Haunted Doll'S

Haunted Doll'S

Chapter - 01

"Mmmmm! Mmmmm! Mmmmmm!"  Sarah Caitlyn Yoseph berusaha keras menarik perhatian kakanya agar menoleh ke arahnya.

Latisha Calina Yoseph hanya menoleh selintas dari novel yang sedang di bacanya, untuk melihat ada apa gerangan adiknya memanggilnya. Bukannya melihat wajah cantik adiknya itu, mata Latisha justru tertuju pada gelembung bulat biru muda yang hampir seukuran kepala Sarah.

"Bagus juga"  ucap Latisha sambil tersenyum, lalu mendadak dia menusuk gelembung itu sampai pecah.

"HEI!" Sarah memekik ketika gelembung permen karet biru muda itu meletus di kedua pipi dan dagunya.

Latisha tertawa. "Hahaha... kena kau."

Dengan marah Sarah merampas buku kakaknya dan menutupnya dengan cepat. "Whoops-sampai halaman mana hayoo!!" serunya. Dia tahu jika kakaknya sebal sekali jika kehilangan lembar halaman yang sedang di bacanya.

"Sini kembalikan padaku!!" Latisha merampas kembali buku tersebut sambil cemberut.

Kemudian Sarah berusaha menarik permen karet biru muda di wajahnya. "Baru kali ini aku bisa meniup gelembung sebesar itu," ucapnya dengan kesal sambil terus menarik permen karet di dagunya yang sedari tadi tidak mau lepas.

"Aku pernah meniup yang jauh lebih besar dari itu,"  Latisha menyahut sambil menyeringai sombong, membusungkan dadanya.

"Astaga, kalian berdua ini," Ibunda mereka mengomel sambil masuk ke kamar kedua anak gadisnya, dan menaruh tumpukan pakaian yang sudah dilipat rapih di sudut tempat tidur. "Gelembung permen karet saja kalian ributkan!" ucap Laura.

"Kami tidak ribut Mom, kami hanya sedang bercanda" gerutu Latisha. Gadis cantik itu menyibakan rambut pirangnya yang di ikat dan meneruskan membaca bukunya.

Kedua gadis itu sama-sama memiliki rambut pirang lurus, tetapi rambut Latisha panjang dan bisa di ikat ke belakang atau pun ke samping. Sedangkan rambut Sarah di potong sangat pendek.

Kakak beradik beda satu tahun ini sangatlah mirip, sehingga banyak orang yang mengira jika mereka adalah saudari kembar.

Mereka sama-sama mempunyai dahi lebar dan bermata biru bulat, sama-sama punya lesung pipi kalau tersenyum, dan sama-sama mudah bersemu merah merona di pipi mulus mereka. Namun keduanya menganggap hidung mereka agak sedikit lebar seperti kipas tangan, milik ibu-ibu yang sering di pakai saat kondangan.

"Sudah lepas semua, belum?" tanya Sarah sambil menggosok-gosokan dagunya yang  biru dan lengket akibat permen karet yang menempel di wajahnya.

"Belum semuanya," ucap Latisha sambil mengangkat wajah. "Ada sedikit tuh di rambutmu."

"Oh hebat sekali kau ini," gerutu Sarah Ia meraba-raba rambutnya, namun ia tidak menemukan sedikit pun permen karet di rambutnya.

"Kena lagi kau hahah..." ucap Latisha sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau ini gampang sekali tertipu!"

Sarah mengeram marah. "Kenapa sih kakak selalu jahat sekali padaku?" tanya Sarah kepada kakaknya.

"Aku? Jahat?" Latisha terbelalak dengan lagak tak bersalah. "Bukakah aku kakak yang terbaik di dunia? Coba kamu tanyakan saja pada Mommy atau Uncle"

Dengan jengkel Sarah menoleh ke arah Ibundanya yang sedang memasukan baju-baju kedalam lemari pakaian. "Mom, kapan aku punya kamar sendiri?" tanyanya.

"Nanti, tahun depan," sahut Laura sambil tersenyum

Sarah mengerang. "Dari dulu Mommy selalu saja bilang begitu" protesnya. Laura  mengangkat bahunya. "Kau kan sudah tahu, jika di rumah ini sudah tidak ada ruangan kosong lagi Sarah." Ia menoleh ke jendela kamar. Sinar matahari cerah menyeruak masuk dari tirai-tirai tipis.

"Hari ini sangat cerah. Kenapa kalian di kamar saja?" tanya Laura.

"Mom, kami bukan anak kecil lagi," ucap Latisha sambil merotasikan bola matanya. "Aku sudah lima belas tahun, dan dia sudah empat belas tahun. Kami sudah terlalu besar untuk bermain-main di luar."

"Sudah lepas semua, belum?" Sarah bertanya lagi, masih sambil melepaskan sisa-sisa permen karet biru muda di dagunya.

"Biarkan saja warna kulitmu jadi kebiru-biruan seperti hantu," sahut Latisha.

"Kenapa sih kalian tidak bisa akur, sebentar saja? Kalian berdua ini saudara kandung" ucap Laura sambil menghela napas beratnya.

Tiba-tiba terdengar gonggongan nyaring dari bawah. "Nah, kenapa lagi si Milo?"

Laura mengomel. Anjing pudel cokelat kecil itu selalu saja menggonggongi sesuatu. "Kenapa tidak ajak Milo jalan-jalan?"

'Akh malas sekali rasanya' gumam Latisha dalam hati, ia tak berani mengutarakannya karena takut mommynya mengomel lagi, ia kembali asyik dengan novelnya.

"Bagimana dengan sepeda baru kalian, hadiah ulang tahun kalian tahun ini?" ucap Laura sambil berkacak pinggang "Bukankah itu hadiah yang kalian inginkan? mengapa sekarang hanya di simpan saja di garasi?"

"Okay, okay, Tidak perlu mengomel seperti itu Mom," ucap Latisha sambil menutup bukunya, ia berdiri meregangkan badannya, dan melemparkan bukunya ke tempat tidur.

"Aku mau ikut ya" ucap Sarah kepada Latisha.

"Kemana?"

"Ya ikut denganmu, jalan-jalan naik sepeda ke lapangan. Siapa tahu saja ada teman-teman kita di sana"

"Halah, bilang saja kamu mau ingin bertemu Daniel" ucap Latisha sambil menyeringai "Masih kecil sudah main naksir-naksiran" lanjutnya.

"Lalu?" sahut Sarah dengan wajah yang mulai memerah.

"Sudah sana kalian cari udara segar, Mommy mau ke supermarket sebentar dulu ya" ucap Laura sambil meninggalkan kamar anak-anaknya.

Sarah berkaca di depan cermin lemari pakaiannya, ia melihat sebagian besar permen karetnya sudah lepas, kemudian ia menyisir rambut pendeknya dengan jari jemarinya. "Ayo kita keluar," ucapnya. "Yang keluar belakangan pecund*ng." Sarah berlari ke arah pintu, mendahului kakaknya.

Sewaktu mereka berhambur keluar dari pintu belakang kediamannya terdengar gonggongan nyaring suara Milo, namun mereka tak menghiraukannya dan tetap menuju garasi untuk mengambik sepeda.

Matahari siang bersinar tinggi di langit yang tak berawan serta udara kering dan hening. Kedua gadis itu mengenakan celana pendek dan kaus oblong. Latisha menarik pintu garasi kediamannya, namun ia berhenti sejenak melihat rumah yang berada di sebelah rumahnya yang tiba-tiba saja menarik perhatiannya.

"Tembok rumahnya sudah jadi" ucapnya kepada Sarah, sambil menunjuk ke arah rumah tersebut.

"Cepat sekali pembangunan rumah baru itu, sungguh luar biasa," ucap Sarah, mengikuti arah tatapan Latisha.

Dua bulan lalu para pekerja bangunan telah merobohkan rumah yang lama, kemudian tak lama kemudian beton sudah mulai di buat. Sarah dan Latisha pernah sekali mengitari rumah baru tersebut, tentu saja pada saat para pekerja sedang libur, mereka berdua mengira-ngira letak ruangan-ruangan yang berada di dalam rumah tersebut.

Dan sekarang tembok-temboknya sudah selesai di bangun, terasa sangat cepat.

"Hari ini para pekerja sedang libur," ucap Latisha.

Mereka berdua melangkah mendekati rumah baru tersebut "Menurutmu siapa yang akan tinggal di rumah itu?" tanya Sarah.

"Kalau menurutku nih ya. Cowok keren, tinggi, putih dan tidak jauh umurnya dengan kita. Atau mungkin juga dia punya kakak atau adik yang usianya tidak jauh seperti kita, tapi yang pasti harus keren!!" ucap Sarah.

"Iiih di otakmu hanya ada cowok!" Latisha memasang wajah muak. "Bisa-bisanya aku punya adik sepertimu."

Sarah sudah terbiasa dengan kesinisan kakaknya, namun meskipun demikian Sarah tetap menyayanginya.

Terpopuler

Comments

Bunda Elsa Caca

Bunda Elsa Caca

maaf y mbk Ir aq baru sempet. mampir

2022-07-13

0

ㅤKᵝ⃟ᴸNAUra u FALLing in❤️𝐙⃝🦜

ㅤKᵝ⃟ᴸNAUra u FALLing in❤️𝐙⃝🦜

semangat berkarya Thor 💪💪💪

2022-07-09

0

ᴋᴀɪᴢᴇʀ⸙ᵍᵏ

ᴋᴀɪᴢᴇʀ⸙ᵍᵏ

jejak

2022-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!