Seorang anak?
Sarah mengeluarkan hembusan napas pelan, menatap ngeri saat kakanya mengangkatnya keluar dari tumpukan sampah.
Sarah bisa melihat wajah orang itu, membeku dengan tatapan mata terbelalak, rambut panjang cokelat orang itu terurai kaku di atas kepalanya, dia tampak mengenakan dress abu-abu. Lengan dan kakinya menjuntai lemas.
"Latisha!" panggil Sarah, tenggorokannya ketat dengan ketakutan. "Apa itu - Apa dia hidup...?" jantungnya berdegup dengan kencang.
Latisha memeluk benda malang itu di tangannya.
"Apakah dia hidup?" ulang Sarah.
"Hahaha... Tidak. Tak hidup!" kata Latisha dengan gembira.
Dan lalu Sarah sadar bahwa itu bukan anak-anak.
"Sebuah boneka!" jeritnya, Latisha mengangkatnya. "Sebuah boneka yang sangat cantik sekali." ucapnya. "Seseorang membuangnya. Apa kau percaya? Dia dalam kondisi sempurna."
Latisha menoleh ke arah Sarah dan melihat wajah ketakutannya "Sarah, apakah kau pikir dia benar-benar seorang anak kecil?" Latisha tertawa mengejek.
"Tentu saja tidak," elak Sarah.
"Bodoh sekali kamu," Latisha memeriksa secara keseluruhan kondisi boneka tersebut, kemudian ia beranjak dari tempat sampah menghampiri Sarah.
"Aku benar-benar seorang anak!" Latisha menirukan suara seorang anak kecil sambil menyodorkan boneka tersebut ke arah Sarah.
"Dasar menyebalkan," ucap Sarah sambil merotasikan bola matanya.
"Aku tak menyebalkan. Kamu yang menyebalkan!" Latisha kembali menirukan suara anak-anak, namun kali ini dengan suara yang lebih tinggi dan melengking. Dia menggerakan tangannya dan memainkan boneka tersebut.
"Pasti dia tidur dengan serangga atau tikus, selama berada di tempat sampah itu," ucap Sarah, memasang wajah jijik melihat boneka tersebut. "Buang dia, Latisha" pinta Sarah.
"Tidak," ucap Latisha sambil menyisir rambut boneka itu dengan jarinya. "Aku akan menyimpan dan menyayanginya."
"Dia akan menyimpan dan menyayangiku," ucap Latisha kembali menirukan suara anak kecil seolah boneka itulah yang sedang berbicara.
Sarah menatap curiga pada boneka itu, rambutnya yang cokelat panjang, matanya yang biru bergerak hanya di sisi kanan dan yang kiri tak bisa berkedip, selain itu boneka itu juga memiliki bibir di cat merah terang, melengkung ke atas menjadi senyum menakutkan.
Boneka itu mengenakan dress berwarna abu-abu, berkerah putih dan mengenakan sepatu cokelat besar yang melekat pada ujung kaki kurusnya yang menggantung.
"Namaku Lilly," Latisha kembali membuat suara anak-anak.
"Sangat tidak cocok dengan nama itu" Sarah menampar boneka tersebut hingga terjatuh, kemudian pergi meninggalkan kakaknya.
"Ihhhh menyebalkan sekali, aku balas kau nanti" Latisha mengambil boneka tersebut kemudian mengejar Sarah.
"Sudahlah, bukankah tadi kita mau ke taman. Jadi atau tidak?" tanya Sarah.
"Bilang saja kamu ingin bertemu dengan Daniel" Latisha berhasil menyusul Sarah dan meberikannya satu pukulan keras di pundak Sarah untuk membalas karena menjatuhkan bonekanya tadi.
"Iiih, sudahku bilang buang saja boneka jelek itu," ucap Sarah dengan tidak sabar.
"Aku tidak jelek," ucap Lilly dalam suara Latisha. "Kau yang jelek!"
Sepintas Sarah melihat jika bibir Lilly bergerak saat Latisha berbicara "Astaga, Latisha. Apa kau lihat tadi jika bibirnya bergerak?" tanyanya terkejut sekaligus merinding.
"Apaan sih kamu, aku tidak melihat apa-apa. Bilang saja kau mau aku membuangnya" elak Latisha.
"Aku serius, Latisha" ucap Sarah mencoba meyakinkan Latisha.
"Aku tidak sepertimu yang mudah tertipu," Latisha menatap tajam.
"Jadi kamu benar-benar akan menyimpannya?" teriak Sarah.
"Aku suka Lilly. Dia manis," ucap Latisha, memeluk boneka tersebut.
"Aku manis," Latisha membuat suara Lilly. "Dan kau jelek."
"Diamlah!" bentak Sarah kepada boneka itu.
"Kau yang tutup mulut!" Lilly menjawab, dalam suara Latisha yang melengking tinggi.
"Jika nanti boneka itu membuat masalah, aku tidak akan membantumu!" Sarah kembali berjalan terlebih dahulu dari Latisha.
"Sarah, bukankah kamu tahu jika dari dulu aku selalu menyukai boneka-boneka?" tanya Latisha. "Ingat wayang golek milikku? Dulu aku bermain dengannya selama berjam-jam."
"Ya, tapi ini beda Latisha"
"Hanya jenisnya saja yang beda, aku suka lilly." Latisha terus mempertahankan bonekanya.
"Okay, lalu apa yang akan kau lakukan dengan boneka ini?" tanya Sarah.
"Aku tidak tahu. Mungkin aku akan membuat pertunjukan dongeng bersama anak-anak kecil di lapangan," ucap Latisha berfikir, sambil memindahkan Lilly ke lengan yang satu laginya. "Aku berani bertaruh aku bisa mendapatkan uang dengannya, nanti kita akan muncul di pesta ulang tahun anak-anak untuk mendongeng."
"Selamat ulang tahun!" Latisha membuat suara Lilly. "Berikan Lilly uang!"
Sarah tak tertawa sama sekali, ia justru terlihat sinis.
Di sepanjang jalan di depan rumah mereka, Latisha terus memeluk Lilly dengan satu lengannya.
"Kau harus mengembalikannya lagi ke tempat sampah tadi," ucap Sarah sambil menendang kerikil besar di seberang jalan.
"Tidak," desak Latisha.
"Tidak," Latisha berkata membuat suara Lilly, sambil menggelengkan kepala Lilly "Aku yang akan menempatkanmu ke dalam tempat sampah!"
Latisha tertawa terbahak-bahak, sedangkan Sarah mengerutkan keningnya.
"Kau cemburu?" tanya Latisha.
"Hah? cemburu?"
"Iya cemburu, karena aku yang menemukan Lilly sedangkan kau tidak."
Sarah protes karena di anggap cemburu oleh Latisha, padahal perasaannya tidak enak terhadap boneka tersebut, namun sayangnya Latisha tak menghiraukannya.
Di tengah ocehan Sarah, keduanya mendengar suara Marsha (anak tetangga) yang berjalan ke arah mereka. Dia sangat lucu, berambut pirang dan terkadang Latisha dan Sarah mengasuhnya saat orang tua Marsha sibuk.
"Apa itu?" tanya Marsha, menunjuk ke arah Lilly.
"Apa dia berbicara?" tanya saudara laki-lakinya, Ben, yang juga mendekat ke arah Latisha mengikuti Marsha.
"Hai, namaku Lilly!" Latisha membuat boneka itu memanggil dengan memegang tangan Lilly agar melambaikan tangannya ke arah Marsha dan Ben.
"Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Marsha.
"Apa matanya bergerak?" tanya Ben.
"Apa matamu bergerak?" tanya Lilly pada Ben.
Marsha dan Ben tertawa melihat Lilly yang terlihat sangat menggemaskan, Ben meraih tangan Lilly
"Aduh, jangan kencang-kencang memegang tanganku!" teriak Lilly.
Ben melepaskan tangan Lilly, lalu ia dan Marsha jatuh dalam tawa riang gembiranya.
"Hahaha...!" Latisha membuat Lilly juga tertawa sambil memiringkan kepalanya ke kananan dan ke kiri.
Anak-anak itu berfikir jika hal itu sangat lucu, mereka berdua tertawa lebih keras lagi. Senang dengan respon yang di dapatkannya, Latisha melirik ke arah adiknya.
'Dia cemburu dan merasa tersaingi oleh keberadaan lilly, Aku pasti akan menjaga Lilly!' gumam Latisha, diam-diam ia senang dengan kemenangan kecilnya.
Sarah sedang duduk di tepi jalan, memeluk kepalanya dengan tangannya, dan wajahnya nampak kesal. Sarah melihat bahwa anak-anak benar-benar menyukai Lilly, dan Latisha mendapatkan semua perhatian dari anak-anak. Ia menatap mata biru terang boneka itu, yang mengejutkan adalah, boneka itu tampak menatap juga ke arahnya sambil tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Bunda Elsa Caca
boneka hantu,,hii serem
2022-07-13
1
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Menatap ke arah nya sambil tersenyum devil nya! Njirr mengerikan di kasih senyumannya itu😈😈
2022-07-10
2
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Makin seru, semoga tidak jahat sperti annabell👻
2022-07-10
1