Mengobatin

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Kina memasukan segala perlengkapan sekolahnya kedalam tasnya. Bel pertanda telah berakhirnya jam pelajaran sekolah baru saja berbunyi dan gadis itu tengah bersiap-siap untuk pulang kerumahnya.

"Kin ke lapangan basket kuy," ajak Mita padanya.

Kina menghentikan aktifitasnya yang tengah memasukan perlengkapan sekolahnya kedalam tas. Gadis itu melirik temannya dengan heran.

"Ngapain?" tanyanya.

Mita menghelakan nafasnya kasar. Sepertinya Kina lupa dengan janji mereka.

"Masa lo gak tau dedemannya dia kan tanding," sahut Lala dari arah belakang meja Kina.

Kina memandang ke arah Mita lagi. "Lo punya dedeman baru?" tanyanya dengan antusias.

Memang dari ketiganya, hanya Kina saja yang selalu ketinggalan informasi apapun itu.

"Ya punya lah. Emang elo, jomblo mulu," ledek Mita.

"Enak aja lo ngatain gue jomblo, gue punya kali," bantah Kina cepat. Agar temannya berhenti mengolok-oloknya.

"Ohh iya? siapa?" tanya keduanya penasaran.

"Hm—" Gadis itu tengah bingung sekarang, memikirkan siapa nama lelaki yang bisa ia jadikan kambing hitam.

Ingin rasanya ia mengatakan kalau ia tengah deket dengan Song Jongki ataupun Park Seo Joon, tapi percuma saja ia mengatakan hal demikian, karena kedua temannya pasti akan langsung mengejeknya detik itu juga.

Meski tidak penggila drama Korea seperti dirinya, kedua temannya masih update mengenai nama para pemain drama Korea.

Karena Kina tak kunjung menjawab. Mita akhirnya buka suara. "Tuh bener kan elo emang gak punya," ledeknya kembali.

"Uda mendingan lo ikut kita aja ke lapangan. Kali aja kan ada yang nyantol," sahut Lala.

"Lapangan basket maksud lo?" tanya Kina memastikan.

Lala mengangguk. "Iya, kan pertandingannya di lapangan basket."

"Ahh gue gak ikutan aja dah. Lo dua aja sana."

"Lah. Elo kok gitu sih Kin?" rengek Mita tak terima.

"Sorry Mit, tuh lapangan outdoor dan cuaca lagi panas. Gue males kalo harus panas-panasan."

"Yahh Kina. Jangan gitu dong. Lo kan dah janji."

"Janji?" tanya Kina bingung. Seingatnya ia tak pernah berjanji pada mereka mengenai ini. "Kapan gue janji?" tanyanya kembali

Mita mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya. "Kemarin, lo lupa?" bohongnya.

"Kemarin? Masa iya?" tanya Kina memastikan pada Mita, karena ia tak merasa melakukan hal itu.

"Hm—"

Mita mencoba mencari alasan yang tepat agar Kina mau diajak oleh mereka.

"Uda ahh yuk buruan, keburu uda mulai tuh pertandingan," potong Lala dan langsung menarik Kina secara paksa. Gadis itu takut kalau Kina akan berubah pikiran.

...💗CC💗...

Sedikit menutup kepalanya dengan tangannya gadis itu mengedarkan pandangan ke arah lapangan basket. Mencari tempat ternyaman dan teduh untuk melihat pertandingan yang akan berlangsung.

"Mau duduk dimana?" tanya Kina pada Lala dan juga Mita.

Tak hanya Kina saja yang mengedarkan pandangannya di sekeliling lapangan. Lala dan Mita melakukan hal yang sama. Karena pada saat itu kondisi lapangan bisa terbilang cukup ramai.

"Uda ah yuk, balik aja. Gak ada tempat tuh. Lagian panas juga," keluh Kina.

Gadis itu mengeluh dengan cuaca yang terik dan terlebih lagi tak ada tempat untuk mereka duduk.

"Tunggu dulu dong Kin," bujuk Mita padanya.

"Nah tuh ada," ucap Lala tiba-tiba.

Kina dan Mita mengikuti arah pandang Lala.

"Yang mana?" tanya Kina sembari mengedarkan pandangannya.

"Itu Kin. Yang disebelahnya gengnya Arji?" jelas Lala.

Kina memandang tempat itu dengan sedikit terkejut. Terkejut karena keberadaan orang yang ada disitu.

Darrenjun

Kina menggeleng dengan cepat. "Jangan disitu dong. Cari tempat lain aja," bujuk gadis itu.

"Uda ah Kin. Nurut aja. Lagian susah tau nyari tempat," timpal Lala.

Baru saja Kina ingin membantah perkataan Lala.

Lagi.

Tangan Lala lebih dulu menariknya, sehingga mau tak mau ia pun terpaksa menurut kemauan temannya itu.

Darrenjun yang sedang memainkan hapenya mengalihkan perhatiannya seketika. Tatapannya tiba-tiba saja tertuju kearah gadis yang sekarang mendekat ke arahnya. Dan hal yang sama pun dilakukan oleh Kina.

Keduanya saling melempar tatapan satu sama lain.

Entah apa maksud dari tatapan keduanya. Yang jelas keduanya bukan saling tatap karena memiliki rasa satu sama lain.

"Kin, disini gak terlalu panas kan?" tanya Mita padanya dan membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

Kina hanya tersenyum tipis, lalu dengan berat hati Kina pun terpaksa harus duduk disebelahnya Darrenjun. Karena tak ada tempat lain selain ditempat itu, lalu disebelahnya Kina, kedua temannya duduk.

Pertandingan basket baru saja berlangsung dan selama pertandingan berlangsung yang dilakukan oleh Kina hanya memainkan hapenya saja. Karena memang pada dasarnya ia hanya ikut-ikutan berada disitu. Terlebih lagi ia tidak terlalu tertarik dengan pertandingan seperti itu.

Saat gadis itu tengah asyik menscroll berita mengenai drakor terbaru. Tiba-tiba saja Darrenjun menopang dagunya memandang ke arahnya dengan lekat. Entah apa yang ada dipikiran lelaki itu sehingga memandang Kina dengan tatapan sepeti itu.

Awalnya Kina terlihat tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Darrenjun padanya. Tapi, lama kelamaan ia pun merasa risih.

Kina mengalihkan tatapannya dari layar hapenya sesaat, memandang Darrenjun dengan wajah kesal. "Lo ngapain mandangin gue kayak gitu?" tanyanya.

Darrenjun sedikit memundurkan tubuhnya kebelakang menjauhkan wajahnya dari Kina.

"Siapa juga yang mandang ke elo? Lo gak usah GR," bantah Darrenjun.

Kina merotasikan bola matanya dengan malas. "Serah lo," ucapnya dan kembali memainkan hapenya dan larut dengan dunianya sendiri.

"Lo mau nomor gue gak?" tawar Darrenjun dan menyodorkan hp nya pada Kina.

Hampir saja hape yang Kina pegang terjatuh, kalau saja ia tak sigap menangkapnya tadi.

Kina memandang Darrenjun dengan kesal.

"Maaf elo siapa ya?" tanyanya.

Ia sengaja menanyakan hal tersebut karena tak ingin bersangkutan apapun dengan lelaki itu.

Darrenjun tertawa renyah.

"Lo jago akting juga ternyata. Kenapa gak ikut casting aja?" tambahnya lagi.

Kina memilih diam dan tidak menggubris perkataan Darrenjun yang memang tertuju padanya.

Tapi, siapa sangka kalau ternyata Darrenjun semakin semangat menggodanya yang terlihat acuh.

Dan sekarang lelaki itu malah mendekatkan wajahnya kembali pada Kina. "Lo gak kenal gue beneran?"

Kina menghembuskan nafasnya frustasi. Sudah cukup cuaca siang ini begitu terik dan lelaki itu malah memangkas jarak mereka.

"Gak, gue gak kenal elo," ucapnya cepat.

"Yakin?"

Jika jarak sebelumnya masih ada tersisa beberapa centi, berbeda dengan sekarang. Lelaki itu malah membuat jarak mereka hanya tersisa beberapa inchi lagi.

Dan jika dilihat dari depan sana. Pasti banyak yang mengira kalau mereka sedang berciuman.

Sudah hilang kesabaran gadis itu sekarang. Dengan cepat ia langsung berdiri dari duduknya dan segera pergi dari tempat itu.

Mita dan Lala yang tengah asyik menonton pertandingan memandang Kina dengan terkejut.

"Lo mau kemana Kin!?" tanya mereka bersamaan.

"Gue mau pulang," jelas Kina dengan kesal.

"Lah tapi kan pertandingannya belum selesai," rengek Mita.

"Lo dua aja yang lanjutin. Gue mau pulang sekarang. Titik," tegasnya.

"Ya jangan gitu dong Kin," bujuk keduanya.

Kina sudah tidak peduli dengan teriak oleh kedua temannya yang memanggil namanya. Yang terpenting sekarang ia harus pulang kerumahnya. Mendinginkan pikirannya yang lebih panas dari cuaca siang ini.

Dengan langkah cepat gadis itu pergi dari situ.

"Sialan tuh orang.” Kina menendang batu kerikil yang ada didepannya dengan geram. Kerikil yang tak bersalah, yang ia jadikan sebagai pelampiasan. Kina membayangkan wajah Darrenjun saat menendang batu kerikil tersebut.

Tiba-tiba saja tangan gadis itu ditahan oleh seseorang dan membuatnya langsung berbalik.

"Elo!" Pekik gadis itu.

Yang diteriakin hanya memandangnya dengan wajah dingin.

"Lo mau apa sih? LepasinTangan gue!" Bentak Kina.

"Lo mau kemana?" tanya Darrenjun padanya.

"Bukan urusan lo," ketusnya.

Kina berusaha melepaskan cekalan tangan Darrenjun dari tangannya. Tapi sayang, tenaga lelaki itu lebih besar dibandingkan dengan tenaganya.

"Lo tadi cuma bohongkan, kalo lo gak kenal gue?"

Gadis itu sempat melongoh sesaat. Bingung dengan sifat lelaki yang berdiri dihadapannya saat ini. Ia tak habis pikir kalau lelaki itu menahannya hanya karena meributkan masalah yang tak penting baginya. Padahal jelas Darrenjun yang menyuruhnya menjauh dari Kina dan sekarang ia malah bertanya, sungguh konyol.

"Iya gue kenal, terus elo mau apa?" tantang Kina.

Darrenjun tiba-tiba melepaskan cekalan tangannya pada tangan Kina.

"Gue gak mau apa-apa. Gue cuma mau tanya itu doang," jawabnya dengan santai.

Kina mengepalkan tangannya kuat. Dia mulai jengah dengan lelaki yang sedang berdiri dihadapannya ini.

"Apaan sih elo? Gak jelas amat," ketusnya.

Lalu Kina mendorong tubuh Darrenjun dengan kencang. Sehingga lelaki itu terhuyung kebelakang hingga mengenai pagar yang berada disebelah keduanya.

Sepertinya Kina terlalu bersemangat saat mendorong tubuh Darrenjun.

"Aww!" Pekik Darrenjun kesakitan.

Kina sempat berniat kabur dan meninggalkan lelaki itu begitu saja. Menurutnya lelaki itu lah yang bersalah bukan dirinya. Jadi tak ada alasan baginya untuk merasa bertanggung jawab.

Tapi, hati nuraninya tak membiarkan itu terjadi. Gadis itu sekarang malah berjongkok untuk mengecek kondisinya Darrenjun karena ulahnya tersebut.

"Elo gak papa?" tanyanya sedikit panik.

Kina mengulurkan tangannya dihadapan Darrenjun. Bermaksud ingin membantu lelaki itu berdiri.

Darrenjun menepis tangan Kina dengan kasar. "Gak papa gimana? Gue jatuh gara-gara lo gini, lo bilang gak papa,” omel Darrenjun padanya.

Kina merotasikan bola matanya malas. "Salah sendiri siapa suruh gangguin gue tadi,” balasnya tidak kalah sewot.

Darrenjun berdiri sendiri dari posisinya. Lalu ia menepuk-nepuk tubuhnya yang kotor akibat jatuh tadi.

Keningnya Darrenjun tiba-tiba saja keluar darah dan membuat gadis itu panik.

Tergores pagar sepertinya.

"JIDAT LO!" Tunjuk Kina pada keningnya Darrenjun.

Darrenjun mengerutkan dahinya. Merasa bingung dengan ucapan Kina barusan. "Kenapa jidat gue?" tanyanya.

"Berdarah,” ucap Kina cepat.

Darrenjun mengecek jidatnya sendiri dengan tangannya dan benar saja, ada penampakan darah ditangannya.

"Elo—“

Baru aja lelaki itu ingin mengomel. Dengan cepat Kina langsung menarik tangannya untuk mengikutinya.

Kina membawa Darrenjun duduk diatas kursi batu yang ada dipinggir parkiran motor. Lalu gadis itu mengeluarkan peralatan P3K mini miliknya dari dalam tasnya.

"Lo jangan gerak dan gak boleh ngomong dulu,” peringat Kina.

Darrenjun menurut. Lelaki itu memilih untuk diam dan lagi dia memang sama sekali tak ada niat untuk berbicara saat ini.

Sebelum mengobatin lukanya Darrenjun, Kina membersihkan tangannya terlebih dahulu menggunakan tisu basah agar tangannya menjadi steril.

Setelahnya, dengan telaten gadis itu mengobati lukanya Darrenjun secara hati-hati.

Selama proses pengobatan yang dilakukan oleh Kina. Tak ada satupun diantara mereka yang membuka suara. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Dan lelaki itu pun terus memperhatikan raut wajah Kina yang begitu terlihat serius mengobatin lukanya. Entah apa yang ada dipiran lelaki itu mengenai Kina.

"Selesai,” ucap Kina dengan semangat setelah selesai menempelkan plaster bergambar bintang pada jidatnya Darrenjun.

Sedikit memundurkan tubuhnya Darrenjun akhirnya membuka suara. "Akhirnya gue bisa nafas juga.”

"Engap gue dari tadi,” sambungnya.

Kina memandang Darrenjun dengan kesal.

"Kok elo jadi orang nyebelin banget sih? Tuh mulut isinya merica kali ya,” ucap Kina.

"Sembarangan lo kalo ngomong,” bantah Darrenjun tak terima.

"Emang beneran.”

Darrenjun baru saja ingin berdiri dari duduknya tapi gadis itu menahannya.

"Kenapa?" tanya Darrenjun sedikit tak suka.

"Tangan lo masih luka.” Tunjuk Kina kearah tangannya Darrenjun.

Darrejun hanya berdehem saja dan membiarkan gadis itu mengobati lukanya kembali.

"Lo sehari-harinya emang suka bawa ginian?" tanya Darrenjun sambil mengubek isi dari dalam kotak P3K milik Kina.

Kina mengangguk. "Iya, soalnya gue itu orangnya ceroboh banget. Makanya buat jaga-jaga mama nyuruh gue bawa ginian,” katanya dengan cengiran.

"Kelihatan kok,” jelas Darrenjun dan membuat senyuman Kina luntur seketika.

Setelah mengobatin dan memastiin bahwa tak ada lagi luka yang disebabkan olehnya. Kina menyimpan seluruh perlengkapannya kembali didalam kotak P3K miliknya dan memasukannya kedalam tasnya.

Darrenjun berdiri dari duduknya dan diikutin oleh Kina.

"Lo mau balik sekarang?" tanya Darrenjun  basa basi pada Kina.

Kina memandang Darrenjun dengan kening berkerut. "Kok lo jadi kepo?" Sindirnya.

"Siapa yang kepo? Gue cuma basa basi tadi. Lagian terserah lo mau jawab atau enggak.”

Setelahnya lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Kina sendirian.

Kina hanya menggelengkan kepalanya memandang punggung Darrenjun yang mulai menjauh darinya dalam diam.

"Dasar cowok aneh, uda di obatin bukannya ngomong makasih kek. Malah ngajak ribut mulu,” ucapnya pada bayangan Darrenjun yang telah pergi.

...💗Cutton Candy💗...

...Jangan lupa vote ya guysss...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!