.
"Selama kau menjadi istriku, di sana tertulis bahwa kau tidak boleh bertemu, berteman atau berkencan dengan pria manapun."
"Kedua, selama saya membutuhkanmu. kau harus selalu ada dan bersedia. menghadiri pesta, makan malam atau sebagainya sebagai formalitas."
"Ketiga, kau tidak boleh mencampuri urusanku baik di kantor ataupun di luar kantor."
"Ke empat, kemanapun kau pergi harus menggunakan sopir. Tidak boleh pergi tanpa se ijinku." Kemudian Arsya menelisik tubuh Anna dari bawah ke atas.
"Kenapa memandangku seperti itu!" Anna sadar dan segera menutup dadanya dengan kedua lengannya.
"Ckckckck....Kau tau, seluruh tubuhmu itu adalah milikku." Arsya berdecak. Anna sangat kesal dan memelototinya.
"Kembali ke pokok utama." Anna berusaha bersabar lalu membaca dokumen kembali.
"Saya akan memberikan separuh aset yang saya miliki untukmu, Dan pernikahan ini akan selesai sampai kau lulus pendidikan."
"Apa maksudmu?" Anna menatap Arsya dengan tak percaya. Dia begitu mudah mengucapkannya.
"Ckckck...Sudah jelas di sana. Saya menyetujui pernikahan ini semata hanya kakek saja. Dan pada saat itu tiba saya akan bicara sama kakek jika saya tidak cocok dengan kau."
"Tidak, apakah aku akan menjanda di usia dini." gumam Anna hampir berkaca kaca.
"Kecuali....." Anna mendongakkan wajahnya menatap wajah Arsya serius.
"Kau bisa membuatku jatuh cinta, maka hal itu tak kan terjadi."
"Hah,, cinta?" batin Anna.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan....(Arsya memandang kaki Anna sekilas)...Kenapa dengan kakimu? Emm kau juga bisa mengobati kakimu hingga pulih keluar negeri sekalipun." Tambah Arsya.
"Tidak perlu. Aku tau kondisiku. Hanya orang yang tak tau malu saja yang tidak bertanggung jawab,, bahkan kata maaf saja tidak terucap." Anna tersenyum pahit.
Mendengar hal ini, Arsya terkejut tapi wajahnya tetap menampilkan wajah datar. "Oke, saya anggap kau setuju!" Arsya memberikan pulpen ke hadapan Anna. Anna menerimanya lalu membubuhkan tanda tangan di atas materai.
Setelah saling memberikan tanda tangan, Arsya menyimpan berkas itu di dalam laci nakas di samping tempat tidurnya. "Selamat malam." Ucap Anna lalu membaringkan tubuhnya yang lelah kemudian menarik selimutnya hingga ke dada. perlahan ia memejamkan mata.
Arsya menatap sekilas penampilan Anna yang menyedihkan, diam diam ia menanyakan kondisi Anna kepada dokter yang telah merawatnya.
Keesokan paginya, Anna meraba samping tempat tidurnya. Namun hanya ada kekosongan bersamaan itu ia menolehkan kepala. Kemudian ia mendudukkan dirinya.
Anna sadar, jika dirinya memang tak terlihat sempurna. Mungkin suaminya tak ingin melihatnya. Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri.
Tak berselang lama, pintu kamar diketuk dari luar. Masih dengan handuk hotel Anna menekan tombol kursi rodanya hingga ke depan pintu.
"Danni!" Danni menunduk hormat. Anna kemudian masuk yang disusul Danni dibelakangnya.
"Nona, Pak Arsya telah memerintahkan saya untuk menjemput anda pulang ke rumah."
"Oke, tunggulah. Aku berganti pakaian dahulu." Danni menggangguk.
Anna mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah sepuluh menit ia keluar. Danni dengan sigap mendorong kursi roda Anna keluar dari kamar hotel sedangkan barang barang Anna di bawakan oleh pelayan hotel.
"Nona, Pak Arsya berpesan untuk membawa anda ke restoran melakukan sarapan pagi." Ucap Danni saat berada di dalam lift.
"Tidak perlu, aku akan sarapan di rumah saja."
"Baiklah."
Danni mendorong kursi roda Anna dan membantunya masuk ke dalam mobil. Mobil melesat meninggalkan lobi hotel. Sepanjang perjalanan Anna memandangi ke samping luar jendela.
"Eheem, Nona!" Anna memindahkan tatapannya dari samping jendela ke arah depan menatap Danni yang sedang fokus mengemudi.
"Pak Arsya sore nanti akan berangkat ke jerman selama satu minggu ke depan." Ucap Arsya memberitaukan.
"Oh.." Danni menatap majikannya itu melalui tampilan kaca spion. Dan herannya Nona barunya ini tidak menampilkan raut wajah apapun. masih terdiam dan memasang wajah datar. Lalu kembali menatap jalanan sekitar.
Jika semestinya sebagai pasangan baru seharusnya Anna merasa tertekan dengan keadaan ini, tetapi dia malah santai menghadapinya.
Mungkin jika itu selain Anna pasti akan meraung menangis dan memohon mohon seperti dua bulan yang lalu~Bella. Danni ingat. Bella adalah seorang model papan atas yang tenar karena bantuan Arsya. Ia menginformasikan ke para wartawan bahwa ia sedang berhubungan dengan seorang pengusaha muda. yaitu Arsya.
Saat itu Arsya mengatur kepergiannya bertemu klien yang berada di Yunani. Ia memerintahkan Danni menjemput sang aktris di sebuah gedung tempat pertemuan. Bella merasa kecewa padahal dia sudah berjanji yang akan menjemputnya sendiri dan akan membawanya ikut bersamanya ke yunani tapi nyatanya ia malah memerintahkan asistennya untuk menjemputnya.
Bella menangis dan memohon mohon saat mendapatkan telepon dari Arsya. tapi Arsya si iblis kejam itu tidak menghiraukannya. Dan sekarang Bella tidak lagi seperti yang dulu setelah Arsya memblokir job-nya. Danni pun merasa bersyukur.
"Danni, Apakah ada pesan yang lain dari tuan Arsya?" Anna bertanya setelah sekian lama hening.
"Tidak." Jawab Danni cepat.
"Besok adalah hari senin, masih ada beberapa keperluan yang harus saya ambil di tempat papa. bisakah kau antar saya ke sana."
"Baiklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Rapa Rasha
apa mereka bisa saling mencintai kak lanjut
2022-11-12
0