...*💗Cutton Candy💗*...
...[******]...
Kina lagi asik duduk diruang tamu sambil menonton tv dan ditemani cemilan andalannya yaitu Ciki. Tadinya gadis itu tak berniat untuk menonton tv. Tapi berhubung laptopnya sedang di charger dan mau tak mau dia menonton tv guna menghilangkan rasa bosannya.
Dari arah dapur Tia, yang merupakan mamanya Kina menghampirinya.
"Kina tolong bantu mama beliin yang ada di list ini sayang.” Tia menyerahkan satu list belanjaan pada Kina.
Kina mengalihkan perhatiannya dari tv ke arah Tia. "Suruh adek aja sana ma,” ucapnya dengan malas.
"Dea lagi gak dirumah, kan hari ini dia ada acara disekolah,” jelas Tia padanya.
"Bentar lagi ya ma,” pintanya pada Tia. Lalu ia kembali melanjutkan perhatiannya ke arah tv.
"Yaudah gak papa, tapi laptop kamu mama format semua filenya ya. Entar kalo kamu uda selesai belanjanya mama upgrade lagi deh,”ucap Tia dengan wajah menakutkannya. Dan tentu saja h itu membuat Kina langsung berdiri dari duduknya.
Dengan cepat Kina mendekati sang mama. "Mana list nya ma?”
Tia menyerahkan list belanjaan pada Kina. Setelahnya gadis itu langsung pergi keluar dari rumahnya. Beruntung dandanannya tidak terlalu acak-acakan sekali. Jadi dengan cepat dia bisa keluar dari rumahnya.
Bagi Kina, laptopnya sama berharganya dengan kehidupannya.
...💗CC💗...
Setelah semua list penuh. Kina berjalan menuju rumahnya dengan ice cream di tangannya.
Beruntung. Tia melebihkan uang belanja pada Kina. Karena ia tahu, Kina sangat menyukai ice cream.
Langkah Kina seketika terhenti saat mendengar suara aneh yang berasal dari atas pohon.
Meski masih sore. Keadaan jalanan lumayan sepi. Tak ada siapapun yang lewat atau pun berjalan disitu. Dan tentu saja hal itu membuatnya merasa takut.
"Woi! Lo yang dibawah tangkap!" teriak seseorang dari arah atas pohon.
Kina mengadahkan kepalanya, melihat seseorang yang barusan berbicara padanya.
Dalam hitungan detik, seekor kucing jatuh dari atas pohon. Dengan reflek Kina berhasil menangkap anak kucing tersebut. Kina yakin pelaku dari semua itu adalah orang yang barusan berteriak padanya.
Setelahnya, orang yang barusan melempar anak kucing pada Kina ikutan lompat dan membuat Kina terkejut bukan main.
"GILA LO YA!” pekik Kina. Sementara yang di teriakin hanya tertawa.
Jantung Kina mau copot rasanya. Melihat tingkah ceroboh lelaki itu barusan.
Karena ucapannya barusan tak digubris oleh lelaki itu. Kina kembali berucap. "Sarap lo ya,”ucap Kina.
Senyuman yang menghiasi wajah lelaki itu mendadak sirna. Karena ucapan Kina barusan padanya.
"Sembarangan lo ngata-ngatain gue sarap. Gue masih waras kali,” ucap lelaki itu dengan sewot.
"Yah mana gue tau kalo lo waras. Lagian ngapain juga lo pake acara lompat segala. Bikin jantungan tau gak sih.”
"Oh lo jantungan gara-gara gue?” tanyanya dan di balas anggukan oleh Kina.
"Berarti lo khawatir dong?”
Kina terdiam sesaat. Ia tak menyangka kalau lelaki itu bisa dengan mudah berbicara sedemikian rupa.
"Kenapa lo diam?” tanya lelaki itu kembali.
Kina hanya menggeleng. "Gak kok B aja gue,” bantah Kina.
"Tuh kucing sini in,” pintany.
Kina langsung memberikan anak kucing yang ia gendong pada lelaki itu.
"Thanks,” ucapnya. Lalu ia mengelus sayang kucing yang ada di gendongan ya.
Kina hanya memandangi lelaki itu dalam diam.
"Itu kucing punya lo ya?” tanya Kina. Karena penasaran dengan perlakuan manis lelaki itu pada kucing yang tengah ia gendong.
Lelaki itu menggeleng pelan. "Bukan.”
"Lah terus?” tanya Kina bingung.
"Gue ketemu dia baru tadi. Nih anak kucing nyangkut di pohon, karena gue kasihan makanya gue selamatin,” jelasnya panjang lebar dan membuat Kina hanya manggut-manggut saja.
"Meski kucing jalanan. Dia tetap makhluk hidup. Jadi gak ada alasan buat kita ngebiarin dia gitu aja.”
Mendengar perkataan lelaki itu barusan membuat Kina jadi tersentuh. Baru pertama kali baginya bertemu dengan seseorang yang rela melakukan kebaikan seperti ini. Sampai harus mengorbankan dirinya sendiri.
"Tapi gara-gara nyelamatin anak kucing itu. Tangan lo jadi luka-luka,” ucap Kina sedikit prihatin.
Lelaki itu menurunkan anak kucing yang ia gendong barusan ke tanah. Lalu ia berdiri lagi.
"Gak papa, gue kan cowok jadi luka ginian bukan seberapa,” jawabnya sembari memandang luka-luka kecil yang terdapat pada lengannya.
"Lo jangan pernah nyepelein luka kecil itu. Entar bisa jadi tetanus kalo dibiarin lama-lama,” peringat Kina.
Lelaki itu hanya manggut-manggut. "Iya lo tenang aja. Sampek rumah gue bakalan langsung obatin kok.”
Kina tersenyum tipis. Lelaki itu menerima saran yang ia berikan.
Teringat akan sesuatu yang selalu ia bawa-bawa kemana-mana. Kina merogoh isi kantong celananya dan mengeluarkan sebuah benda dari sana.
"Pakai ini.”
Kina menyerahkan 2 buah plester pada lelaki itu.
Lelaki itu memandang Kina dengan heran. "Buat gue?” tanyanya memastikan.
Kina mengangguk semangat. "Iya buat lo. Tapi sebelum di tempelkan, lo harus pastikan luka lo bener-bener steril,” jelas Kina.
Jaemin menerima plester yang diberikan Kina. "Thanks ya,” ucapnya. Lalu ia menyimpan plester itu kedalam saku celananya.
"Yaudah kalo gitu, gue deluan ya,” pamit Kina.
Lelaki itu mengangguk lalu melambaikan tangannya kearah Kina.
"Bye!" teriak lelaki itu dengan semangat. Tentu saja hal itu membuat Kina tertawa kecil.
Lelaki kucing dengan senyuman manis. Pikirnya.
"Tunggu!" teriak lelaki itu lagi padanya.
Kina berbalik.
Lelaki itu menghampirinya sambil berlari.
"Ada apa?” tanya Kina bingung.
"Gue lupa ngasih ini buat lo,” lelaki itu menyerahkan 4 buah mangga yang masih memiliki tangkai pada buahnya.
"Mangga?” Tanya Kina bingung.
Lelaki itu mengangguk sekilas. "Iya, pas gue manjat pohon tadi. Ternyata tuh pohon mangga punya buah yang banyak. Jadi dari pada mubazir gue ambil dan ngasih buat lo aja,” ucapnya dengan senyuman manis.
Kina seketika ikut tersenyum. Teringat akan sebuah film yang pernah ia tonton. "Lo kayak Mario Maurer aja,” ucapnya. "Pake acara ngasih mangga segala.” Tawa gadis itu.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya. "Siapa tuh Mario Maurer?” tanyanya. Nama yang sangat asing baginya.
"Lo gak tau?”
Lelaki itu menggeleng.
"Lo searching gih. Yang pasti dia cakep,” jelas Kina dengan senyuman. Membayangkan sosok Mario Maurer yang ada didalam ingatannya.
"Berarti secara gak langsung lo ngatain gue ganteng kan?”
Kina terdiam sesaat. Ucapan lelaki itu yang kelewat jujur mampu membuatnya berdebar.
"Oh iya kita belum kenalan.”
Lelaki itu mengulurkan tangannya tepat dihadapannya Kina dengan senyuman lebar.
"Gue Rey. Nama lo siapa?”
Kina membalas uluran tangan Rey, lalu menyebutkan namanya, “Azkina, panggil aja Kina.”
Keduanya saling melempar senyum satu sama lain. Dalam hati Kina berharap, kalau ia akan bertemu dengan Rey kembali.
Rey. Tentu saja Kina akan mengingat namanya sampai kapanpun.
Lelaki kucing dengan senyuman hangat.
-
...💗CC💗...
-
"Lo habis darimana Rey?” tanya Mark ke Rey yang baru saja tiba.
Rey menoleh lalu tersenyum. "Dari nolongin anak kucing yang nyangkut dipohon,” ucapnya.
"Nih buat lo." Rey menyerahkan satu ikat mangga pada Mark dan membuat lelaki itu keheranan.
"Mangga?” tanyanya. "Lo ngidam atau gimana?" Lanjutnya lagi.
Rey mendekat kearah Mark. Lalu menempelkan telinganya pada perut Mark. "Si Dede mulai aktif ya Bun,” ucapnya sembari tertawa cekikikan dan mendapat toyoran keras oleh Mark.
"Sinting lo! Gue cowok, mana mungkin bisa hamil!" kesalnya.
Emilio tertawa paling keras dan menularkan pada yang lain. "Ngaku aja lo Mark. Uda berapa bulan tuh Dede?" tanyanya masih dengan tawa.
"Sembarang lo.”
Mereka lagi berkumpul dirumahnya Haikal. Kegiatan mingguan mereka kalau tidak memiliki acara.
"Terus tuh tangan lo kenapa juga?" tanya Arji yang barusan kelar dari arah dapur. Lelaki itu berjalan sambil membawa minuman ditangannya.
Rey melirik ke arah tangannya sebentar lalu memandang Arji lagi. "Kena ranting tadi, waktu nyelamatin anak kucing,” jawabnya santai.
Rey menghampiri Arji, lalu merebut minuman yang dipegang oleh lelaki itu. "Thanks.”
"Woi! Minuman gue mau lo kemana in?"
"Haus gue. Pelit amat dah lo,” ucap Rey. Lalu dengan polosnya ia langsung meminum minuman itu hingga ludes dan membuat Arji terpaksa harus kembali ke dapur lagi.
"Berisik amat lo pada. Pada numpang juga.” Haikal baru saja keluar dari dapur.
"Makanya lo sebagai tuan rumah, pengertian dikit napa.”
"Pengertian gimana maksud lo? Uda sukur juga lo pada gue izinin kesini. Ngelunjak dah lo.”
"Gini nih. Kalo tuan rumahnya gak ada akhlak,”timpal Emilio.
"Siapa yang gak ada akhlak baginda?" Tanya Haikal dengan intonasi suara yang meninggi.
"Lo lah. Siapa lagi,” jawab Emilio.
"Sorry, ya gue gak begitu. Lagian lo lama amat disini pulang gih. Enek gue."
"Haikal!"
Tegur bunda Haikal yang barusan keluar dari dapur. Wanita cantik yang menggunakan hijab menutupi kepalanya itu membawa satu nampan yang berisi minuman dan juga kue.
"Nah lo. Kicep kan,” sndir Mark.
"Ih bunda. Apa-apaan sih. Kenapa pake acara ngebelain mereka segala,” kesal Haikal pada bundanya.
Bunda Haikal hanya menggeleng. "Kamu ini gak boleh kayak gitu sama temen sendiri. Lagian mereka kan semua tamu. Tamu itu raja,” jelas wanita cantik yang menggunakan hijab itu.
"Dengerin tuh Kal. Kita itu raja as you know aja,” timpal Emilio.
Haikal memberi tatapan tajam ke Emilio memberi kode agar lelaki itu diam. Tapi percuma, Emilio tidak akan menanggapinya.
"Tau nih bunda. Haikal emang kebiasaan,” Rey mencoba memanas-manasin suasana.
"Lo diem. Gak usah ikut-ikutan. Lagian siapa suruh lo ikutan manggil bunda.”
"Ih biarin. Lagian bundanya ngizinin kok. Iya gak Bun?” Tanya Rey ke bunda nya Haikal.
Bunda Haikal tersenyum. "Iya gak papa kok Rey. Denger kamu manggil bunda jadi keinget Dilan,” kekeh wanita cantik itu.
"Yah bunda Jangan gitu dong. Bunda cuma punya Haikal. Bukan punya nih bocah,” tunjuk Haikal ke arah Rey. Lelaki itu tak terima jika ibunya di bagi-bagi.
Bunda Haikal mengelus sayang kepala anak laki-laki satu-satunya itu dengan sayang. "Kamu tenang aja. Bunda tetap jadi bunda kamu kok,” jelas wanita cantik itu.
Haikal tersenyum penuh kemenangan. Lalu ia menjulurkan lidahnya ke arah Rey. Bermaksud mengejek.
Melihat interaksi antara Haikal dan bundanya yang begitu akrab. Membuat Darrenjun sedikit merasa iri. Ada rasa rindu dihatinya.
Dulu, sebelum dirinya berubah seperti sekarang ini. Lelaki itu selalu bertengkar dengan kakak laki-lakinya, Lucas hanya karena merebutkan siapa yang amat disayangi oleh mamanya. Dan tentu saja mamanya tidak akan memilih keduanya. Lantaran mamanya akan memilih untuk merangkul mereka saja. Agar tak ada yang merasa disisihkan.
Meski sebenarnya, Darrenjun bukan lah anak kandung. Tetapi sikap mamanya padanya tak jauh beda dengan sikapnya pada Lucas, kakak laki-lakinya Darrenjun.
Saat Rey duduk tepat di samping Darrenjun, baru lah lelaki itu kembali tersadar dengan bayangan yang sempat singgah dalam memorinya itu.
"Ren,” panggil Rey.
Darrenjun melirik kearah lengan lelaki itu. Teringat dengan cerita Rey barusan pada mereka, lalu ia berucap. "Gila lo ya, rela banget babak belur karena anak kucing doang,” ucap lelaki itu dengan tawa mengejek. Meski fokusnya masih pada hapenya.
Rey mendadak speecheles dengan kata yang di ucapkan Darrenjun barusan. Lalu ia menoleh memandang Darrenjun takjub.
"Lo orang kedua hari ini yang ngatain gue gila,” terangnya.
Darrenjun mengalihkan perhatiannya pada hapenya dan memandang Rey dengan kening berkerut. "Sarap lo ya?” ucap Darrenjun lagi.
Rey tiba-tiba menjentikan jarinya tepat di wajahnya Darrenjun dan membuat Darrenjun kaget.
"Nah itu juga, 2 kali gue dikatain gituan,” ucapnya dengan semangat.
Darrenjun memilih diam daripada harus meladeni ucapan Rey yang tak masuk akal baginya.
Rey merogoh isi sakunya dan mengeluarkan sesuatu dari situ.
"Plaster?” tanya Darrenjun heran.
Rey mengangguk. "Barusan gue dikasih ginian sama cewek yang bantuin gue nangkep anak kucing,” jelasnya sembari menerawang kejadian tadi.
"Cewek? Gebetan baru lo?” tebak Darrenjun
Rey menggelengkan kepalanya. "Bukan, gue baru ketemu dia tadi.”
Firasatnya Darrenjun mengatakan, kalau plester yang dipegang oleh Rey adalah pemberian oleh Kina. Tapi dengan cepat Darrenjun menepis pikirannya itu. Toh bukan urusannya juga.
"Perasaan lo aja kali.”
"Ya kali,” jawab Rey cuek.
Rey bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar mandi. Setelahnya lelaki itu kembali duduk di samping Darrenjun lagi.
"Habis dari mana lo?” tanya Darrenjun.
"Bersihin nih luka,” tunjuk Rey kearah lukanya.
"Tadi gue disuruh sama dia buat bersihin nih luka sebelum nempelin nih plester. Katanya biar steril,” jelas Rey lagi.
"Dia? Siapa?”
"Kina,” jawab Rey singkat.
Darrenjun terdiam. Ternyata benar dugaannya kalau gadis yang memberikan Rey plester itu adalah Kina.
Lalu Rey membuka bungkus plaster yang ada di tangannya dan menempelkan plester bergambar bintang ditangannya.
Darrenjun merhatiin gambar plester yang ada ditangannya Rey dalam diam.
Gambar plaster yang ditempeli Rey ke tangannya sama dengan gambar plaster pemberian dari Kina yang masih menempel di jidatnya.
"Gimana bagus gak Ren?” Rey menunjukan plester pemberian Kina pada Darrenjun yang telah tertempel manis pada lengannya.
Darrenjun menepis lengan lelaki itu kasar. "Gak, Lo malah kayak bocah make gituan.”
Tak tau kenapa, Darrenjun sedikit merasa kesal dengan gambar plester yang tertempel pada lengan Rey. Kedua plester mereka serupa dan lelaki itu membencinya.
Darrenjun melepaskan plester yang berada di jidatnya, tanpa Rey sadari.
Rey merhatiin plaster yang ada di tangannya lagi.
"Kayak banci gimana? Perasaan lucu malah,”ucapnya.
Rey memandang plester itu sekali lagi dan tentu saja hal itu membuatnya teringat akan Kina. Gadis pemberi plester. Dia akan mengingat gadis itu.
"Serah lo dah,” ucap Darrenjun cuek. Lalu kembali ia bermain game yang ada di hapenya lagi.
Darrenjun berusaha membuang jauh-jauh pikirannya mengenai Kina. Toh dia tidak punya urusan untuk ikut campur dalam hubungan antara Rey dan Kina. Kalau pun suatu saat mereka dekat. Lelaki itu tak akan pernah peduli.
...-...
...💗CC💗...
...-...
...Lanjut or End??...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments