Dua minggu telah berlalu dengan cepat. Tepat di hari ini, Wiryo sudah kehabisan waktu untuk berpikir. Herman kembali mengingatkan, jika tidak menyetujui persyaratan yang diajukannya maka tanah konstruksi itu akan diberikan kepada yang lain.
"Anna, Soal yang papa bicarakan tempo hari apakah kamu masih ingat tentang pernikahan itu?" Wiryo membuka pembicaraannya di dalam ruang meja makan.
"Pa, Anna sudah seperti ini. Masih bertanya tentang pernikahan?" Bukannya menjawab pertanyaan justru melayangkan pertanyaan balik.
"Bagaimana tidak? Perusahaan papa sudah tidak bisa berkembang jika tidak mengambil keuntungan ini. Apa kamu sanggup hidup tanpa uang, tanpa mobil dan tinggal di rumah kontrakan kecil? jika kamu tidak menyetujuinya maka siap siaplah hidup dijalanan." Ucap Wiryo tegas.
Anna membayangkan jika dirinya tanpa uang, tanpa mobil bahkan hidup di tempat kecil pasti akan menyedihkan. Apalagi saat ini kakinya masih perlu banyak perawatan dan belum bisa berjalan sempurna.
"Tapi pa..."
"Sudahlah Anna, Kamu tidak punya pilihan, lagian kamu sudah seperti ini. Bahkan diluaran sana siapa yang mau menerima kamu dalam keadaan seperti ini. Mau tidak mau kau harus menyetujuinya." Ucap Wiryo di ujung kemarahannya.
Wiryo menyesap kopinya hingga tandas kemudian pergi. Anna menatap punggung lebar papa-nya hingga menghilang di tembok pembatas. Matanya berkaca kaca mendengar penuturan papa-nya yang begitu memaksanya. Tidakkah dia adalah anak kandungnya sendiri. bahkan tega menukarnya demi sebuah bisnis.
Anna terdiam di kursi rodanya, meratapi dirinya yang memang tidak bisa berjalan seperti biasanya. Tiba tiba ia teringat akan kecelakaan waktu itu.
Andai saja waktu itu ia tidak terbawa emosi mungkin hal ini tidak akan terjadi. Dan bahkan mungkin ia bisa menghentikan pernikahan ini tetapi sayangnya ia tak bisa.
Dewi mengelus punggungnya dengan halus. Anna menoleh kepada sang mama yang berdiri di sampingnya, Ia memeluk pinggangnya dengan erat kemudian menyalurkan rasa sesaknya yang telah ia tahan.
Pada malam harinya, Di Villa kediaman Wirawan. Herman datang bersama para pengawalnya yang mengikuti dari belakang. Villa yang biasanya terlihat tenang kini menjadi riuh saat kehadiran Keluarga Adiyaksa.
Herman tanpa basa basi langsung mengatakan atas lamarannya. Wiryo pun menyanggupi.
Di sebuah hotel ternama, Anna mengenakan gaun pengantin. Terdengar beberapa helaan keluar dari bibirnya. Rasa takut, marah dan sedih bercampur menjadi satu. Hingga sebuah ketukan dipintu menyadarkan dirinya.
Dewi yang berbalut gaun berwarna biru mendekati anak perempuannya. "Sayang! kamu begitu cantik."
Anna menolehkan dan tersenyum tatkala ibunya tersayang datang menyambanginya. "Mama!" Lirihnya dengan suara rendah. Dewi tersenyum dan mengelus pundaknya.
"Kamu persis seperti mama muda dulu. begitu cantik dan manis." Dewi mengelus pipi Anna dengan lembut. Anna tersipu malu dan tersenyum.
"Ayo kita keluar." Dewi mendorong kursi roda Anna. Sebelum keluar Dewi memakaikan kerudung hingga menutupi wajah Anna sepenuhnya kemudian mendorongnya keluar hingga menuju Aula.
Anna menautkan tangannya di pangkuannya, rasa gugup dan takut bercamour menjadi satu. Apalagi ini pertama kalinya ia sebagai pengantin membuat telapak tangannya terasa dingin.
*
Di aula hotel terdapat 200 undangan saja yang hadir. itupun hanya kolega dan rekan bisnis saja termasuk sanak saudara terdekat.
Arsya duduk di hadapan penghulu lalu membalas jabatan tangan penghulu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Anna Anggita sari binti Wiryo Adi Wirawan dengan mas kawin uang sebesar satu juta rupiah dan satu set perhiasan dibayar tunai." ucap Arsya begitu lantang dan tegas dalam satu tarikan nafas.
"Sah"
"Sah"
Semua yang berada di ruangan itu tersenyum bahagia kemudian Kursi roda Anna di sandingkan dengan kursi Arsya. Terlihat Arsya tidak begitu senang dengan pernikahan ini. Wajahnya begitu datar dan dingin.
"Kalian bisa bertukar cincin." Ujar penghulu memberitau.
Arsya dan Anna saling bertukar cincin di akhiri dengan Arsya mencium di kening Anna sementara Anna mencium tangan Arsya. Mereka berdua telah sah menjadi pasangan suami istri.
Acara di lanjutkan dengan sungkeman. Arsya mendorong kursi Anna hingga ke hadapan kedua orang tuanya.
"Mama, Papa, Anna minta maaf jika selama ini Aku belum bisa jadi anak yang baik buat papa dan mama."
"Tidak sayang, kamilah yang bukan orang tua yang baik. Papa minta maaf. karena papa kamu jadi seperti ini. Tapi papa yakin. Arsya adalah suami yang baik. dia pasti akan memberikanmu yang lebih baik dari papa."
"Anna, ingatlah. kamu sekarang sudah bukan tanggungan kami lagi. kamu sudah tanggung jawab suamimu. Apapun yang di minta suami kamu harus mematuhinya." kini Sang mama yang memberi nasehat.
"Baik ma, akan Anna ingat." Anna mengangguk patuh. Dewi pun mengelus puncak kepala Anna lalu menciumnya.
Kini giliran Arsya yang berada di hadapan Wiryo dan Dewi. Arsya menghela nafas sebelum mengucapkan sebuah kata. "Pa ,Ma..." Kepala Arsya tertunduk.
"Nak jagalah anak kami selayaknya kami menjaganya, Bahagiakan dia, sayangilah dia. Dia adalah putri kami satu satunya. jika kamu tidak bisa membahagiakannya maka kembalikanlah dia pada kami secara baik baik seperti kami memberikannya dengan cara yang baik baik." ucap Wiryo memberi wejangan. Arsya mengangguk.
"Iya nak Arsya, Anna adalah gadis yang periang dan ceria, kami berharap kamu bisa membahagiakannya lebih dari kami." lanjut Dewi.
"Akan saya usahakan." Jawab Arsya.
Dan Acara itu berakhir dengan saling memeluk satu sama lain. Acara selanjutnya adalah sebuah resepsi yang sangat mewah. kedua pasangan itu berada di atas pelaminan.
"Ehem, saya sebagai suami kamu, bukankah sebaiknya kamu membuka kerudung kamu." Sebelum mengucapkan kata itu ada rasa grogi di dalamnya. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia bersanding dengan wanita begitu dekat.
"Maaf." Hanya terdengar satu kata yang terucap dari bibir mungil milik Anna yang menunduk dalam. Arsya berusaha acuh tak acuh. Tiba tiba saja, tangan Anna mengulur dan memegang lengan Arsya lembut.
"Bisa bantu saya membukanya." Arsya terkejut saat menatap lengannya yang digenggam Anna kemudian mendongak menatap Anna yang berada di sampingnya.
Arsya duduk menyamping sehingga keduanya terlihat seperti berhadapan. kedua tangan Arsya terulur dan menaikkan kerudung Anna hingga bisa dilihat perlahan wajah Anna sepenuhnya.
Wajah Anna yang halus dan putih terekpos begitu nyata, satu kata yang terukir di lidah Arsya yaitu cantik. Ditambah senyumnya yang begitu manis. Arsya berdehem sebentar untuk mengurangi rasa gugupnya.
"Ehem, sudah selesai." Arsya menurunkan tangannya dan menarik pandangannya hingga lurus kedepan.
"Terima kasih." sahut Anna.
Kini satu persatu tamu undangan mulai berebut untuk mengucapkan ucapan selamat. Setelah empat jam berada di atas pelamunan para tamu pun satu persatu mulai pulang.
"Kamu kembalilah ke kamar, masih ada hal yang harus saya urus." Ucap Arsya sembari memerintah. Kemudian mengkode dengan dagunya ke arah Danni asistennya. Danni mengangguk paham.
"Mari Nona, saya antar ke atas." Dani memberi hormat terlebih dahulu kemudian mendorong kursi roda Anna setelah Anna mengangguk mengiyakan. Danni mendorong kursi roda Anna hingga ke depan Lift.
"Emm, siapa nama kamu?" Tanya Anna.
"Danni, panggil saja Danni seperti Pak Arsya memanggil saya." Jawab Danni sopan.
"Oke."
Tak lama pintu lift pun terbuka. Danni mendorong kursi roda Anna masuk ke dalam lift. Danni memencet tombol yang berada di samping pintu lift setelahnya ia berdiri di belakang tubuh Anna.
"Maaf merepotkanmu." Ucap Anna memecah keheningan.
"Tidak apa apa Nona, sudah seharusnya saya melayani anda." Jawab Dani.
Tak lama setelahnya lift terhenti di lantai paling atas. Danni mendorong kursi roda Anna keluar lalu mengantarnya hingga ke sebuah kamar.
"Jika butuh apa apa, nona bisa memanggilku." Ucap Dani sebelum pergi.
"Ya." Anna mengangguk.
Danni pun keluar dari kamar presiden suit yang telah disiapkan Arsya sebelumnya.
Anna memencet tombol di kursi rodanya, kamar itu telah di dekorasi sedemikian rupa selayaknya kamar pasangan pengantin baru. Bunga mawar bertaburan di atas ranjang dengan gambar 'love' di tengahnya.
Kemudian ia meraih koper yang tadi sudah di bawakan pelayan sebelumnya. membukanya dan mengambil pakaian piyama bergambar kartun kemudian ia menuju kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Rapa Rasha
lanjut kak
2022-11-12
1