Menyebalkan

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Dengan berbekalan hoodie dan celana training serta sepasang sendal jepit yang telah menghiasi kakinya. Kina melangkah dengan langkah berat.

Sepanjang perjalanan menuju rumah tetangganya. Gadis itu terus saja mengomel pada dirinya sendiri. Kalau saja ada orang yang melihatnya sekarang. Pasti akan mengira kalau gadis itu tengah mengidap penyakit kurang waras alias stress.

Beruntung susana kompleknya cukup sepi. Jadi tak akan ada yang melihatnya mengomel sendiri sepanjang perjalan.

Dan disini lah ia sekarang. Berdiri di depan rumah paling besar di antara rumah lain yang ada dikomplek rumahnya. Dengan penampilan yang agak menggenaskan gadis itu memegang rantang kosong yang akan ia berikan pada pemilik rumah tersebut.

Oh iya dia tak sempat menyisir rambut tadi, jadi jika ada yang melihatnya pasti akan mengira dia adalah pemulung.

Sesuai informasi yang ia peroleh dari mamanya. Kalau rumah besar ini merupakan rumah dari tetangga barunya. Si pemilik rantang.

Padahal bisa saja rantang milik tetangganya itu besok pagi ia kembalikan, tapi sang mama terus saja memaksanya dengan alasan.

'Gak enak kalau kelamaan nyimpen rantang orang. Nanti orangnya perlu gimana??'

Dan, akhirnya gadis itu pun kehilangan kata-katanya.

Baru saja Kina ingin menekan bel yang ada didepan rumah besar itu. Suara nyaring klakson motor seseorang membuatnya begitu terkejut.

Tiiiiiinnnnn!!

Hampir saja ia mengabsen segala jenis hewan yang ada di kebun binatang, berikut kalimat sampah yang membuatnya seperti gadis tak punya moral. Untunglah akal sehatnya masih bagus.

Kina memutar tubuhnya, memandang ke arah orang yang barusan membuatnya merasa terkejut dengan kesal.

"Minggir gue mau masuk!" teriak orang itu padanya.

Kina sedikit menggeser tubuhnya memberi jalan pada orang itu dengan tatapan yang masih tetap memandang orang itu secara diam. Ia penasaran dengan wajah orang angkuh yang telah mengejutkannya itu.

Orang itu turun dari atas motornya dan membuka helmnya.

Dan akhirnya gadis itu pun  bisa melihat wajah orang songong itu dengan jelas.

"Elo” tunjuk Kina ke orang itu.

Jelas sekali kalau gadis itu terkejut dengan orang yang tengah berdiri dihadapannya.

Tidak hanya dirinya yang terkejut. Lelaki itu pun sama.

"Elo jadi cewek ternyata munafik juga ya,” cercahnya.

Kina terkejut dengan perkataan Darrenjun barusan yang jelas-jelas telah mengatainya.

"Atas dasar apa elo ngatain gue cewek munafik?” geram Kina.

"Lo tadi siang baru ngomong, kalo lo gak suka sama gue. Dan sekarang apa? Lo malah dateng dengan gak tau malunya kerumah gue.”

Whattt the

"Ini rumah elo?" tanya Kina kaget.

Darrenjun tertawa meremehkan. "Gak usah pura-pura bego. Sekarang mendingan lo balik sana dan jangan pernah datang lagi kerumah gue. Dasar stalker.”

"Lo kalo ngomong kira-kira dong. Gue itu bukan stalker dan gue kesini itu cuma mau balikin rantang pemberian dari tante yang ada dirumah ini. Dan gue gak tau sama sekali kalo elo tinggal disini,” jelas Kina panjang lebar berharap Darrenjun tak salah paham terhadapnya.

"Gak usah pura-pura. Lo uda ketahuan juga," tuduh Darrenjun kembali.

Kina meremat jemarinya membentuk sebuah kepalan. "Lo jadi manusia kenapa pede banget sih?”

"Gue gak kepedean tapi gue ngomong sesuai dengan fakta.”

Gadis itu menghelakan nafasnya kasar. Kesabarannya telah sirna sudah. Dan dia pastikan sebentar lagi laki-laki itu akan merasakan apa yang namanya sakit.

