Cutton Candy

Cutton Candy

Awal Bertemu

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Seorang gadis baru saja memasuki kelasnya dengan wajah masam. Ia sudah sangat lelah mencari keberadaan seseorang untuk ia berikan dokumen penting milik orang tersebut.

Ia melakukan hal ini bukan semata-mata karena terlalu baik ataupun gabut. Tapi, karena faktor keterpaksaan. Kalau pun tidak ia pasti sudah menolaknya mentah-mentah.

"Tuh anak kemana dah perasaan?" Omelnya sembari mondar mandir didalam kelasnya mencari solusi dengan pikirannya.

"Lo nyarik in siapa Kin? perasaan grasak grusuk mulu dari tadi.”

Kina menoleh memandang temannya yang tengah heran melihat tingkahnya tersebut.

"Itu anak baru,” ucapnya singkat.

"Anak baru?” Ulang temannya yang memiliki rambut sebahu. Mita namanya.

"Itu si ..." Kina mengerutkan dahinya sendiri. Dia lupa nama anak laki-laki itu.

"Siapa?” tanya Mita penasaran.

Kina mengetuk keningnya sendiri dengan jarinya, mencoba mengingat kembali nama anak laki-laki itu.

"Itu si ... ah gue lupa lagi.”

"Maksud lo si Darrenjun anak baru?” tanyanya memastikan.

Kina mengangguk. "Ah iya. Darrenjun,” ucapnya dengan semangat.

"Tumben. Emang lo ada urusan apaan sama tuh anak? Perasaan lu gak pernah se care ini sama orang. Malah tuh anak ada di kelas sebelah lagi.”

"Gue sebenarnya juga ogah. Tapi mau gimana lagi bu Riska nitipin dokumennya dia ke gue.”

"Lo uda coba tanyak sama anak kelasnya dia?”

"Uda, tapi gak ada yang tau. Mana mau dititipin pada ogahan semua lagi,” ucap Kina kesal.

Kina masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi dari teman-teman sekelasnya Darrenjun yang menolak secara terang-terangan permintaannya itu. Padahal jika boleh dikatakan permintaan Kina cukup sepele.

"Lo uda coba cari di atap gedung sekolah? tanya Mita dan membuat Kina sedikit mengernyitkan dahinya.

"Atap … maksud lo yang tangganya banyak itu?”

Mita mengangguk. "Kan dia temenan bareng gengnya si Arji. Uda pasti kan tuh anak ikutan juga. Secara itu tempat favouritenya mereka,” Jelas Mita panjang lebar.

"Emang iya?”

Mita merotasikan bola matanya malas. "Lo sih kudet amat jadi orang masalah gituan doang kagak tau.”

Kina menyengir. "Lah mana gue peduli juga.”

"Mendingan lo cepetan kesana nganter tuh dokumen sebelum keburu bel.” Peringat Mita ke Kina.

"Yaelah, masa iya gue harus naik ke atas cuma ngasih nih dokumen. Mana tuh tempat pengap lagi. Ya kalo dia beneran diatap, kalo kagak?Sia-sia dong gue,” ucap Kina sedikit merasa frustasi.

"Lo gak bakalan tau dia beneran ada disana atau enggak kalo lo gak ngecek sendiri,” Jelas Mita.

"Lagian lo sih jadi orang bego banget, masa nyalin catatan di jamnya Bu Riska. Tau sendiri gimana mata elangnya doi,” omel Mita padanya.

Kina hanya mencebikkan bibirnya. Sekarang gadis itu merasa menyesal telah berbuat seperti itu, lalu dia menghelakan nafasnya.

"Yaudah deh gue bakalan kesana. Tapi elo temenin gue ya.” Pinta Kina sembari menunjukan wajah memelasnya agar Mita mau menemaninya.

"Sorry Kin, gue ada janji sama Lala mau nemenin dia dikantin.”

Setelah mengatakan hal barusan. Mita langsung kabur meninggalkan Kina begitu saja.

Kina mengepalkan tangannya kesal melihat kepergian Mita yang mendadak.

Dasar temen laknat -Kina

...💗CC💗...

Jalur yang harus dilewati untuk bisa sampai keatap gedung sekolah itu cuma satu. Yaitu, harus melewati anak tangga yang lumayan banyak.

Sebenarnya tempat ini merupakan salah satu tempat yang paling ingin dihindari oleh Kina selama bersekolah disini. Karena banyak isu yang mengatakan kalau tempat itu merupakan tempat tongkrongan anak-anak yang bermasalah dan Kina sangat membencinya.

Satu tarikan nafas keluar dari bibirnya dengan bebas. Kina meyakinkan diri untuk menaiki anak tangga demi anak tangga yang ada dihadapannya. Dirinya sempat heran dengan guru-guru serta kepala sekolahnya yang tetap membiarkan tempat itu tetap ada. Bukankah seharusnya tempat itu lebih baik dimusnakan saja atau ditutup misalnya.

Setelah berhasil sampai di anak tangga terakhir. Kina memegang kedua lututnya yang mulai bergetar.

Terdapat sebuah pintu yang menghubungkan ke atap gedung.

Dengan keringat yang mengucur deras, Kina memegang kenop pintu tersebut dan hendak membukannya.

Sedikit susah awalnya untuk membuka pintu tersebut. Mungkin karena efek pintu yang sudah cukup tua.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, akhirnya pintu itu pun bisa terbuka juga.

Saat pintu telah terbuka. Semilir angin menerpa wajahnya dengan bebas. Kina sempat takjub akan pemandangan yang ada dihadapannya.

Begitu indah.

Mungkin karena tempat ini merupakan tempat yang paling tinggi di sekolahnya. Jadi dari atas kalian bisa melihat banyak gedung-gedung serta pepohonan rimbun yang bisa memanjakan mata.

Kemunculan Kina yang terlalu mencolok, karena kebetulan hanya dirinya saja satu-satunya gadis yang berada disitu. Membuat semua orang yang ada di sana memandangnya heran dari atas hingga bawah.

Kina tidak perduli sama sekali dengan tatapan orang-orang itu yang memandangnya secara jelas. Gadis itu malah dengan santainya berjalan menyusuri tempat itu, mencari keberadaan lelaki yang bernama Darrenjun tersebut.

Saat mencari keberadaan Darrenjun, Kina merasa bingung sendiri. Pasalnya pertemuannya dengan Darrenjun hanya sekali dan itu juga karena ia tak sengaja berpapasan dengan Darrenjun saat melewati koridor sekolah.

Meski samar-samar dalam ingatannya Kina mencoba menggambarkan kembali wajah Darrenjun dalam otaknya.

Seseorang menyentuh pundaknya pelan dan membuatnya langsung berbalik.

"Lo ngapain disini Kin?”

Lelaki tinggi yang merupakan teman sekelasnya menatapnya dengan heran. Arji namanya, lelaki tinggi itu memandangnya dengan heran sambil memakan Ciki yang berada ditangannya.

"Eh elo," ucap Kina seakan tak terlalu menghiraukan keberadaan Arji.

"Gue ada urusan disini."

"Urusan apaan? Kalo lo nyarik gue buat ngomong urusan kelas, mending lewat chat aja. Gak perlu segininya sampek kesini segala lagi."

Kina kembali berbalik memandang Arji dengan kesal. Andai saja keduanya tak berada ditempat ramai, ingin sekali rasanya Kina menghadiahi kepala Arji dengan sepatu miliknya.

Lelaki itu terlalu kelewat pede menurutnya.

"Pede banget sih lo. Gue kesini gak nyari elo tuh." Sinis Kina.

"Lah terus lo nyarik siapa disini kalo bukan gue?" Tunjuk Arji ke dirinya sendiri.

"Gue nyarik yang namanya Darrenjun. Elo kenal gak?" tanya Kina akhirnya setelah tak mendapatkan gambaran mengenai sosok Darrenjun.

"Gue Darrenjun!"

Teriak seseorang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan segera Kina menoleh ke arah anak laki-laki yang barusan mengaku Darrenjun tersebut.

Sejak kemunculan Kina yang mencolok, Darrenjun sudah memperhatikan gadis itu hanya saja ia tak terlalu ingin ikut campur. Ia mengira mungkin Kina mencari seseorang diantara mereka, bukan dirinya.

Darrenjun yang tadinya sedang duduk diatas pembatas atap gedung melompat begitu saja, seakan tempat tinggi itu bukanlah apa-apa baginya. Kira-kira tingginya mencapai sebahu tubuhnya.

Padahal jika ia salah melangkah sedikit saja, nyawanya akan melayang.

Gila gak sih??

Darrenjun langsung menghampiri Kina dengan gaya angkuhnya.

"Lo yang namanya Darrenjun?" tanya Kina sumringah pada lelaki yang telah berdiri dihadapannya.

Darrenjun mengangguk. "Ada urusan apa lo nyarik gue?"

"Gue mau—"

"Ahh gue tau, elo pasti mau minta nomor WhatsApp gue kan? Gue gak bisa ngasih contact pribadi ke sembarang orang kayak elo. Jadi jangan ngimpi lo bisa deket-deket ke gue," Timpal Darrenjun.

Kina sempat melongoh mendengar penuturan yang baru saja disampaikan oleh Darrenjun barusan. Padahal dirinya baru saja bertemu Darrenjun dan baru tau wajahnya, bisa-bisanya lelaki itu berpikiran seperti itu mengenainya.

"Idihh pede banget si elo. Gue kesini tuh di suruh sama Bu Riska buat ngasih ini," Kina menunjukan dokumen yang sedari tadi dia pegang ke arah Darrenjun.

"Kalo kagak, ogah banget gue harus capek-capek naik tangga buat kesini."

Darrenjun menerima dokumen yang di beri oleh Kina sambil menatapnya bingung.

"Serius lo cuma ngasih ginian doang ke gue?? Gak ada maksud tertentu?" tanyanya memastikan kembali.

Sepertinya Darrenjun ragu dengan ucapan Kina itu.

Kina menghelakan nafasnya kasar. "Ya enggak lah," ucapnya cepat.

"Gila aja gue kesini cuma minta whattsapp nya lo doang. Gak ada kerjaan lain apa?"

Setelah memberikan dokumen ke Darrenjun. Kina langsung pergi dari tempat itu. Toh urusannya dia juga uda selesai.

Cukup pertama dan terakhir kali baginya untuk ke tempat itu. Gak akan ada lagi kata buat kedua ataupun ketiga kalinya.

Setelah kepergian Kina. Darrenjun melirik ke arah Arji sebentar.

"Tuh anak temen lu?" tanyanya.

Arji mengangguk. "Iya. Kenapa?"

"Nyebelin."

"Emang." Jawab Arji.

Arji memperhatikan dokumen yang dipegang oleh Darrenjun dengan penasaran.

"Itu dokumen apaan Ren?" Tunjuknya ke arah dokumen milik Darrenjun.

Darrenjun memandang dokumen yang berada ditangannya sebentar. Lalu ia melempar dokumen tersebut ke lantai begitu saja.

"Gak penting," ucapnya dan pergi begitu saja. Membiarkan dokumen tersebut tergeletak dilantai, padahal ia belum sama sekali membuka dan melihat isi dokumen tersebut.

Karena tanpa ia buka sekalipun, ia sudah tau isi dari dokumen tersebut.

...💗CC💗...

"Uda ngasih dokumennya Kin?" tanya Mita yang telah duduk dihadapan Kina.

Kina mengangguk sambari menyeruput jus jeruk miliknya. Kerongkongannya sungguh kering, efek menaiki tangga yang begitu banyaknya.

Mereka sedang di kantin.

"Gimana tuh tempat?" tanya Mita dengan penasaran.

"Gimana apanya?" jawab Kina dengan malas.

Ia masih kesal dengan kelakuan Mita yang pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal jika Mita ada disana ia pasti akan mengatai Darrenjun lebih dari yang dia lakukan tadi.

"Ihh elo pelit amat, cerita dong ke gue."

"Gak ada yang menarik, B aja."

"Masa sih B aja? Gue penasaran tau."

"Kalo lo penasaran, lo kesana aja ndiri," jawab Kina dengan cuek, ia sudah malas berdebat dengan temannya yang bawel itu.

Lalu gadis itu menyumbatkan hendsetnya ke dalam kedua telinganya dan menidurkan kepalanya diatas meja. Mengabaikan suara-suara temannya yang tengah mengomelinya.

Kina merasa malas harus mengingat kembali tempat yang sudah membuat lutut serta kakinya menjadi lemas dan tak bertenaga itu. Dan sialnya dia malah bertemu dengan orang yang senyebelin Darrenjun.

"Ihh elo mah pelit amat cerita gituan," rengek Mita lagi.

Tapi sayang Kina terlanjur kesal dan ia tetap tidak peduli jika setelah ini Mita akan ngambek padanya. Dan berujung mereka akan saling diam.

Kina semakin memperbesar volume suara hapenya. Dia lelah, jadi tidak ada tenaga baginya untuk hanya sekedar berdebat dengan Mita.

...💗CC💗...

Kegiatan harian Kina itu jika ada dirumah cuma satu, yaitu nonton Drakor menghabiskan episode demi episode yang ada.

Baginya, tidak ada kegiatan yang lebih menyenangkan selain menonton drakor kesayangannya. Terlebih jika ada aktor Korea yang ia sukai berada dalam drama tersebut.

Menurutnya, mengikuti episode demi episode setiap harinya adalah sebuah rutinitas wajib dan tak terlewatkan.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan menampakkan seorang wanita dewasa dengan daster berjalan ke arahnya.

"Tolongin anterin ini ke rumah tetangga kita yang baru ya sayang" Pinta mamanya yang bernama Tia pada Kina, ia menyerahkan satu set rantang milik tetangganya itu pada Kina.

Kina mem-pause drakor yang tengah ia tonton, lalu menoleh ke arah mamanya yang berdiri disebelahnya.

"Suruh si Dea aja sana, nanggung ma," rengeknya.

"Dea lagi belajar dikamarnya, besok mau ulangan katanya. Kan yang gak ada kegiatannya cuma kamu doang."

"Siapa bilang Kina gak ada kegiatan? Kina punya kegiatan kok ma."

"Ohh ya. Emang kamu punya kegiatan apa?" tanya Tia penasaran, karena sejak dari tadi yang ia lihat anak gadisnya itu hanya menatap layar laptopnya saja tanpa melakukan hal yang bermanfaat.

"Ini nonton Drakor" Tunjuk Kina ke arah layar laptopnya, dengan menunjukan cengiran andalannya pada mamanya. Berharap sang mama akan luluh padanya.

Tapi semua hanya ekspetasi baginya. Kenyataanya, mamanya malah menatapnya dengan tatapan mematikan dan tentu saja gadis itu tidak dapat berkutik. Ia sangat tau apa yang akan terjadi jika ia melawan.

Jika ia berani melawan. Siap-siap saja, semua barang miliknya terutama laptopnya akan menjadi sebuah kenangan untuknya. Tak ada kata toleransi bagi Tia.

Sebelum Tia menjadi murka, Kina dengan segera mengambil rantang tersebut dan bergegas keluar dari kamarnya.

...*****...

...-...

...💗CC💗...

...-...

...Makasih uda mau nyempetin buat singgah di work aku......

...Aku harap kalian suka dengan ceritaku kali ini....

...Jangan lupa vote dan comennya juga ya teman-teman....

Terpopuler

Comments

Na Gi Rah

Na Gi Rah

pemimpin penerus ANDRILOS telah mampir, semangat. lanjut...

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!