4. Kunci Pintunya!

Kunci Pintunya

Pukul 7 malam, Dayri belum keluar dari kamarnya.

Padahal sudah waktunya makan malam.

"Mas Dayri ke mana, Nak?" Tanya Ibunya.

"Dari siang di kamar, Bu. Nggak keluar-keluar. Tadi sih kayak ada masalah gitu." Kilan menjawab datar.

"Ya sudah, kamu antar makan malamnya saja ke kamar ya?" Kata Ibu sambil menyiapkan nampan.

Kilan terdiam ingat suasana hati Dayri tadi siang. Dia khawatir suasana hati nya memburuk jika dia datang.

"Ibu mau pergi dulu ke apotik, obat ibu habis. Kamu yang urus makan malam Mas Dayri ya Nak."

"Ibu pergi sama siapa?"

"Rina mau anter Ibu." Ibu menyebut nama pelayan yang baru bekerja. "Ibu titip ya."

"Iya Bu."

Begitu Ibu pergi, Kilan menggigit bibir memandang ke lantai dua.

"Tuan gimana sekarang ya? Kalau aku dateng dia malah makin marah gimana?" Kilan malah uring-uringan.

Tapi memikirkan Dayri sendirian dalam kondisi sekarang, lebih membuatnya cemas.

HP-nya berdering. Fero menelepon.

"Halo, Kak."

"Halo, Kilan. Gimana Tuan sekarang?" Tanya Fero.

Kilan menghela nafas lesu. "Belum keluar kamar, Kak. Ini juga aku mau anter makan malam. Tapi kira-kira tepat nggak ya?"

"Kamu anter menu cemilan Tuan. Dalam kondisi begini Tuan lebih suka menu itu daripada makan malam."

"Oh gitu."

"Aku masih di kantor. Ada berkas yang perlu aku anter ke Tuan. Sukses ya Kilan."

Begitu telepon diputus, Kilan gigit jari.

Mau tidak mau ia harus menemui Tuan Mudanya.

***

Kilan menaiki tangga dengan jantung berdebar keras. Membawa nampan berisi cake, buah potong, dan jus buah. Menu cemilan favorit Dayri.

Sebisa mungkin dia bersikap wajar. Dia hanya ingin Dayri tidak sedih lagi.

Dia menggunakan pakaian merah dari Dayri. Rambutnya digulung, sedikit make up yang tipis dan natural, tak lupa sedikit parfum pemberian Dayri. Ingin menghibur Tuannya.

Tok tok tok...

"Tuan, ini Kilan."

Tidak ada jawaban. Hening.

Tok tok tok...

"Tuan..." Kilan memanggil lebih keras.

Belum ada jawaban juga.

"Tuan, saya masuk." Gagang pintu terasa dingin, dan Kilan membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Hawa dingin AC beserta pewangi ruangan menerpa.

Kilan mendapati Dayri sedang duduk di sofa sambil meminum minuman keras. Pakaiannya masih sama. Hanya jasnya yang dilepas dan sepatunya tergeletak di lantai.

Deg.

#Kalau Tuan sedang mabuk, jangan ngebantah apapun yang dia bicarakan. Menjauh mungkin lebih baik.#

Teringat pesan Fero.

Tapi... Dia tidak bisa tenang kalau belum memastikan Dayri baik baik saja.

Di meja sudah ada sebotol minuman keras yang Kilan sendiri tidak tahu apa merknya.

Dayri sudah terlihat mabuk. Wajahnya basah air mata. Dipastikan lelaki ini terpukul ditinggalkan Laura.

Mata Dayri tiba tiba mengarah padanya. Tajam dan penuh makna.

Kilan menunduk ngeri, dia takut bukan main menghadapi suasana dingin ini.

Kekhawatiran pada tuannya berubah jadi rasa takut yang mampu membekukan tulangnya.

"Tu-Tuan.."

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Dayri tajam.

"Sa-saya mengantar cemilan untuk Tuan. Tuan belum makan malam, saya khawatir Tuan sakit." Kilan meletakkan nampan di meja. "Permisi, Tuan."

Baru berbalik, langkahnya terhenti mendengar suara berat.

"Mau ke mana?" Dayri menuangkan minuman lagi dan menatap gadis yang mematung dekat pintu.

Kilan menelan ludah, gugup. Tuannya mau apa?

"Kunci pintunya."

Apa??

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!