Kina telah memasang ancang-ancang untuk menghajar Darrenjun. Masa bodo dengan dia yang akan dikata-katain oleh tetangganya nanti.

"Darren.”

Kina dan Darrenjun menoleh ke orang yang barusan memanggil.

Seorang wanita dewasa yang cantik baru saja keluar dari halaman rumah besar.

"Ehh ada tamu.” Sapanya ramah saat menyadari keberadaan Kina disitu. Dia tersenyum hangat dan membuat gadis itu ikut tersenyum.

"Bukan tamu, tapi stalker,” timpal Darrenjun dan membuat senyum Kina mendadak sirna.

"Hushh. Kamu ini gak boleh ngomong gitu Ren.” Peringat wanita dewasa yang Kina perkirakan kalau ia adalah mamanya Darrenjun.

"Emang iya,” jawab Darrenjun acuh.

Kina bersumpah dalam hati, jika wanita itu tak ada, ingin sekali rasanya ia mengajak Darrenjun bergelut detik itu juga. Tak peduli jika ia adalah seorang gadis yang tak memiliki keahlian di bidang seni bela diri.

"Saya bukan stalker kok tante,” bantah Kina mencoba meluruskan kesalah pahaman yang terjadi.

Wanita itu tersenyum pada Kina. "Tante tau kok kamu gak mungkin stalker, maaf ya sayang,” katanya dengan perasaan bersalah.

Seharusnya yang barusan bicara itu Darrenjun. Bukan malah Tante itu.

"Iya gak papa tante.”

Kina berusaha tersenyum seramah-ramahnya pada Tante itu. Dia tahu Tante itu baik dan jelas sekali dia berbeda dari Darrenjun. Meskipun pada kenyataannya, bibirnya sudah gatal ingin mengata-ngatain Darrenjun yang sudah kelewat menuduhnya dengan sembarangan.

Kina hanya mencoba menahan diri agar tidak menimbulkan keributan disitu.

Teringat akan tujuannya datang, Kina memberikan rantang yang ia bawa-bawa sejak dari tadi pada Tante itu.

"Ohh iya, ini tante rantang yang tadi pagi. Kata mama makasih banget,” ucapnya dengan senyuman manis.

"Iya sama-sama sayang,” jawabnya.

"Ohh iya nama kamu siapa cantik?”

Darrenjun tiba-tiba mendecih.

"Kayak gitu dibilang cantik?” ucap Darrenjun dengan wajah meremehkan.

Dan lagi, Kina harus jadi ekstra sabar menghadapi manusia yang memiliki mulut merica seperti seorang Darrenjun.

"Darren,” tegur tante itu padanya.

Yang di tegur hanya memasang tampang bodoh amat.

"Maaf ya sayang". Kembali wanita itu merasa bersalah pada Kina.

Kina tersenyum tipis. "Gak papa Tante. Oh iya nama saya Azskina, panggil aja Kina tante".

"Oh Kina". Panggilnya dengan senyuman hangat. "Nama tente, Jia. Kina sekolah dimana??".

"Kita satu sekolah". Potong Darrenjun.

Jia tersenyum penuh arti sembari memandang kedua anak remaja yang ada dihadapannya secara bergantian. "Oh ya," katanya dengan semangat.

"Iya Tante, kita satu sekolah. Tapi beda kelas," jelas Kina.

"Syukurlah lah kalo gitu, jadi Darren bisa punya temen deket rumah."

"Bagus apaan? Ngeganggu mah iya," timpal Darrenjun.

Dan lagi-lagi Kina harus ekstra jadi manusia yang penyabar berkat Darrenjun. Kina jadi penasaran dengan komposisi dari mulut seorang Darrenjun. Sampai-sampai tiada hentinya lelaki itu terus mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati secara bertubi-tubi.

"Tante kalo gitu saya balik dulu," Pamitnya. Ia sudah tidak tahan lagi rasanya jika terus berlama-lama menahan kesabarannya.

Sebelum pergi, Kina memberi salim dengan Jia.

"Iya hati-hati," katanya sembari mengelus rambut Kina dengan lembut. "Kapan-kapan kamu main kesini lagi ya."

Kina mengangguk. "Iya makasih tante."

"Jangan coba-coba lo datang kesini lagi!" Tegas Darrenjun dengan dingin.

Kina berpura-pura tidak mendengar ucapan Darrenjun barusan dan tetap mempertahankan senyuman ramahnya pada Jia.

Lagian, ia hanya basa basi saja tadi agar terlihat sopan dihadapan Jia. Karena sesungguhnya ia juga tak berniat sama sekali untuk datang kerumah itu lagi.

Selesai berpamitan, Kina pergi dari rumah itu menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan gadis itu kembali mengomel tidak jelas. Dari sekian banyaknya orang yang berada di sekolahnya, kenapa harus lelaki itu yang menjadi tetangganya.

Setelah Kina sudah pergi. Jia memandang Darrenjun yang masih berdiri disebelahnya.

"Ren—"

Ucapannya terpaksa terhenti. Karena anak laki-laki itu lebih dulu berlalu menuju motornya. Dan sepersekian detik setelahnya, Darrenjun telah memasuki pekarangan rumahnya. Tanpa memperdulikan Jia yang terus memandang ke arahnya.

Helaan nafas keluar begitu saja dari bibir wanita itu. Tak ada yang bisa ia lakukan dengan sikap Darrenjun yang dingin seperti itu. Sudah memang menjadi makanan sehari-hari baginya. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah menerima semuanya. Dia yakin suatu saat Darrenjun pasti akan berubah menjadi dirinya yang dulu.

Meski pun ia tak tau kapan waktu itu akan tiba. Yang jelas wanita itu akan bersabar menghadapinya.

...-...

...💗CC💗...

...-...

Kina baru saja sampai di parkiran motor sekolahnya, karena memang sehari-harinya gadis itu mengendarai motornya untuk sampai di sekolahnya.

Saat memarkiran motornya, Kina melihat seseorang yang enggan ia temui di manapun dan kapanpun itu lagi. Rasanya sungguh malas harus melihat wajah itu lagi. Tapi sayang takdir berkata lain.

Memilih mengabaikan saja dan berpura-pura tak pernah kenal sama sekali itu adalah pilihan yang terbaik bagi Kin.

Darrenjun baru saja turun dari motornya dan seorang gadis langsung menghampirinya.

"Darren." Sapanya hangat. Terlihat jelas kalau gadis itu menyukai Darrenjun.

"Kenapa?" tanya lelaki itu dengan malas.

Gadis itu menyerahkan satu bingkisan yang telah ia persiapkan pada Darrenjun. "Ini buat lo," ucapnya.

Darrenjun menaikan sebelah alisnya. "Apaan nih?" tanyanya yang jelas terlihat enggan untuk menerima bingkisan tersebut.

"Itu kue, buatan gue," jelas gadis itu padanya.

Darrenjun menerima bingkisan tersebut dan langsung membuka isinya.

Hanya beberapa detik melihat isinya, lelaki itu memberikan kembali bingkisan dari sang gadis.

"Nah ambil." Serahnya. "Gue gak suka kue."

Gadis itu tercekat. "Ohh maaf gue gak tau kalo lo gak suka kue," ucapnya dengan penyesalan.

"Lain kali gue bakalan ..."

"Gak usah lo ngasih apa-apa lagi buat gue." Sela Darrenjun.

"Gue gak butuh! Dan gue ingetin ke elo, supaya lo jangan coba-coba deketin gue lagi."

"Tapi Ren—"

"LO ITU NGEGANGGU. LO JUGA BUKAN TIPE GUE!" bentak Darrenjun dengan kasar.

Dan tentu saja, perkataannya yang sudah keterlaluan membuat gadis itu kabur sambil menangis.

Kasihan amat

Siapapun yang melihat kejadian barusan pasti akan merasa prihatin pada gadis itu. Dan sialnya lagi, orang yang melihat kejadian itu semua adalah Kina.

Bukan. Bukan karena gadis itu usil ingin tahu urusan orang lain. Tapi. Kina terpaksa melihat semuanya dan mendengarnya, karena tanpa disangka tas miliknya tersangkut pada jok motornya. Salahnya yang terlalu ceroboh, sehingga kejadian seperti itu bisa terjadi.

