3. Cemburu

Cemburu

Sudah hampir satu bulan Dayri berada di Jakarta.

Pekerjaannya sebagai CEO atau Direktur Utama, dijalaninya dengan baik.

Kilan sudah terbiasa dengan pekerjaan barunya. Harus lebih dibiasakan dengan sifat buruk tuannya yang setiap malam selalu membawa wanita bayaran menemani malamnya di rumah.

Awalnya Kilan tidak ingin berpikiran buruk pada tuannya. Melihat setiap malam selalu ada wanita seksi masuk kamar tuannya, selalu wanita yang berbeda, ia bertanya pada Fero.

Jawaban Fero ..

"Tuan pernah kecewa dikhianati tunangannya. Makanya Tuan nggak percaya komitmen hubungan lagi. Jadi dia bermain dengan banyak wanita tanpa hubungan."

Kilan masih belum puas jawaban itu. "Terus, ngapain Tuan sama wanita-wanita itu?" Tanyanya polos.

"Apa lagi? Pria wanita di kamar berdua apa yang pasti terjadi?"

DEG.

Kilan seperti mendapat tamparan keras. Membayangkan Dayri berhubungan dengan banyak wanita tidak dikenal.

Pantas di lacinya ia temukan beberapa alat pengaman.

Dan setiap pagi ia yang membersihkan kamar bekas tuannya tidur dengan wanita lain.

Air mata Kilan menetes mengingat itu.

***

"Kilan.." panggil Fero membuat Kilan tersentak.

"Eh iya kenapa, Kak?"

"Dimakan dong. Kenapa ngeliatin Tuan terus?" Tanya Fero melihat Kilan aneh.

"Iya ini juga dimakan kok Kak." Kilan bergegas menyuap nasi beef teriyaki nya. Yang sebenarnya lezat namun terasa hambar karena melihat Dayri sedang makan siang bersama seorang wanita cantik.

Siang itu mereka menemani Dayri makan siang di restoran. Dayri janjian dengan seorang wanita cantik blasteran yang seksi. Kilan dan Fero makan di meja yang agak jauh.

"Itu mantan tunangan Tuan." Kata Fero membuat Kilan kaget.

"Mantan tunangan?"

Fero mengunyah makanannya nikmat. "Iya. Begitu putus tiga tahun lalu, Tuan mulai nggak terkendali main perempuan. Tapi dia nggak bisa ngelupain Laura. Aku tau itu semua karena aku udah lama kerja dengan Tuan."

Jadi mereka ketemu buat balikan? Tanya Kilan dalam hati, tidak berani menanyakan pada Fero.

Kali ini dia agak pintar menyimpulkan sedang cemburu melihat Dayri bersama Laura.

"Kamu suka ya sama Tuan?" Tembak Fero membuat Kilan gelagapan.

Belum sempat Kilan menjawab, Fero tersenyum geli. "Lupain aja, jangan libatin urusan perasaan sama pekerjaan. Apalagi kamu udah tau Tuan kita itu bagaimana. Yang ada kamu patah hati."

Kilan menghela nafas dan mengaduk-aduk makanannya.

"Habisin makanannya. Bu Yuni pesen sama aku supaya kamu jangan telat makan. Kamu kalau lagi belajar atau kerja suka lupa makan jadi maag kamu kumat."

"Iya, Kak." Kilan berusaha acuh dan melanjutkan makannya.

***

Keluar dari restoran, Dayri terlihat berdebat dengan Laura.

Kilan dan Fero menjaga jarak cukup jauh hingga tidak mendengar perdebatan mereka.

"Move on, please!" Teriakan Laura cukup kuat.

Dayri terlihat panik berusaha memegang tangan Laura namun ditepis.

Dari adegan itu saja Kilan menyimpulkan mereka sedang ribut. Dan mungkin Laura meminta Dayri melupakannya.

Bahkan Laura mengembalikan kotak hadiah yang diberikan.

Laura bergegas pergi menggunakan taksi.

Dayri mematung memegang kotak hadiah, wajahnya memerah menahan marah.

***

Di dalam mobil, Kilan melirik tuannya takut takut.

Dayri terlihat kesal. Tangannya terkepal dan memukul pahanya sendiri.

Fero melajukan mobil memasuki jalur cepat. "Sekarang mau ke mana, Tuan?"

Dayri melirik tajam. "Pulang."

Fero mengangguk patuh. Yang sudah ia pelajari jika tuannya sudah marah, jangan banyak membantah jika tidak ingin tambah panas.

Tiba-tiba Dayri mengangsurkan kotak hadiah itu pada Kilan membuatnya bingung.

"Tuan?"

"Kalau kamu nggak mau, buang aja." Dayri berkata malas.

"Te-terima kasih, Tuan. Saya terima."

Dayri tidak bicara lagi.

Begitu tiba di rumah, ia langsung masuk kamar.

Fero dan Kilan saling pandang.

"Gimana ini, Kak?"

"Mau gimana lagi? Mood Tuan udah rusak. Kamu jaga Tuan aja. Aku akan ke kantor handle pekerjaan Tuan. Telepon aku kalau ada apa-apa."

Kilan mengangguk. "Iya, Kak."

***

Tiba di paviliun, Kilan masuk kamarnya. Ibunya jam segini pasti lagi belanja ke supermarket.

Ia merebahkan tubuhnya di kasur dan menghela nafas panjang. "Kasian Tuan Dayri.. kayaknya dia cinta banget sama Laura."

Baru kali ini Dayri hilang semangat kerja.

Ia ingin melakukan sesuatu untuk menghiburnya.

Tapi, apa?

Teringat kotak hadiah yang diberikan Dayri.

Ia bergegas membuka. Matanya melebar melihat sehelai dress berwarna merah marun.

"Duuhh bajunya cantik banget..." Ia membolak-balik baju mengagumi bahannya yang lembut.

"Ini pasti mahal banget. Laura pasti cantik banget pake baju ini." Membayangkan Laura mengenakannya seperti bidadari.

Pasti Dayri menginginkan Laura mengenakannya.

Besok malam rencananya Dayri akan mengajak Laura makan malam. Sehingga sejak kemarin Kilan ditugaskan mengambil pakaian yang akan dipakai acara dinner.

Dengar-dengar Dayri ingin mengajak Laura pacaran lagi. Lebih dari itu, mungkin dia ingin melamarnya.

Tidak peduli pengkhianatan yang dilakukan ternyata lebih besar rasa cintanya untuk wanita itu.

Dengan kejadian ini sepertinya acara dinner batal.

Melihat tuannya sedih membuat Kilan gelisah membiarkan tuannya sendirian. Khawatir, takut, bingung, bercampur jadi satu.

Bingung ingin berbuat apa untuk Dayri.

Di dalam kotak masih ada sesuatu. Parfum!

"Ini kan parfum mahal." Kilan menyemprot sedikit ke tangannya dan dihirup. "Wanginya enak banget. Beneran nih Tuan kasih aku ini semua?"

HP-nya berbunyi ada pesan masuk dari Fero.

#Kalau Tuan sedang mabuk, jangan ngebantah apapun yang dia bicarakan. Menjauh mungkin lebih baik.#

"Apa maksudnya?" Kilan bingung sendiri. "Kalau Tuan mabuk, jangan bantah, dan menjauh aja?"

Kilan mengalami perdebatan dalam hatinya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!