NovelToon NovelToon

Cutton Candy

Awal Bertemu

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Seorang gadis baru saja memasuki kelasnya dengan wajah masam. Ia sudah sangat lelah mencari keberadaan seseorang untuk ia berikan dokumen penting milik orang tersebut.

Ia melakukan hal ini bukan semata-mata karena terlalu baik ataupun gabut. Tapi, karena faktor keterpaksaan. Kalau pun tidak ia pasti sudah menolaknya mentah-mentah.

"Tuh anak kemana dah perasaan?" Omelnya sembari mondar mandir didalam kelasnya mencari solusi dengan pikirannya.

"Lo nyarik in siapa Kin? perasaan grasak grusuk mulu dari tadi.”

Kina menoleh memandang temannya yang tengah heran melihat tingkahnya tersebut.

"Itu anak baru,” ucapnya singkat.

"Anak baru?” Ulang temannya yang memiliki rambut sebahu. Mita namanya.

"Itu si ..." Kina mengerutkan dahinya sendiri. Dia lupa nama anak laki-laki itu.

"Siapa?” tanya Mita penasaran.

Kina mengetuk keningnya sendiri dengan jarinya, mencoba mengingat kembali nama anak laki-laki itu.

"Itu si ... ah gue lupa lagi.”

"Maksud lo si Darrenjun anak baru?” tanyanya memastikan.

Kina mengangguk. "Ah iya. Darrenjun,” ucapnya dengan semangat.

"Tumben. Emang lo ada urusan apaan sama tuh anak? Perasaan lu gak pernah se care ini sama orang. Malah tuh anak ada di kelas sebelah lagi.”

"Gue sebenarnya juga ogah. Tapi mau gimana lagi bu Riska nitipin dokumennya dia ke gue.”

"Lo uda coba tanyak sama anak kelasnya dia?”

"Uda, tapi gak ada yang tau. Mana mau dititipin pada ogahan semua lagi,” ucap Kina kesal.

Kina masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi dari teman-teman sekelasnya Darrenjun yang menolak secara terang-terangan permintaannya itu. Padahal jika boleh dikatakan permintaan Kina cukup sepele.

"Lo uda coba cari di atap gedung sekolah? tanya Mita dan membuat Kina sedikit mengernyitkan dahinya.

"Atap … maksud lo yang tangganya banyak itu?”

Mita mengangguk. "Kan dia temenan bareng gengnya si Arji. Uda pasti kan tuh anak ikutan juga. Secara itu tempat favouritenya mereka,” Jelas Mita panjang lebar.

"Emang iya?”

Mita merotasikan bola matanya malas. "Lo sih kudet amat jadi orang masalah gituan doang kagak tau.”

Kina menyengir. "Lah mana gue peduli juga.”

"Mendingan lo cepetan kesana nganter tuh dokumen sebelum keburu bel.” Peringat Mita ke Kina.

"Yaelah, masa iya gue harus naik ke atas cuma ngasih nih dokumen. Mana tuh tempat pengap lagi. Ya kalo dia beneran diatap, kalo kagak?Sia-sia dong gue,” ucap Kina sedikit merasa frustasi.

"Lo gak bakalan tau dia beneran ada disana atau enggak kalo lo gak ngecek sendiri,” Jelas Mita.

"Lagian lo sih jadi orang bego banget, masa nyalin catatan di jamnya Bu Riska. Tau sendiri gimana mata elangnya doi,” omel Mita padanya.

Kina hanya mencebikkan bibirnya. Sekarang gadis itu merasa menyesal telah berbuat seperti itu, lalu dia menghelakan nafasnya.

"Yaudah deh gue bakalan kesana. Tapi elo temenin gue ya.” Pinta Kina sembari menunjukan wajah memelasnya agar Mita mau menemaninya.

"Sorry Kin, gue ada janji sama Lala mau nemenin dia dikantin.”

Setelah mengatakan hal barusan. Mita langsung kabur meninggalkan Kina begitu saja.

Kina mengepalkan tangannya kesal melihat kepergian Mita yang mendadak.

Dasar temen laknat -Kina

...💗CC💗...

Jalur yang harus dilewati untuk bisa sampai keatap gedung sekolah itu cuma satu. Yaitu, harus melewati anak tangga yang lumayan banyak.

Sebenarnya tempat ini merupakan salah satu tempat yang paling ingin dihindari oleh Kina selama bersekolah disini. Karena banyak isu yang mengatakan kalau tempat itu merupakan tempat tongkrongan anak-anak yang bermasalah dan Kina sangat membencinya.

Satu tarikan nafas keluar dari bibirnya dengan bebas. Kina meyakinkan diri untuk menaiki anak tangga demi anak tangga yang ada dihadapannya. Dirinya sempat heran dengan guru-guru serta kepala sekolahnya yang tetap membiarkan tempat itu tetap ada. Bukankah seharusnya tempat itu lebih baik dimusnakan saja atau ditutup misalnya.

Setelah berhasil sampai di anak tangga terakhir. Kina memegang kedua lututnya yang mulai bergetar.

Terdapat sebuah pintu yang menghubungkan ke atap gedung.

Dengan keringat yang mengucur deras, Kina memegang kenop pintu tersebut dan hendak membukannya.

Sedikit susah awalnya untuk membuka pintu tersebut. Mungkin karena efek pintu yang sudah cukup tua.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, akhirnya pintu itu pun bisa terbuka juga.

Saat pintu telah terbuka. Semilir angin menerpa wajahnya dengan bebas. Kina sempat takjub akan pemandangan yang ada dihadapannya.

Begitu indah.

Mungkin karena tempat ini merupakan tempat yang paling tinggi di sekolahnya. Jadi dari atas kalian bisa melihat banyak gedung-gedung serta pepohonan rimbun yang bisa memanjakan mata.

Kemunculan Kina yang terlalu mencolok, karena kebetulan hanya dirinya saja satu-satunya gadis yang berada disitu. Membuat semua orang yang ada di sana memandangnya heran dari atas hingga bawah.

Kina tidak perduli sama sekali dengan tatapan orang-orang itu yang memandangnya secara jelas. Gadis itu malah dengan santainya berjalan menyusuri tempat itu, mencari keberadaan lelaki yang bernama Darrenjun tersebut.

Saat mencari keberadaan Darrenjun, Kina merasa bingung sendiri. Pasalnya pertemuannya dengan Darrenjun hanya sekali dan itu juga karena ia tak sengaja berpapasan dengan Darrenjun saat melewati koridor sekolah.

Meski samar-samar dalam ingatannya Kina mencoba menggambarkan kembali wajah Darrenjun dalam otaknya.

Seseorang menyentuh pundaknya pelan dan membuatnya langsung berbalik.

"Lo ngapain disini Kin?”

Lelaki tinggi yang merupakan teman sekelasnya menatapnya dengan heran. Arji namanya, lelaki tinggi itu memandangnya dengan heran sambil memakan Ciki yang berada ditangannya.

"Eh elo," ucap Kina seakan tak terlalu menghiraukan keberadaan Arji.

"Gue ada urusan disini."

"Urusan apaan? Kalo lo nyarik gue buat ngomong urusan kelas, mending lewat chat aja. Gak perlu segininya sampek kesini segala lagi."

Kina kembali berbalik memandang Arji dengan kesal. Andai saja keduanya tak berada ditempat ramai, ingin sekali rasanya Kina menghadiahi kepala Arji dengan sepatu miliknya.

Lelaki itu terlalu kelewat pede menurutnya.

"Pede banget sih lo. Gue kesini gak nyari elo tuh." Sinis Kina.

"Lah terus lo nyarik siapa disini kalo bukan gue?" Tunjuk Arji ke dirinya sendiri.

"Gue nyarik yang namanya Darrenjun. Elo kenal gak?" tanya Kina akhirnya setelah tak mendapatkan gambaran mengenai sosok Darrenjun.

"Gue Darrenjun!"

Teriak seseorang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan segera Kina menoleh ke arah anak laki-laki yang barusan mengaku Darrenjun tersebut.

Sejak kemunculan Kina yang mencolok, Darrenjun sudah memperhatikan gadis itu hanya saja ia tak terlalu ingin ikut campur. Ia mengira mungkin Kina mencari seseorang diantara mereka, bukan dirinya.

Darrenjun yang tadinya sedang duduk diatas pembatas atap gedung melompat begitu saja, seakan tempat tinggi itu bukanlah apa-apa baginya. Kira-kira tingginya mencapai sebahu tubuhnya.

Padahal jika ia salah melangkah sedikit saja, nyawanya akan melayang.

Gila gak sih??

Darrenjun langsung menghampiri Kina dengan gaya angkuhnya.

"Lo yang namanya Darrenjun?" tanya Kina sumringah pada lelaki yang telah berdiri dihadapannya.

Darrenjun mengangguk. "Ada urusan apa lo nyarik gue?"

"Gue mau—"

"Ahh gue tau, elo pasti mau minta nomor WhatsApp gue kan? Gue gak bisa ngasih contact pribadi ke sembarang orang kayak elo. Jadi jangan ngimpi lo bisa deket-deket ke gue," Timpal Darrenjun.

Kina sempat melongoh mendengar penuturan yang baru saja disampaikan oleh Darrenjun barusan. Padahal dirinya baru saja bertemu Darrenjun dan baru tau wajahnya, bisa-bisanya lelaki itu berpikiran seperti itu mengenainya.

"Idihh pede banget si elo. Gue kesini tuh di suruh sama Bu Riska buat ngasih ini," Kina menunjukan dokumen yang sedari tadi dia pegang ke arah Darrenjun.

"Kalo kagak, ogah banget gue harus capek-capek naik tangga buat kesini."

Darrenjun menerima dokumen yang di beri oleh Kina sambil menatapnya bingung.

"Serius lo cuma ngasih ginian doang ke gue?? Gak ada maksud tertentu?" tanyanya memastikan kembali.

Sepertinya Darrenjun ragu dengan ucapan Kina itu.

Kina menghelakan nafasnya kasar. "Ya enggak lah," ucapnya cepat.

"Gila aja gue kesini cuma minta whattsapp nya lo doang. Gak ada kerjaan lain apa?"

Setelah memberikan dokumen ke Darrenjun. Kina langsung pergi dari tempat itu. Toh urusannya dia juga uda selesai.

Cukup pertama dan terakhir kali baginya untuk ke tempat itu. Gak akan ada lagi kata buat kedua ataupun ketiga kalinya.

Setelah kepergian Kina. Darrenjun melirik ke arah Arji sebentar.

"Tuh anak temen lu?" tanyanya.

Arji mengangguk. "Iya. Kenapa?"

"Nyebelin."

"Emang." Jawab Arji.

Arji memperhatikan dokumen yang dipegang oleh Darrenjun dengan penasaran.

"Itu dokumen apaan Ren?" Tunjuknya ke arah dokumen milik Darrenjun.

Darrenjun memandang dokumen yang berada ditangannya sebentar. Lalu ia melempar dokumen tersebut ke lantai begitu saja.

"Gak penting," ucapnya dan pergi begitu saja. Membiarkan dokumen tersebut tergeletak dilantai, padahal ia belum sama sekali membuka dan melihat isi dokumen tersebut.

Karena tanpa ia buka sekalipun, ia sudah tau isi dari dokumen tersebut.

...💗CC💗...

"Uda ngasih dokumennya Kin?" tanya Mita yang telah duduk dihadapan Kina.

Kina mengangguk sambari menyeruput jus jeruk miliknya. Kerongkongannya sungguh kering, efek menaiki tangga yang begitu banyaknya.

Mereka sedang di kantin.

"Gimana tuh tempat?" tanya Mita dengan penasaran.

"Gimana apanya?" jawab Kina dengan malas.

Ia masih kesal dengan kelakuan Mita yang pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal jika Mita ada disana ia pasti akan mengatai Darrenjun lebih dari yang dia lakukan tadi.

"Ihh elo pelit amat, cerita dong ke gue."

"Gak ada yang menarik, B aja."

"Masa sih B aja? Gue penasaran tau."

"Kalo lo penasaran, lo kesana aja ndiri," jawab Kina dengan cuek, ia sudah malas berdebat dengan temannya yang bawel itu.

Lalu gadis itu menyumbatkan hendsetnya ke dalam kedua telinganya dan menidurkan kepalanya diatas meja. Mengabaikan suara-suara temannya yang tengah mengomelinya.

Kina merasa malas harus mengingat kembali tempat yang sudah membuat lutut serta kakinya menjadi lemas dan tak bertenaga itu. Dan sialnya dia malah bertemu dengan orang yang senyebelin Darrenjun.

"Ihh elo mah pelit amat cerita gituan," rengek Mita lagi.

Tapi sayang Kina terlanjur kesal dan ia tetap tidak peduli jika setelah ini Mita akan ngambek padanya. Dan berujung mereka akan saling diam.

Kina semakin memperbesar volume suara hapenya. Dia lelah, jadi tidak ada tenaga baginya untuk hanya sekedar berdebat dengan Mita.

...💗CC💗...

Kegiatan harian Kina itu jika ada dirumah cuma satu, yaitu nonton Drakor menghabiskan episode demi episode yang ada.

Baginya, tidak ada kegiatan yang lebih menyenangkan selain menonton drakor kesayangannya. Terlebih jika ada aktor Korea yang ia sukai berada dalam drama tersebut.

Menurutnya, mengikuti episode demi episode setiap harinya adalah sebuah rutinitas wajib dan tak terlewatkan.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan menampakkan seorang wanita dewasa dengan daster berjalan ke arahnya.

"Tolongin anterin ini ke rumah tetangga kita yang baru ya sayang" Pinta mamanya yang bernama Tia pada Kina, ia menyerahkan satu set rantang milik tetangganya itu pada Kina.

Kina mem-pause drakor yang tengah ia tonton, lalu menoleh ke arah mamanya yang berdiri disebelahnya.

"Suruh si Dea aja sana, nanggung ma," rengeknya.

"Dea lagi belajar dikamarnya, besok mau ulangan katanya. Kan yang gak ada kegiatannya cuma kamu doang."

"Siapa bilang Kina gak ada kegiatan? Kina punya kegiatan kok ma."

"Ohh ya. Emang kamu punya kegiatan apa?" tanya Tia penasaran, karena sejak dari tadi yang ia lihat anak gadisnya itu hanya menatap layar laptopnya saja tanpa melakukan hal yang bermanfaat.

"Ini nonton Drakor" Tunjuk Kina ke arah layar laptopnya, dengan menunjukan cengiran andalannya pada mamanya. Berharap sang mama akan luluh padanya.

Tapi semua hanya ekspetasi baginya. Kenyataanya, mamanya malah menatapnya dengan tatapan mematikan dan tentu saja gadis itu tidak dapat berkutik. Ia sangat tau apa yang akan terjadi jika ia melawan.

Jika ia berani melawan. Siap-siap saja, semua barang miliknya terutama laptopnya akan menjadi sebuah kenangan untuknya. Tak ada kata toleransi bagi Tia.

Sebelum Tia menjadi murka, Kina dengan segera mengambil rantang tersebut dan bergegas keluar dari kamarnya.

...*****...

...-...

...💗CC💗...

...-...

...Makasih uda mau nyempetin buat singgah di work aku......

...Aku harap kalian suka dengan ceritaku kali ini....

...Jangan lupa vote dan comennya juga ya teman-teman....

Menyebalkan

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Dengan berbekalan hoodie dan celana training serta sepasang sendal jepit yang telah menghiasi kakinya. Kina melangkah dengan langkah berat.

Sepanjang perjalanan menuju rumah tetangganya. Gadis itu terus saja mengomel pada dirinya sendiri. Kalau saja ada orang yang melihatnya sekarang. Pasti akan mengira kalau gadis itu tengah mengidap penyakit kurang waras alias stress.

Beruntung susana kompleknya cukup sepi. Jadi tak akan ada yang melihatnya mengomel sendiri sepanjang perjalan.

Dan disini lah ia sekarang. Berdiri di depan rumah paling besar di antara rumah lain yang ada dikomplek rumahnya. Dengan penampilan yang agak menggenaskan gadis itu memegang rantang kosong yang akan ia berikan pada pemilik rumah tersebut.

Oh iya dia tak sempat menyisir rambut tadi, jadi jika ada yang melihatnya pasti akan mengira dia adalah pemulung.

Sesuai informasi yang ia peroleh dari mamanya. Kalau rumah besar ini merupakan rumah dari tetangga barunya. Si pemilik rantang.

Padahal bisa saja rantang milik tetangganya itu besok pagi ia kembalikan, tapi sang mama terus saja memaksanya dengan alasan.

'Gak enak kalau kelamaan nyimpen rantang orang. Nanti orangnya perlu gimana??'

Dan, akhirnya gadis itu pun kehilangan kata-katanya.

Baru saja Kina ingin menekan bel yang ada didepan rumah besar itu. Suara nyaring klakson motor seseorang membuatnya begitu terkejut.

Tiiiiiinnnnn!!

Hampir saja ia mengabsen segala jenis hewan yang ada di kebun binatang, berikut kalimat sampah yang membuatnya seperti gadis tak punya moral. Untunglah akal sehatnya masih bagus.

Kina memutar tubuhnya, memandang ke arah orang yang barusan membuatnya merasa terkejut dengan kesal.

"Minggir gue mau masuk!" teriak orang itu padanya.

Kina sedikit menggeser tubuhnya memberi jalan pada orang itu dengan tatapan yang masih tetap memandang orang itu secara diam. Ia penasaran dengan wajah orang angkuh yang telah mengejutkannya itu.

Orang itu turun dari atas motornya dan membuka helmnya.

Dan akhirnya gadis itu pun  bisa melihat wajah orang songong itu dengan jelas.

"Elo” tunjuk Kina ke orang itu.

Jelas sekali kalau gadis itu terkejut dengan orang yang tengah berdiri dihadapannya.

Tidak hanya dirinya yang terkejut. Lelaki itu pun sama.

"Elo jadi cewek ternyata munafik juga ya,” cercahnya.

Kina terkejut dengan perkataan Darrenjun barusan yang jelas-jelas telah mengatainya.

"Atas dasar apa elo ngatain gue cewek munafik?” geram Kina.

"Lo tadi siang baru ngomong, kalo lo gak suka sama gue. Dan sekarang apa? Lo malah dateng dengan gak tau malunya kerumah gue.”

Whattt the

"Ini rumah elo?" tanya Kina kaget.

Darrenjun tertawa meremehkan. "Gak usah pura-pura bego. Sekarang mendingan lo balik sana dan jangan pernah datang lagi kerumah gue. Dasar stalker.”

"Lo kalo ngomong kira-kira dong. Gue itu bukan stalker dan gue kesini itu cuma mau balikin rantang pemberian dari tante yang ada dirumah ini. Dan gue gak tau sama sekali kalo elo tinggal disini,” jelas Kina panjang lebar berharap Darrenjun tak salah paham terhadapnya.

"Gak usah pura-pura. Lo uda ketahuan juga," tuduh Darrenjun kembali.

Kina meremat jemarinya membentuk sebuah kepalan. "Lo jadi manusia kenapa pede banget sih?”

"Gue gak kepedean tapi gue ngomong sesuai dengan fakta.”

Gadis itu menghelakan nafasnya kasar. Kesabarannya telah sirna sudah. Dan dia pastikan sebentar lagi laki-laki itu akan merasakan apa yang namanya sakit.

Kina telah memasang ancang-ancang untuk menghajar Darrenjun. Masa bodo dengan dia yang akan dikata-katain oleh tetangganya nanti.

"Darren.”

Kina dan Darrenjun menoleh ke orang yang barusan memanggil.

Seorang wanita dewasa yang cantik baru saja keluar dari halaman rumah besar.

"Ehh ada tamu.” Sapanya ramah saat menyadari keberadaan Kina disitu. Dia tersenyum hangat dan membuat gadis itu ikut tersenyum.

"Bukan tamu, tapi stalker,” timpal Darrenjun dan membuat senyum Kina mendadak sirna.

"Hushh. Kamu ini gak boleh ngomong gitu Ren.” Peringat wanita dewasa yang Kina perkirakan kalau ia adalah mamanya Darrenjun.

"Emang iya,” jawab Darrenjun acuh.

Kina bersumpah dalam hati, jika wanita itu tak ada, ingin sekali rasanya ia mengajak Darrenjun bergelut detik itu juga. Tak peduli jika ia adalah seorang gadis yang tak memiliki keahlian di bidang seni bela diri.

"Saya bukan stalker kok tante,” bantah Kina mencoba meluruskan kesalah pahaman yang terjadi.

Wanita itu tersenyum pada Kina. "Tante tau kok kamu gak mungkin stalker, maaf ya sayang,” katanya dengan perasaan bersalah.

Seharusnya yang barusan bicara itu Darrenjun. Bukan malah Tante itu.

"Iya gak papa tante.”

Kina berusaha tersenyum seramah-ramahnya pada Tante itu. Dia tahu Tante itu baik dan jelas sekali dia berbeda dari Darrenjun. Meskipun pada kenyataannya, bibirnya sudah gatal ingin mengata-ngatain Darrenjun yang sudah kelewat menuduhnya dengan sembarangan.

Kina hanya mencoba menahan diri agar tidak menimbulkan keributan disitu.

Teringat akan tujuannya datang, Kina memberikan rantang yang ia bawa-bawa sejak dari tadi pada Tante itu.

"Ohh iya, ini tante rantang yang tadi pagi. Kata mama makasih banget,” ucapnya dengan senyuman manis.

"Iya sama-sama sayang,” jawabnya.

"Ohh iya nama kamu siapa cantik?”

Darrenjun tiba-tiba mendecih.

"Kayak gitu dibilang cantik?” ucap Darrenjun dengan wajah meremehkan.

Dan lagi, Kina harus jadi ekstra sabar menghadapi manusia yang memiliki mulut merica seperti seorang Darrenjun.

"Darren,” tegur tante itu padanya.

Yang di tegur hanya memasang tampang bodoh amat.

"Maaf ya sayang". Kembali wanita itu merasa bersalah pada Kina.

Kina tersenyum tipis. "Gak papa Tante. Oh iya nama saya Azskina, panggil aja Kina tante".

"Oh Kina". Panggilnya dengan senyuman hangat. "Nama tente, Jia. Kina sekolah dimana??".

"Kita satu sekolah". Potong Darrenjun.

Jia tersenyum penuh arti sembari memandang kedua anak remaja yang ada dihadapannya secara bergantian. "Oh ya," katanya dengan semangat.

"Iya Tante, kita satu sekolah. Tapi beda kelas," jelas Kina.

"Syukurlah lah kalo gitu, jadi Darren bisa punya temen deket rumah."

"Bagus apaan? Ngeganggu mah iya," timpal Darrenjun.

Dan lagi-lagi Kina harus ekstra jadi manusia yang penyabar berkat Darrenjun. Kina jadi penasaran dengan komposisi dari mulut seorang Darrenjun. Sampai-sampai tiada hentinya lelaki itu terus mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati secara bertubi-tubi.

"Tante kalo gitu saya balik dulu," Pamitnya. Ia sudah tidak tahan lagi rasanya jika terus berlama-lama menahan kesabarannya.

Sebelum pergi, Kina memberi salim dengan Jia.

"Iya hati-hati," katanya sembari mengelus rambut Kina dengan lembut. "Kapan-kapan kamu main kesini lagi ya."

Kina mengangguk. "Iya makasih tante."

"Jangan coba-coba lo datang kesini lagi!" Tegas Darrenjun dengan dingin.

Kina berpura-pura tidak mendengar ucapan Darrenjun barusan dan tetap mempertahankan senyuman ramahnya pada Jia.

Lagian, ia hanya basa basi saja tadi agar terlihat sopan dihadapan Jia. Karena sesungguhnya ia juga tak berniat sama sekali untuk datang kerumah itu lagi.

Selesai berpamitan, Kina pergi dari rumah itu menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan gadis itu kembali mengomel tidak jelas. Dari sekian banyaknya orang yang berada di sekolahnya, kenapa harus lelaki itu yang menjadi tetangganya.

Setelah Kina sudah pergi. Jia memandang Darrenjun yang masih berdiri disebelahnya.

"Ren—"

Ucapannya terpaksa terhenti. Karena anak laki-laki itu lebih dulu berlalu menuju motornya. Dan sepersekian detik setelahnya, Darrenjun telah memasuki pekarangan rumahnya. Tanpa memperdulikan Jia yang terus memandang ke arahnya.

Helaan nafas keluar begitu saja dari bibir wanita itu. Tak ada yang bisa ia lakukan dengan sikap Darrenjun yang dingin seperti itu. Sudah memang menjadi makanan sehari-hari baginya. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah menerima semuanya. Dia yakin suatu saat Darrenjun pasti akan berubah menjadi dirinya yang dulu.

Meski pun ia tak tau kapan waktu itu akan tiba. Yang jelas wanita itu akan bersabar menghadapinya.

...-...

...💗CC💗...

...-...

Kina baru saja sampai di parkiran motor sekolahnya, karena memang sehari-harinya gadis itu mengendarai motornya untuk sampai di sekolahnya.

Saat memarkiran motornya, Kina melihat seseorang yang enggan ia temui di manapun dan kapanpun itu lagi. Rasanya sungguh malas harus melihat wajah itu lagi. Tapi sayang takdir berkata lain.

Memilih mengabaikan saja dan berpura-pura tak pernah kenal sama sekali itu adalah pilihan yang terbaik bagi Kin.

Darrenjun baru saja turun dari motornya dan seorang gadis langsung menghampirinya.

"Darren." Sapanya hangat. Terlihat jelas kalau gadis itu menyukai Darrenjun.

"Kenapa?" tanya lelaki itu dengan malas.

Gadis itu menyerahkan satu bingkisan yang telah ia persiapkan pada Darrenjun. "Ini buat lo," ucapnya.

Darrenjun menaikan sebelah alisnya. "Apaan nih?" tanyanya yang jelas terlihat enggan untuk menerima bingkisan tersebut.

"Itu kue, buatan gue," jelas gadis itu padanya.

Darrenjun menerima bingkisan tersebut dan langsung membuka isinya.

Hanya beberapa detik melihat isinya, lelaki itu memberikan kembali bingkisan dari sang gadis.

"Nah ambil." Serahnya. "Gue gak suka kue."

Gadis itu tercekat. "Ohh maaf gue gak tau kalo lo gak suka kue," ucapnya dengan penyesalan.

"Lain kali gue bakalan ..."

"Gak usah lo ngasih apa-apa lagi buat gue." Sela Darrenjun.

"Gue gak butuh! Dan gue ingetin ke elo, supaya lo jangan coba-coba deketin gue lagi."

"Tapi Ren—"

"LO ITU NGEGANGGU. LO JUGA BUKAN TIPE GUE!" bentak Darrenjun dengan kasar.

Dan tentu saja, perkataannya yang sudah keterlaluan membuat gadis itu kabur sambil menangis.

Kasihan amat

Siapapun yang melihat kejadian barusan pasti akan merasa prihatin pada gadis itu. Dan sialnya lagi, orang yang melihat kejadian itu semua adalah Kina.

Bukan. Bukan karena gadis itu usil ingin tahu urusan orang lain. Tapi. Kina terpaksa melihat semuanya dan mendengarnya, karena tanpa disangka tas miliknya tersangkut pada jok motornya. Salahnya yang terlalu ceroboh, sehingga kejadian seperti itu bisa terjadi.

Tanpa ia sadari, Darrenjun ternyata sadar dengan kehadirannya yang telah berdiri disitu sejak dari tadi.

"Uda puas lo nguping pembicaraan gue barusan?" Sindir Darrenjun padanya.

Kina melongoh memandang Darrenjun. Bisa-bisanya lelaki itu menuduhnya seperti itu.

"Gue ngupingin pembicaraannya elo?" Tunjuknya pada dirinya sendiri. "Ogah banget."

Darrenjun memandang Kina dengan sudut bibir terangkat. Dia tengah mengejek Kina yang telah tertangkap basah olehnya.

"Terus lo ngapain dari tadi berdiri disitu? Gue tau, lo lebih dulu datang dibandingkan gue," jelasnya.

Kina sedikit bingung awalnya untuk menceritakan kejadian yang barusan terjadi. Tapi, Darrenjun telah menuduhnya. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam.

"Tas gue nyangkut di jok motor makanya gue kepaksa lama disini. Kalo kagak ogah banget gue harus ketemu elo lagi. Bikin sakit mata gue aja."

Darrenjun mendecih. "Alesan mulu hidup lo," ejeknya.

"Gue gak beralasan, tapi memang begitu kenyataannya," jelas Kina. Meski yang dijelasin tak akan percaya.

"Lo ternyata gak cuma jadi stalker, tapi juga kepo dengan urusan orang lain. Gak capek apa, ngusilin hidup orang?"

Kina kembali melongoh. Ini kali pertama baginya dikatain kepo dengan orang yang barusan mengenalnya. Biasanya gadis itu selalu diberi cap sebagai gadis tercuek yang pernah ada.

Kina mendekat maju beberapa langkah mendekat kearah Darrenjun. "Apa-apaan lo ngatain gue gituan?" tanya Kina tak terima.

"Gue ngomong sesuai dengan apa yang barusan gue liat. Lo kepo," terang lelaki itu. Dan tentu saja gadis itu menjadi emosi dengan sikap Darrenjun.

Dengan tangan terkepal, Kina melempar tatapan tajam ke arah Darrenjun

"Lo gak terima dibilang begituan?" Tantang Darrenjun.

Dalam sekali gerakan, Kina menghempaskan sebelah tangannya yang telah terkepal sangat kuat. Meski emosinya menggebu-gebu dia harus tetap sabar.

"Sabar Kin ini masih pagi," ucapnya dalem hati.

Karena tak ingin tersulut emosi lebih dalam lagi. Gadis itu memilih pergi dari situ, bisa semakin hancur moodnya nanti dan pada akhirnya ia akan kehilangan minat untuk belajar.

Dengan langkah cepat Kin memasuki kelasnya dengan wajah masam. Kejadian diparkiran masih terbayang didalam memori otaknya. Gadis itu tidak habis pikir dengan perkataan Darrenjun barusan yang telah mengatai dirinya.

Kalau saja tadi mereka tidak berada dalam lingkungan sekolah. Bisa dipastikan Kina tidak akan tinggal diam dengan perkataan sadis lelaki itu padanya. Dan lagi ia akan segera membuat perhitungan padanya. Dia sudah tidak peduli lagi dengan jenis kelamin dari lawannya.

"Ngimpi apa gue, pagi-pagi harus ketemu sama tuh makhluk," omelnya saat dirinya baru saja menduduki kursinya.

Mita yang duduk disebelahnya mendekat. "Makhluk apaan Kin?" tanyanya.

"Cakep gak?" Lala yang duduk dibelakang memajukan tubuhnya mendekat kearah Kina.

Kina mendengus. "Jelek, abstrak, nyebelin lagi," jelas Kina panjang lebar.

"Masa sih? Itu manusia atau apaan sih Kin?" Lala yang barusan bertanya kembali.

"Anak macan," jawab Kina ngacoh.

Mita dan Lala saling melempar tatapan satu sama lain. Mereka merasa bingung dengan ucapan absurd Kina barusan.

"Bodo ahh gue kagak mau inget-inget tuh orang!" Teriak Kina tiba-tiba dan membuat keduanya terkejut.

Kina menyembunyikan kepalanya diantara kedua tangannya diatas meja. Dia merasa malas kalau harus menjelaskan tentang kejadian itu lagi. Biarlah itu menjadi rahasia yang akan segera ia lupakan.

...-...

...💗CC💗...

...-...

Seperti biasanya setiap ada dikelas, Darrenjun akan duduk diatas kursinya dengan kedua headset yang tersumpal pada kedua telinganya.

Dia melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Tapi karena, ia merasa malas kalau harus mendengarkan celotehan teman sekelasnya yang beraneka ragam. Terutama dengan gibahan yang tak terlalu penting itu dan juga Darrenjun merasa anti akan hal itu.

Baru saja lelaki itu ingin menyimpan bukunya didalam laci mejanya. Sesuatu asing memenuhi laci mejanya.

Helaan nafas keluar dari bibir laki-laki itu. Dia sudah lelah memberi peringatan pada orang-orang yang seenaknya saja memasuki benda-benda aneh kedalam laci mejanya. Dengan sedikit tergesa-gesa dan kesal. Darrenjun mengeluarkan isi dari dalam laci tersebut.

Banyak surat, bingkisan serta coklat yang sekarang telah memenuhi mejanya. Bisa dikatakan kalau lelaki itu memang populer dan banyak sekali gadis-gadis yang menyukainya. Padahal dirinya masih terbilang baru di sekolahnya itu.

Begitu banyak fansnya, dari secara terang-terangan menyukainya hingga pengagum rahasia. Apapun itu namanya, tetap saja ia tak suka.

Seseorang menepuk pundaknya pelan dan membuatnya menoleh.

"Lo lagi ngapain Ren?" Tanya seseorang padanya. "Sibuk amat," lanjutnya lagi.

Darrenjun menghentikan aktifitasnya dan tersenyum tipis.

"Gue heran sama orang-orang yang ngasih ginian ke gue. Masih aja bego."

"Maksud lo?" Tanya temannya yang bernama Haikal Dafin atau yang biasa dipanggil dengan nama Haikal memandangnya dengan bingung. Ia tak mengerti maksud dari perkataan Darrenjun barusan.

"Iya bego dan budek. Gue capek terus-terusan ngeluarin benda-benda ini dari dalam laci meja gue."

"Lo sih kebanyakan fans." sindir Haikal.

"Fans?" Darrenjun menaikan sebelah alisnya. "Gue gak butuh kali!" tegasnya.

"Jadi tuh barang mau Lo apain?" Tunjuk Haikal kearah barang-barang yang telah memenuhi meja Darrenjun.

"Mau gue buang," jelas Darrenjun.

"Jangan!" Teriak Haikal keras dan membuat telinganya Darrenjun hampir budek. Beruntung dirinya tengah menggunakan headset dengan begitu suara Haikal bisa tersamarkan dengan musik yang tengah ia putar.

"Lo niat mecahin gendang telinga gue?" tanya Darrenjun dengan tatapan mematikan.

Haikal hanya menyengir. "Sorry Ren. Gue cuma shock tadi."

Darrenjun hanya menggelengkan kepalanya.

"Ren kalo lo gak mau sama tuh hadiah. Mending buat gue aja ya," pinta Haikal.

Darrenjun memandang Haikal sebentar. "Yaudah lo ambil tuh. Jangan ada sisa."

Haikal mengangguk semangat. "Sipp. Lo tenang aja, gue jamin meja lo akan segera bersih," kekehnya.

Dengan membuka kedua tangannya selebar-lebarnya Haikal mengambil semua barang yang memenuhi meja Darrenjun dalam sekali gerakan dan membuat meja Darrenjun bersih tak bersisa.

"Thanks ya bro," ucap Haikal girang. Lalu pergi menuju mejanya dan menyimpan semua barang-barang yang barusan ia ambil kedalam tasnya.

Darrenjun hanya senyum tipis membalas ucapan Haikal barusan padanya.

...-...

...💗CC💗...

...-...

...Jangan lupa vote dan coment ya......

Mengobatin

...💗Cutton Candy💗...

...-...

Kina memasukan segala perlengkapan sekolahnya kedalam tasnya. Bel pertanda telah berakhirnya jam pelajaran sekolah baru saja berbunyi dan gadis itu tengah bersiap-siap untuk pulang kerumahnya.

"Kin ke lapangan basket kuy," ajak Mita padanya.

Kina menghentikan aktifitasnya yang tengah memasukan perlengkapan sekolahnya kedalam tas. Gadis itu melirik temannya dengan heran.

"Ngapain?" tanyanya.

Mita menghelakan nafasnya kasar. Sepertinya Kina lupa dengan janji mereka.

"Masa lo gak tau dedemannya dia kan tanding," sahut Lala dari arah belakang meja Kina.

Kina memandang ke arah Mita lagi. "Lo punya dedeman baru?" tanyanya dengan antusias.

Memang dari ketiganya, hanya Kina saja yang selalu ketinggalan informasi apapun itu.

"Ya punya lah. Emang elo, jomblo mulu," ledek Mita.

"Enak aja lo ngatain gue jomblo, gue punya kali," bantah Kina cepat. Agar temannya berhenti mengolok-oloknya.

"Ohh iya? siapa?" tanya keduanya penasaran.

"Hm—" Gadis itu tengah bingung sekarang, memikirkan siapa nama lelaki yang bisa ia jadikan kambing hitam.

Ingin rasanya ia mengatakan kalau ia tengah deket dengan Song Jongki ataupun Park Seo Joon, tapi percuma saja ia mengatakan hal demikian, karena kedua temannya pasti akan langsung mengejeknya detik itu juga.

Meski tidak penggila drama Korea seperti dirinya, kedua temannya masih update mengenai nama para pemain drama Korea.

Karena Kina tak kunjung menjawab. Mita akhirnya buka suara. "Tuh bener kan elo emang gak punya," ledeknya kembali.

"Uda mendingan lo ikut kita aja ke lapangan. Kali aja kan ada yang nyantol," sahut Lala.

"Lapangan basket maksud lo?" tanya Kina memastikan.

Lala mengangguk. "Iya, kan pertandingannya di lapangan basket."

"Ahh gue gak ikutan aja dah. Lo dua aja sana."

"Lah. Elo kok gitu sih Kin?" rengek Mita tak terima.

"Sorry Mit, tuh lapangan outdoor dan cuaca lagi panas. Gue males kalo harus panas-panasan."

"Yahh Kina. Jangan gitu dong. Lo kan dah janji."

"Janji?" tanya Kina bingung. Seingatnya ia tak pernah berjanji pada mereka mengenai ini. "Kapan gue janji?" tanyanya kembali

Mita mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya. "Kemarin, lo lupa?" bohongnya.

"Kemarin? Masa iya?" tanya Kina memastikan pada Mita, karena ia tak merasa melakukan hal itu.

"Hm—"

Mita mencoba mencari alasan yang tepat agar Kina mau diajak oleh mereka.

"Uda ahh yuk buruan, keburu uda mulai tuh pertandingan," potong Lala dan langsung menarik Kina secara paksa. Gadis itu takut kalau Kina akan berubah pikiran.

...💗CC💗...

Sedikit menutup kepalanya dengan tangannya gadis itu mengedarkan pandangan ke arah lapangan basket. Mencari tempat ternyaman dan teduh untuk melihat pertandingan yang akan berlangsung.

"Mau duduk dimana?" tanya Kina pada Lala dan juga Mita.

Tak hanya Kina saja yang mengedarkan pandangannya di sekeliling lapangan. Lala dan Mita melakukan hal yang sama. Karena pada saat itu kondisi lapangan bisa terbilang cukup ramai.

"Uda ah yuk, balik aja. Gak ada tempat tuh. Lagian panas juga," keluh Kina.

Gadis itu mengeluh dengan cuaca yang terik dan terlebih lagi tak ada tempat untuk mereka duduk.

"Tunggu dulu dong Kin," bujuk Mita padanya.

"Nah tuh ada," ucap Lala tiba-tiba.

Kina dan Mita mengikuti arah pandang Lala.

"Yang mana?" tanya Kina sembari mengedarkan pandangannya.

"Itu Kin. Yang disebelahnya gengnya Arji?" jelas Lala.

Kina memandang tempat itu dengan sedikit terkejut. Terkejut karena keberadaan orang yang ada disitu.

Darrenjun

Kina menggeleng dengan cepat. "Jangan disitu dong. Cari tempat lain aja," bujuk gadis itu.

"Uda ah Kin. Nurut aja. Lagian susah tau nyari tempat," timpal Lala.

Baru saja Kina ingin membantah perkataan Lala.

Lagi.

Tangan Lala lebih dulu menariknya, sehingga mau tak mau ia pun terpaksa menurut kemauan temannya itu.

Darrenjun yang sedang memainkan hapenya mengalihkan perhatiannya seketika. Tatapannya tiba-tiba saja tertuju kearah gadis yang sekarang mendekat ke arahnya. Dan hal yang sama pun dilakukan oleh Kina.

Keduanya saling melempar tatapan satu sama lain.

Entah apa maksud dari tatapan keduanya. Yang jelas keduanya bukan saling tatap karena memiliki rasa satu sama lain.

"Kin, disini gak terlalu panas kan?" tanya Mita padanya dan membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

Kina hanya tersenyum tipis, lalu dengan berat hati Kina pun terpaksa harus duduk disebelahnya Darrenjun. Karena tak ada tempat lain selain ditempat itu, lalu disebelahnya Kina, kedua temannya duduk.

Pertandingan basket baru saja berlangsung dan selama pertandingan berlangsung yang dilakukan oleh Kina hanya memainkan hapenya saja. Karena memang pada dasarnya ia hanya ikut-ikutan berada disitu. Terlebih lagi ia tidak terlalu tertarik dengan pertandingan seperti itu.

Saat gadis itu tengah asyik menscroll berita mengenai drakor terbaru. Tiba-tiba saja Darrenjun menopang dagunya memandang ke arahnya dengan lekat. Entah apa yang ada dipikiran lelaki itu sehingga memandang Kina dengan tatapan sepeti itu.

Awalnya Kina terlihat tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Darrenjun padanya. Tapi, lama kelamaan ia pun merasa risih.

Kina mengalihkan tatapannya dari layar hapenya sesaat, memandang Darrenjun dengan wajah kesal. "Lo ngapain mandangin gue kayak gitu?" tanyanya.

Darrenjun sedikit memundurkan tubuhnya kebelakang menjauhkan wajahnya dari Kina.

"Siapa juga yang mandang ke elo? Lo gak usah GR," bantah Darrenjun.

Kina merotasikan bola matanya dengan malas. "Serah lo," ucapnya dan kembali memainkan hapenya dan larut dengan dunianya sendiri.

"Lo mau nomor gue gak?" tawar Darrenjun dan menyodorkan hp nya pada Kina.

Hampir saja hape yang Kina pegang terjatuh, kalau saja ia tak sigap menangkapnya tadi.

Kina memandang Darrenjun dengan kesal.

"Maaf elo siapa ya?" tanyanya.

Ia sengaja menanyakan hal tersebut karena tak ingin bersangkutan apapun dengan lelaki itu.

Darrenjun tertawa renyah.

"Lo jago akting juga ternyata. Kenapa gak ikut casting aja?" tambahnya lagi.

Kina memilih diam dan tidak menggubris perkataan Darrenjun yang memang tertuju padanya.

Tapi, siapa sangka kalau ternyata Darrenjun semakin semangat menggodanya yang terlihat acuh.

Dan sekarang lelaki itu malah mendekatkan wajahnya kembali pada Kina. "Lo gak kenal gue beneran?"

Kina menghembuskan nafasnya frustasi. Sudah cukup cuaca siang ini begitu terik dan lelaki itu malah memangkas jarak mereka.

"Gak, gue gak kenal elo," ucapnya cepat.

"Yakin?"

Jika jarak sebelumnya masih ada tersisa beberapa centi, berbeda dengan sekarang. Lelaki itu malah membuat jarak mereka hanya tersisa beberapa inchi lagi.

Dan jika dilihat dari depan sana. Pasti banyak yang mengira kalau mereka sedang berciuman.

Sudah hilang kesabaran gadis itu sekarang. Dengan cepat ia langsung berdiri dari duduknya dan segera pergi dari tempat itu.

Mita dan Lala yang tengah asyik menonton pertandingan memandang Kina dengan terkejut.

"Lo mau kemana Kin!?" tanya mereka bersamaan.

"Gue mau pulang," jelas Kina dengan kesal.

"Lah tapi kan pertandingannya belum selesai," rengek Mita.

"Lo dua aja yang lanjutin. Gue mau pulang sekarang. Titik," tegasnya.

"Ya jangan gitu dong Kin," bujuk keduanya.

Kina sudah tidak peduli dengan teriak oleh kedua temannya yang memanggil namanya. Yang terpenting sekarang ia harus pulang kerumahnya. Mendinginkan pikirannya yang lebih panas dari cuaca siang ini.

Dengan langkah cepat gadis itu pergi dari situ.

"Sialan tuh orang.” Kina menendang batu kerikil yang ada didepannya dengan geram. Kerikil yang tak bersalah, yang ia jadikan sebagai pelampiasan. Kina membayangkan wajah Darrenjun saat menendang batu kerikil tersebut.

Tiba-tiba saja tangan gadis itu ditahan oleh seseorang dan membuatnya langsung berbalik.

"Elo!" Pekik gadis itu.

Yang diteriakin hanya memandangnya dengan wajah dingin.

"Lo mau apa sih? LepasinTangan gue!" Bentak Kina.

"Lo mau kemana?" tanya Darrenjun padanya.

"Bukan urusan lo," ketusnya.

Kina berusaha melepaskan cekalan tangan Darrenjun dari tangannya. Tapi sayang, tenaga lelaki itu lebih besar dibandingkan dengan tenaganya.

"Lo tadi cuma bohongkan, kalo lo gak kenal gue?"

Gadis itu sempat melongoh sesaat. Bingung dengan sifat lelaki yang berdiri dihadapannya saat ini. Ia tak habis pikir kalau lelaki itu menahannya hanya karena meributkan masalah yang tak penting baginya. Padahal jelas Darrenjun yang menyuruhnya menjauh dari Kina dan sekarang ia malah bertanya, sungguh konyol.

"Iya gue kenal, terus elo mau apa?" tantang Kina.

Darrenjun tiba-tiba melepaskan cekalan tangannya pada tangan Kina.

"Gue gak mau apa-apa. Gue cuma mau tanya itu doang," jawabnya dengan santai.

Kina mengepalkan tangannya kuat. Dia mulai jengah dengan lelaki yang sedang berdiri dihadapannya ini.

"Apaan sih elo? Gak jelas amat," ketusnya.

Lalu Kina mendorong tubuh Darrenjun dengan kencang. Sehingga lelaki itu terhuyung kebelakang hingga mengenai pagar yang berada disebelah keduanya.

Sepertinya Kina terlalu bersemangat saat mendorong tubuh Darrenjun.

"Aww!" Pekik Darrenjun kesakitan.

Kina sempat berniat kabur dan meninggalkan lelaki itu begitu saja. Menurutnya lelaki itu lah yang bersalah bukan dirinya. Jadi tak ada alasan baginya untuk merasa bertanggung jawab.

Tapi, hati nuraninya tak membiarkan itu terjadi. Gadis itu sekarang malah berjongkok untuk mengecek kondisinya Darrenjun karena ulahnya tersebut.

"Elo gak papa?" tanyanya sedikit panik.

Kina mengulurkan tangannya dihadapan Darrenjun. Bermaksud ingin membantu lelaki itu berdiri.

Darrenjun menepis tangan Kina dengan kasar. "Gak papa gimana? Gue jatuh gara-gara lo gini, lo bilang gak papa,” omel Darrenjun padanya.

Kina merotasikan bola matanya malas. "Salah sendiri siapa suruh gangguin gue tadi,” balasnya tidak kalah sewot.

Darrenjun berdiri sendiri dari posisinya. Lalu ia menepuk-nepuk tubuhnya yang kotor akibat jatuh tadi.

Keningnya Darrenjun tiba-tiba saja keluar darah dan membuat gadis itu panik.

Tergores pagar sepertinya.

"JIDAT LO!" Tunjuk Kina pada keningnya Darrenjun.

Darrenjun mengerutkan dahinya. Merasa bingung dengan ucapan Kina barusan. "Kenapa jidat gue?" tanyanya.

"Berdarah,” ucap Kina cepat.

Darrenjun mengecek jidatnya sendiri dengan tangannya dan benar saja, ada penampakan darah ditangannya.

"Elo—“

Baru aja lelaki itu ingin mengomel. Dengan cepat Kina langsung menarik tangannya untuk mengikutinya.

Kina membawa Darrenjun duduk diatas kursi batu yang ada dipinggir parkiran motor. Lalu gadis itu mengeluarkan peralatan P3K mini miliknya dari dalam tasnya.

"Lo jangan gerak dan gak boleh ngomong dulu,” peringat Kina.

Darrenjun menurut. Lelaki itu memilih untuk diam dan lagi dia memang sama sekali tak ada niat untuk berbicara saat ini.

Sebelum mengobatin lukanya Darrenjun, Kina membersihkan tangannya terlebih dahulu menggunakan tisu basah agar tangannya menjadi steril.

Setelahnya, dengan telaten gadis itu mengobati lukanya Darrenjun secara hati-hati.

Selama proses pengobatan yang dilakukan oleh Kina. Tak ada satupun diantara mereka yang membuka suara. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Dan lelaki itu pun terus memperhatikan raut wajah Kina yang begitu terlihat serius mengobatin lukanya. Entah apa yang ada dipiran lelaki itu mengenai Kina.

"Selesai,” ucap Kina dengan semangat setelah selesai menempelkan plaster bergambar bintang pada jidatnya Darrenjun.

Sedikit memundurkan tubuhnya Darrenjun akhirnya membuka suara. "Akhirnya gue bisa nafas juga.”

"Engap gue dari tadi,” sambungnya.

Kina memandang Darrenjun dengan kesal.

"Kok elo jadi orang nyebelin banget sih? Tuh mulut isinya merica kali ya,” ucap Kina.

"Sembarangan lo kalo ngomong,” bantah Darrenjun tak terima.

"Emang beneran.”

Darrenjun baru saja ingin berdiri dari duduknya tapi gadis itu menahannya.

"Kenapa?" tanya Darrenjun sedikit tak suka.

"Tangan lo masih luka.” Tunjuk Kina kearah tangannya Darrenjun.

Darrejun hanya berdehem saja dan membiarkan gadis itu mengobati lukanya kembali.

"Lo sehari-harinya emang suka bawa ginian?" tanya Darrenjun sambil mengubek isi dari dalam kotak P3K milik Kina.

Kina mengangguk. "Iya, soalnya gue itu orangnya ceroboh banget. Makanya buat jaga-jaga mama nyuruh gue bawa ginian,” katanya dengan cengiran.

"Kelihatan kok,” jelas Darrenjun dan membuat senyuman Kina luntur seketika.

Setelah mengobatin dan memastiin bahwa tak ada lagi luka yang disebabkan olehnya. Kina menyimpan seluruh perlengkapannya kembali didalam kotak P3K miliknya dan memasukannya kedalam tasnya.

Darrenjun berdiri dari duduknya dan diikutin oleh Kina.

"Lo mau balik sekarang?" tanya Darrenjun  basa basi pada Kina.

Kina memandang Darrenjun dengan kening berkerut. "Kok lo jadi kepo?" Sindirnya.

"Siapa yang kepo? Gue cuma basa basi tadi. Lagian terserah lo mau jawab atau enggak.”

Setelahnya lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Kina sendirian.

Kina hanya menggelengkan kepalanya memandang punggung Darrenjun yang mulai menjauh darinya dalam diam.

"Dasar cowok aneh, uda di obatin bukannya ngomong makasih kek. Malah ngajak ribut mulu,” ucapnya pada bayangan Darrenjun yang telah pergi.

...💗Cutton Candy💗...

...Jangan lupa vote ya guysss...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!