Tanpa ia sadari, Darrenjun ternyata sadar dengan kehadirannya yang telah berdiri disitu sejak dari tadi.

"Uda puas lo nguping pembicaraan gue barusan?" Sindir Darrenjun padanya.

Kina melongoh memandang Darrenjun. Bisa-bisanya lelaki itu menuduhnya seperti itu.

"Gue ngupingin pembicaraannya elo?" Tunjuknya pada dirinya sendiri. "Ogah banget."

Darrenjun memandang Kina dengan sudut bibir terangkat. Dia tengah mengejek Kina yang telah tertangkap basah olehnya.

"Terus lo ngapain dari tadi berdiri disitu? Gue tau, lo lebih dulu datang dibandingkan gue," jelasnya.

Kina sedikit bingung awalnya untuk menceritakan kejadian yang barusan terjadi. Tapi, Darrenjun telah menuduhnya. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam.

"Tas gue nyangkut di jok motor makanya gue kepaksa lama disini. Kalo kagak ogah banget gue harus ketemu elo lagi. Bikin sakit mata gue aja."

Darrenjun mendecih. "Alesan mulu hidup lo," ejeknya.

"Gue gak beralasan, tapi memang begitu kenyataannya," jelas Kina. Meski yang dijelasin tak akan percaya.

"Lo ternyata gak cuma jadi stalker, tapi juga kepo dengan urusan orang lain. Gak capek apa, ngusilin hidup orang?"

Kina kembali melongoh. Ini kali pertama baginya dikatain kepo dengan orang yang barusan mengenalnya. Biasanya gadis itu selalu diberi cap sebagai gadis tercuek yang pernah ada.

Kina mendekat maju beberapa langkah mendekat kearah Darrenjun. "Apa-apaan lo ngatain gue gituan?" tanya Kina tak terima.

"Gue ngomong sesuai dengan apa yang barusan gue liat. Lo kepo," terang lelaki itu. Dan tentu saja gadis itu menjadi emosi dengan sikap Darrenjun.

Dengan tangan terkepal, Kina melempar tatapan tajam ke arah Darrenjun

"Lo gak terima dibilang begituan?" Tantang Darrenjun.

Dalam sekali gerakan, Kina menghempaskan sebelah tangannya yang telah terkepal sangat kuat. Meski emosinya menggebu-gebu dia harus tetap sabar.

"Sabar Kin ini masih pagi," ucapnya dalem hati.

Karena tak ingin tersulut emosi lebih dalam lagi. Gadis itu memilih pergi dari situ, bisa semakin hancur moodnya nanti dan pada akhirnya ia akan kehilangan minat untuk belajar.

Dengan langkah cepat Kin memasuki kelasnya dengan wajah masam. Kejadian diparkiran masih terbayang didalam memori otaknya. Gadis itu tidak habis pikir dengan perkataan Darrenjun barusan yang telah mengatai dirinya.

Kalau saja tadi mereka tidak berada dalam lingkungan sekolah. Bisa dipastikan Kina tidak akan tinggal diam dengan perkataan sadis lelaki itu padanya. Dan lagi ia akan segera membuat perhitungan padanya. Dia sudah tidak peduli lagi dengan jenis kelamin dari lawannya.

"Ngimpi apa gue, pagi-pagi harus ketemu sama tuh makhluk," omelnya saat dirinya baru saja menduduki kursinya.

Mita yang duduk disebelahnya mendekat. "Makhluk apaan Kin?" tanyanya.

"Cakep gak?" Lala yang duduk dibelakang memajukan tubuhnya mendekat kearah Kina.

Kina mendengus. "Jelek, abstrak, nyebelin lagi," jelas Kina panjang lebar.

"Masa sih? Itu manusia atau apaan sih Kin?" Lala yang barusan bertanya kembali.

"Anak macan," jawab Kina ngacoh.

Mita dan Lala saling melempar tatapan satu sama lain. Mereka merasa bingung dengan ucapan absurd Kina barusan.

"Bodo ahh gue kagak mau inget-inget tuh orang!" Teriak Kina tiba-tiba dan membuat keduanya terkejut.

Kina menyembunyikan kepalanya diantara kedua tangannya diatas meja. Dia merasa malas kalau harus menjelaskan tentang kejadian itu lagi. Biarlah itu menjadi rahasia yang akan segera ia lupakan.

...-...

...💗CC💗...

...-...

Seperti biasanya setiap ada dikelas, Darrenjun akan duduk diatas kursinya dengan kedua headset yang tersumpal pada kedua telinganya.

Dia melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Tapi karena, ia merasa malas kalau harus mendengarkan celotehan teman sekelasnya yang beraneka ragam. Terutama dengan gibahan yang tak terlalu penting itu dan juga Darrenjun merasa anti akan hal itu.

Baru saja lelaki itu ingin menyimpan bukunya didalam laci mejanya. Sesuatu asing memenuhi laci mejanya.

Helaan nafas keluar dari bibir laki-laki itu. Dia sudah lelah memberi peringatan pada orang-orang yang seenaknya saja memasuki benda-benda aneh kedalam laci mejanya. Dengan sedikit tergesa-gesa dan kesal. Darrenjun mengeluarkan isi dari dalam laci tersebut.

Banyak surat, bingkisan serta coklat yang sekarang telah memenuhi mejanya. Bisa dikatakan kalau lelaki itu memang populer dan banyak sekali gadis-gadis yang menyukainya. Padahal dirinya masih terbilang baru di sekolahnya itu.

Begitu banyak fansnya, dari secara terang-terangan menyukainya hingga pengagum rahasia. Apapun itu namanya, tetap saja ia tak suka.

Seseorang menepuk pundaknya pelan dan membuatnya menoleh.

"Lo lagi ngapain Ren?" Tanya seseorang padanya. "Sibuk amat," lanjutnya lagi.

Darrenjun menghentikan aktifitasnya dan tersenyum tipis.

"Gue heran sama orang-orang yang ngasih ginian ke gue. Masih aja bego."

"Maksud lo?" Tanya temannya yang bernama Haikal Dafin atau yang biasa dipanggil dengan nama Haikal memandangnya dengan bingung. Ia tak mengerti maksud dari perkataan Darrenjun barusan.

"Iya bego dan budek. Gue capek terus-terusan ngeluarin benda-benda ini dari dalam laci meja gue."

"Lo sih kebanyakan fans." sindir Haikal.

"Fans?" Darrenjun menaikan sebelah alisnya. "Gue gak butuh kali!" tegasnya.

"Jadi tuh barang mau Lo apain?" Tunjuk Haikal kearah barang-barang yang telah memenuhi meja Darrenjun.

"Mau gue buang," jelas Darrenjun.

"Jangan!" Teriak Haikal keras dan membuat telinganya Darrenjun hampir budek. Beruntung dirinya tengah menggunakan headset dengan begitu suara Haikal bisa tersamarkan dengan musik yang tengah ia putar.

"Lo niat mecahin gendang telinga gue?" tanya Darrenjun dengan tatapan mematikan.

Haikal hanya menyengir. "Sorry Ren. Gue cuma shock tadi."

Darrenjun hanya menggelengkan kepalanya.

"Ren kalo lo gak mau sama tuh hadiah. Mending buat gue aja ya," pinta Haikal.

Darrenjun memandang Haikal sebentar. "Yaudah lo ambil tuh. Jangan ada sisa."

Haikal mengangguk semangat. "Sipp. Lo tenang aja, gue jamin meja lo akan segera bersih," kekehnya.

Dengan membuka kedua tangannya selebar-lebarnya Haikal mengambil semua barang yang memenuhi meja Darrenjun dalam sekali gerakan dan membuat meja Darrenjun bersih tak bersisa.

"Thanks ya bro," ucap Haikal girang. Lalu pergi menuju mejanya dan menyimpan semua barang-barang yang barusan ia ambil kedalam tasnya.

Darrenjun hanya senyum tipis membalas ucapan Haikal barusan padanya.

...-...

...💗CC💗...

...-...

...Jangan lupa vote dan coment ya......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!