Terenggut
Begitu pintu dikunci, Kilan menarik napas berusaha tenang. Dan merapikan cardigan merah yang digunakan menutupi dress nya yang cukup seksi.
Dayri memejamkan mata dan menyandarkan kepala di bahu sofa.
Lalu Kilan mendekat dan berjongkok di depannya. Membereskan sepatu dan jas.
"Aku hanya menjalankan tugas sebagai asisten pribadinya." Kilan bertekad dalam hati.
Ketika melepas dasi, mata Dayri terbuka menatapnya.
DEG DEG DEG..
"Maaf Tuan.. lebih baik Tuan ganti baju dan istirahat. Biar saya..."
Tiba tiba Dayri menarik tangannya hingga gadis itu terjatuh di pangkuan Dayri.
Jepit rambut nya lepas, rambutnya tergerai bebas.
"Tu-Tuan..." Kilan terkejut dan gugup berada sedekat ini dengan Dayri.
Tangan Dayri melingkar di pinggangnya, dan menghirup aroma tubuh gadis di pangkuannya.
"Hanya kita berdua di sini. Jangan pergi. Aku takut sendirian." Dayri merebahkan kepala di dada Kilan.
Kilan meski takut tapi tersentuh mengingat Dayri sedang terguncang.
Tangannya tergerak melingkari leher Dayri merapatkan kepalanya berharap lelaki itu merasa tenang.
Ia berusaha menahan diri untuk tidak berharap lebih. Berada sedekat ini saja ada rasa yang dia artikan bahagia. Meski lelaki di pelukannya begitu dingin dan tidak banyak bicara, tidak bisa ia ingkari dia sudah jatuh cinta pada Tuan Mudanya.
Dayri mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu sangat dekat. Desah nafas pria itu menggetarkan hatinya.
"Papa Mama sudah pergi. Kamu juga akan pergi?" Suaranya serak dan sedih.
Kilan menahan air matanya dan menghapus air mata di pipi Dayri.
Tiba-tiba Dayri mendekat dan mencium bibir Kilan membuat gadis polos yang belum pernah berpacaran dan disentuh laki-laki, terkejut bukan main.
Normalnya dia harus menolak. Nyatanya, ciuman Dayri terasa lembut dan memabukkan. Tanpa sadar, Kilan membalas ciumannya.
Lama kelamaan permainan bibir mereka makin panas.. Kilan mengimbangi gerakan yang dilakukan Dayri.
Tangan Dayri menggerayangi dada Kilan yang melotot begitu kancing cardigannya dilepas.
Kilan tidak berdaya ketika Dayri mengangkat tubuhnya dan menggiringnya ke tempat tidur.
Kilan tahu betul apa yang akan dilakukan Dayri. Tapi sekuat apapun ingin melindungi diri, nyatanya ia lemah karena jatuh cinta.
Dayri sudah tidak terkendali dan melucuti pakaiannya.
Kilan berbaring dengan bersimbah air mata. Namun tidak bisa menolak.
Hingga pakaiannya tergeletak di lantai.
Dayri tidak henti menciumi wajah, tubuhnya. Laki-laki itu benar-benar mabuk dan tidak sadar yang dilakukan.
"Kenapa kamu diam saja?" Dayri menatap Kilan dengan mata berkaca-kaca. "Kamu tidak mencintaiku lagi?"
Apa??
Maksud Dayri barusan?
"Kamu tidak nyaman bersamaku? Apa kamu akan meninggalkanku juga seperti orangtuaku?" Pertanyaan Dayri kali ini disertai wajah putus asa membuat Kilan tidak sanggup menahan perasaannya lagi.
Kilan menarik kepala Dayri dan menciumnya. Walau dia tidak yakin Dayri menyukai cara menciumnya.
Dayri semangat membalas dan merampas bibirnya membabi buta membuat Kilan kewalahan.
Kilan gadis yang polos dan hanya mencintai Dayri sejak kecil. Hanya Dayri yang ada di hatinya.
"Aaakkkhhh..." Jeritnya tertahan ketika senjata mematikan Dayri menembus miliknya yang masih rapat.
Darah keluar diantara kakinya.
Malam itu, ia kehilangan kega**sannya.
Dayri hilang kendali dan melakukan semua di luar kesadaran.
Hingga pelepasan terjadi, membuat Dayri terjatuh lemas di samping Kilan.
Kilan sendiri sesunggukan menahan rasa sakit. Lelaki yang dicintainya sudah mengambil kegadisannya.
Ia melihat Dayri tertidur pulas. Sama seperti bayi yang kenyang minum susu dan tidur.
Ia bangun dan turun dari tempat tidur, berusaha agar tidak membangunkan Dayri.
Ia mengambil tisu dan membersihkan sisa-sisa cairan hasil tempur. Dan menyelimutinya.
Setelah itu ia mengenakan pakaiannya dan tertatih-tatih meninggalkan kamar.
Ketika turun tangga, ia meringis sakit. Air mata nya tidak henti mengalir.
Sudah pukul 11 malam dan ia yakin semua pelayan sudah tidur termasuk ibunya.
Langkahnya terhenti dan kaget berpapasan dengan sosok yang menunggu di ujung tangga, menatapnya datar.
Fero!
***
Melihat pakaian Kilan yang berantakan dan wajah merah bekas menangis, rambut kusut, jalan tertatih tatih.
Fero menyimpulkan Kilan sudah ditiduri Tuannya.
Kilan menangis sesenggukan, bingung harus bicara apa.
Fero geleng-geleng kepala dan memegang bahunya. "Aku udah bilang supaya kamu menjauh ketika Tuan mabuk. Kenapa kamu masih nekat?"
Kilan tidak menjawab, masih terisak.
Fero tahu betul Kilan tidak bersedia tidur dengan Dayri. Terlihat dari ekspresinya yang menangis perih. Lain dengan para wanita bayaran yang keluar kamar wajah ceria membawa segepok uang.
"Ya sudah kamu istirahat sana." Fero memegang map dan menuju ruang kerja Dayri.
Dengan langkah tersendat-sendat karena intinya masih sakit, Kilan meringis dan kembali ke kamarnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments