Cinta Buta Tuan Muda
Setelah 10 Tahun
Pagi yang mendung, di sebuah rumah besar di kawasan Jakarta Selatan, seorang gadis muda semangat membawa pot bunga ke dalam rumah.
"Kilan..." Panggil Ibunya.
Gadis itu menoleh. "Iya, Bu."
Ibu membawa keranjang baju. "Itu mau dibawa ke mana bunganya?"
"Ah ini.." bukan menjawab, ia malah tersipu.
Ibu paham betul yang dirasakan putrinya dan tersenyum kecil. "Ya sudah. Kamu mau ke kamar Mas Dayri kan? Ini sekalian kamu beresin kamarnya ya? Ganti seprai sama sarung bantalnya. Jangan lupa bersihin sebersih-bersihnya. Harus udah beres sebelum siang ya, Nak."
Setelah memberikan keranjang baju, Kilan melanjutkan langkah ke lantai dua rumah.
Sampai di sebuah kamar paling besar, Kilan membuka pintu dan mendapati suasana kamar yang mewah dan elegan.
Ia membuka tirai dan jendela. Membiarkan udara masuk. Pot bunga diletakkan di meja.
Dengan hati riang gembira ia membersihkan kamar Dayri, majikannya yang sudah 10 tahun berada di luar negeri.
***
Kilan, gadis berumur 20 tahun. Berwajah manis dan berambut panjang. Sejak kecil ayahnya sudah meninggal. Ibunya sudah bekerja dengan keluarga Dayri sejak sebelum ia lahir.
Ibu dan Ayah bekerja bersama keluarga Dayri. Ibu menjadi pembantu mengurus rumah, merangkap pengasuh Dayri sejak kecil. Ayah bekerja sebagai tukang kebun. Namun sebelum Kilan lahir, Ayah meninggal karena sakit jantung.
Sejak itu Bu Fira, ibunya Dayri mengizinkan Ibu dan Kilan tinggal di sana. Sampai Kilan menikah dan mempunyai tempat tinggal.
Orangtua Dayri pengusaha sukses. Perusahaan nya besar dan terkenal.
Awalnya orang tua Dayri memulai bisnis. Bu Fira seorang designer pakaian. Dan mendesign pakaian pria. Pelan-pelan bisnis berkembang pesat. Perusahaan keluarga berkembang dan merajai pasar.
Seiring perusahaan sukses, ketika Dayri berusia 15 tahun, Ayahnya meninggal karena sakit ginjal.
5 tahun setelahnya, ibunya meninggal karena kanker.
Dayri terpukul menjadi yatim piatu. Hanya Bu Yuni, ibunya Kilan, yang menjadi pengasuhnya, yang dia miliki seperti ibunya.
Dayri pergi ke New York untuk melanjutkan kuliah. Agar layak menjadi penerus perusahaan. Sementara perusahaan dipegang Tante Yuna adik ayahnya.
Dan hari ini Dayri akan pulang. Melanjutkan tanggung jawabnya sebagai penerus perusahaan keluarga.
Dayri 10 tahun lebih tua dari Kilan. Sejak Kilan kecil, Dayri selalu menemaninya bermain. Mengajarinya berenang, naik sepeda, kadang membantunya mengerjakan PR. Mereka sudah seperti kakak adik.
Walau diam-diam sejak kecil Kilan memendam perasaan pada Dayri. Sejak Dayri mulai mengajarinya bermain sepeda. Kilan kecil senang bersama Dayri. Bahkan Dayri pernah menggendong Kilan di punggungnya ketika pulang sekolah terserempet motor. Ketika itu Dayri sudah kelas 2 SMA dan Kilan kelas 2 SD.
Yang dilakukan Dayri wajar, hanya cukup menimbulkan rasa yang tidak dipahami ketika Kilan kecil.
Seiring dia tumbuh besar, ia mulai merasakan kenyamanan. Apalagi ketika Bu Fira meninggal. Dayri terpukul, dan Kilan sedih melihatnya.
Dan begitu Dayri berangkat ke luar negeri melanjutkan kuliah, Kilan menangis berhari-hari merasa kehilangan Dayri.
10 tahun berpisah, dan akan bertemu kembali, membuat Kilan gelisah entah kenapa.
Bagaimana Dayri sekarang?
Sebelum berpisah ia hanya ingat Dayri bertubuh tinggi kurus dan berwajah tampan yang imut.
Apa Dayri masih ingat padanya?
***
TINNN...
Kilan yang sedang menyiram bunga di taman tersentak mendengar klakson mobil dan meletakkan selang air, lalu bergegas ke depan.
Pak Iyo satpam membuka gerbang dan mobil sedan putih memasuki halaman.
Keluar seorang laki-laki berjas dari kursi kemudi.
Penasaran Kilan menghampiri. "Ada yang bisa dibantu?"
"Kamu pengurus rumah ini?" Tanyanya.
"Iya betul. Anda siapa ya?" Kilan balik tanya pada laki laki dewasa berwajah lumayan manis ini.
"Saya Fero. Asistennya Tuan Dayri. Saya dikirim ke sini untuk mengecek kamar Tuan Dayri. Dan mengantarkan barang-barangnya."
Kilan celingukan. "Tuan Dayri nya ke mana?"
"Tuan akan kembali nanti malam. Bisa antarkan saya ke kamar Tuan?"
"Baik, lewat sini."
Kilan mengarahkan Fero ke kamar lantai 2.
"Ini kamarnya." Kilan membuka pintu, harum ruangan menerpa lembut wanginya.
Fero memasuki kamar dan meneliti sekelilingnya.
"Gorden ganti dengan warna hitam. Dekat tempat tidur, Tuan terbiasa injak karpet bulu, bisa kamu pasang nanti ada yang membawakan ke sini." Fero membuka satu koper besar dan mengeluarkan tas.
"Di dalamnya ada set perlengkapan mandi Tuan, bisa kamu tata. Tuan tidak sembarangan pakai produk untuk kulit. Dan ini.. lilin aromaterapi. Tuan selalu menyalakan ini setiap malam. Bisa kamu atur."
Kilan mengangguk angguk mendengar sederet pekerjaan tambahannya sebelum Dayri pulang.
"Barang-barang di koper harus sudah beres ditata di lemari sebelum Tuan pulang." Fero menutup perintahnya.
"Baik, Pak." Kilan mengangguk patuh.
Fero menatap Kilan seksama. "Nama kamu siapa?"
"Kilan."
"Usia?"
"20 tahun."
"Tuan sudah beritahu saya, kamu yang bertanggung jawab di rumah ini dan menjadi asisten pribadinya."
Asisten pribadi? Batin Kilan.
"Panggil nama saya saja. Usia kita cuma beda 5 tahun. Atau kalau kamu tidak nyaman, panggil Kakak mungkin lebih enak didengar. Karena kita akan bekerja bersama mendampingi Tuan Dayri." Fero menyerahkan map. "Ini jadwal pekerjaan dan pakaian yang dikenakan Tuan dari Senin hingga Sabtu. Makanan kesukaannya. Jadwal Tuan minum suplemen kesehatan. Kamu pelajari semua."
Meski bingung, Kilan menerima map. "Baik, Kak."
Fero menyerahkan HP berwarna putih. "Ini kamu pegang untuk komunikasi. Semua kegiatan Tuan akan saya informasikan dahulu."
Kilan menerima HP dan mengangguk patuh.
Begitu Fero pergi, Kilan menatap map galau. "Aku jadi asisten pribadi Tuan?"
***
"Mas Dayri... Selamat datang di rumah."
Ibunya Kilan menyambutnya. Sesosok tubuh tinggi atletis dan berwajah sangat tampan dengan rambut halus di sekitar dagunya.
"Bu Yuni.. apa kabar?" Dayri tersenyum kecil. Pada ibunya Kilan dia bersikap sangat sopan karena sudah seperti pengganti ibunya yang sudah meninggal. Terlebih karena dulu ibunya Kilan yang merawatnya sejak bayi. Papa Mama sibuk bekerja merintis usaha sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibunya Kilan.
"Alhamdulillah baik."
"Terima kasih udah urus rumah selama aku pergi."
"Sama-sama, Mas."
"Aku ke kamar dulu ya, Bu." Dayri langsung menuju kamar di lantai 2.
Ibunya Kilan teringat. "Eh Kilan kan masih ada di kamar Mas Dayri."
***
"Banyak banget aturan Tuan Dayri pulang." Kilan mengoceh sambil mengganti sarung bantal dengan warna abu-abu sesuai yang tertera di daftar dari Fero.
"Makanan kesukaan, jam tidur, kebiasaan, makanan yang bikin alergi, cemilan favorit, bla bla bla..." Kilan menyalakan lilin aromaterapi lavender sesuai arahan.
Ia sampai pusing sendiri menghafal isi pasal-pasal kepulangan Dayri.
"Lagian, kenapa tiba-tiba aku jadi asisten pribadi Tuan? Aku kan cuma anak pembantu." Dumelnya sambil memastikan semua barang rapi.
"Jadi kamu nggak mau jadi asistenku?" Suara berat itu mengagetkan Kilan sampai sikunya membentur lemari.
Ia menoleh kaget pada sosok menjulang di ambang pintu. Sosok laki-laki berjas rapi, tubuh tinggi 185 cm, kekar dan atletis, rambut hitam lebat, dengan wajah yang sangat tampan.
Ya Allah.. ini Tuan Dayri????!!!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments