"Who's calling??" tanya Nathan, sambil memasukan sesuap spaghetti ke dalam mulutnya.
Nathan merupakan paman atau adik kandung dari Alm.Yoseph (Ayahanda Latisha dan Sarah), ia baru saja tinggal dan menetap di Indonesia setelah sebelumnya ia tinggal di luar negeri, sehingga ia belum terlalu fasih berbahasa Indonesia.
Sarah dan Latisha meminta Nathan tinggal bersama, sebagai penghibur duka pasca kepergian daddynya enam bulan yang lalu. Nathan pun tak merasa keberatan untuk tinggal dengan kedua keponakannya, dengan latar belakangan pendidikannyang cukup bagus, tak sulit bagi Nathan untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta.
Latisha menyelinap kembali ke tempat duduknya di meja makan. "Itu Mommynya Marsha, tetangga sebelah rumah," jawab Latisha.
"Apa dia ingin memintamu untuk menjaga Marsha lagi?" tanya Laura, meraih mangkuk salad, kemudian menoleh ke arah Sarah. "Kamu tidak mau salad?" tanya Laura kepada Sarah.
Sarah menyeka saus spaghetti dari dagunya dengan serbet. "Nanti saja Mom," jawab Sarah.
"Dia ingin aku dan Lilly tampil pada pesta ulang tahun Marsha," ucap Latisha.
"Good. Your first job," ucap Nathan, senyum manis melintasi wajah tampannya.
"Marsha dan Ben begitu sangat menyukai Lilly, mereka ingin sekali agar Lilly tampil dalam acara ulang tahunnya," ucap Latisha. "Mommynya Marsha akan membayarku tiga ratus ribu, untuk penampilan perdana Lilly." ucap Latisha dengan penuh semangat mendapatkan job pertama yang tak disangka-sanganya.
"Itu bagus, jangan sia-siakan kesempatan yang ada!" seru Laura.
"Aku ingin bisa membantu Mommy, mencari uang," ucap Latisha, terkadang ia merasa tak tega melihat mommynya harus bekerja keras untuk membiayai sekolah dirinya dan adiknya sejak daddynya meninggal karena kecelakaan.
"Terima kasih ya Nak" Laura mengelus lengan Latisha dengan lembut, "Tapi kamu tetap rioritaskan pelajaranmu ya, Mommy tidak ingin ini mengganggu pelajaranmu di sekolah" lanjut Laura.
"Tentu saja Mom," Latisha tersenyum menganggukan kepalanya.
Sudah seminggu sejak Latisha menyelamatkan Lilly dari tempat sampah, Latisha menghabiskan waktunya berjam-jam untuk berlatih bersama Lilly. Bekerja dengan suaranya dan memikirkan lelucon untuk tampil dengannya di pesta ulang tahun Marsha nanti.
Latisha bukan hanya berlatih di rumahnya saja, namun ia juga berlatih di sekolah. Pada hari jum'at lalu, Latisha membawa Lilly ke sekolah. Ia membuat pertunjukan kecil di kantin sekolahnya, sekelompok teman - temannya berkumpul mengelilinginya menonton pertunjukannya.
Mereka bersorak dan berteriak-teriak menyaksikan pertunjukan Latisha dan Lilly, tak terkecuali dengan Daniel Artado, pria yang di taksir Sarah itu pun ikut bersorak. Mereka semua tertawa bahagia melihat aksi Lilly dan Latisha.
'Dia benar-benar mempermalukan dirinya sendiri' batin Sarah, ia memperhatikan Latisha dari kejauhan kemudian ia pergi meninggalkan kantin sekolahnya dan memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan sekolah.
Malam harinya setelah makan malam, Latisha dan Sarah mencuci dan mengeringkan piringnya masing-masing yang telah mereka gunakan. Kemudian Latisha bertanya kepada mommynya "Mom, bolehkah aku setiap hari mempraktekan komediku kepada Mommy dan Uncle?" tanya Latisha.
"Tentu saja, sayang" dengan senang hati, Laura bersedia menonton putrinya berlatih,
"Thank you Mom," Latisha bergegas ke kamarnya untuk mengambil Lilly.
Laura dan Nathan duduk di sofa, menunggu Latisha yang tengah mengambil Lilly.
"Mybe, she want to become a television star?" ucap Nathan.
"Mungkin" sambil tersenyum Laura menganganggukan kepalanya, setuju. Ia tak kebaran dan justru merasa sangat bangga terhadap bakat yang di miliki putri sulungnya.
Milo menggonggong dan naik ke atas sofa, duduk di antara Nathan dan Laura. Ekor kecilnya bergoyang-goyang dengan penuh semangat.
"Kau tahu kan Milo, kau tak di izinkan naik ke sofa?" tanya Laura menghela nafasnya, ia beranjak dari tempat duduknya mengusir Milo.
Sarah duduk menjauh dari yang lain, di dekat anak tangga, memeluk dagu dengan tangannya.
"Kau tampak sedih malam ini, apa ada masalah?" tanya Laura, ia menghampiri Sarah setelah memasukan Milo ke kandangnya.
"Bisakah aku mendapatkan boneka, juga?" tanya Sarah.
Sebetulnya ia tak benar-benar menginginkannya namun karena lama kelamaan ia merasa semua orang mengabaikannya, maka ia juga menginginkan memiliki boneka yang benar-benar boneka, bukan yang seperti kakaknya miliki yang baginya terlihat sangat menyeramkan.
"Kamu mau juga?" tanya Laura.
"Hu'um, boleh ya Mom" pintanya kembali.
Latisha kembali ke dalam ruangan, membawa Lilly di lengannya. "Tidak!!!" ucap Latisha, menyambar pembicaraan antara mommynya dan Sarah "Bukankah waktu itu kau menghina Lilly? Mengapa sekarang kau juga mau? Dasar peniru!!"
"Aku memang menginginkan sebuah boneka tapi yang normal, tidak seperti yang punyamu yang sangat menyeramkan itu," ucap Sarah.
"Menghina saja kejaanmu, pergilah ke atas dan kerjakan koleksi perhiasan sampahmu itu, Itu hobimu. Biarkan aku menjadi seorang pendongeng dan pelawak!!" ucap Latisha dengan kesal.
"Girl's...." Nathan mulai mengangkat tangan agar Sarah dan Latisha tenang "Please stop fighting," ia mencoba menengahi keduanya agar tak terus menerus bertengkar.
"Aku berpikir jika aku bisa lebih baik dari Latisha," ucap Sarah. "Maksudku, Latisha sama sekali tak lucu."
"Dasar peniru," ucap Latisha, menggelengkan kepala. "Kau telah merendahkanku sepanjang minggu ini.Tapi sekarang aku tahu mengapa kamu berubah pikiran. Kamu marah karena aku akan dapat uang dan kamu tidak." tunjuk Latisha.
"Please, kali ini Mommy benar-benar berharap kalian berdua tak berdebat lagi,"ucap Laura, kesal.
"Lalu, bisakah aku punya boneka?" tanya Sarah.
"Boneka seperti itu sangat mahal Sarah," jawab Laura. "Yang bagus harganya bisa sampai puluhan juta, bahkan ada yangnsampai ratusan juta."
Laura berpikir jika dirinya tak mampu untuk membelinya sekarang." "Mengapa kalian berdua tak berbagi Lilly ?" Saran Laura.
"Hah?" Latisha mulut terganga terbuka sebagai protes atas ide dari mommynya.
"Bukankah kalian berdua selalu berbagi segalanya?" lanjut Laura. "Jadi kenapa kalian tak berbagi Lilly?"
"Tapi, Mom -" rengek Latisha sedih, ia benar-benar tak ingin berbagi lilly dengan Sarah yang selalu menghinanya.
"Good idea," sela Nathan.
"Cobalah. Mommy yakin setelah kalian berbagi untuk sementara waktu, salah satu dari kalian akan kehilangan minat untuk bermain Lilly."
Sarah mengulurkan tangan untuk boneka itu. "Aku tak keberatan berbagi," katanya pelan, mencari persetujuan di mata saudaranya akan ide itu. "Bisakah aku memegangnya cuma sebentar?" pintanya.
Latisha memeluk erat Lilly, ia sama sekali tak ingin berbagi Lilly dengan Sarah. Tiba-tiba kepala boneka itu miring ke belakang dan mulutnya terbuka lebar.
"Pergilah, Sarah!" ia menggeram dengan suara parau keras. "Pergi kau orang bodoh!" Sebelum Sarah bisa mundur, tangan Lilly terangkat, dan ia menampar keras-keras di wajah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Hantu juga punya perasaan, tidak diterima selalu di ejek dan di acuhkan! Begitupun di dunia kenyataan, maka klau bisa kita harus saling mengerti dan memahami 👻
2022-07-10
1
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Kalau udah ekor anjing mengbas ngibas pertanda milo ingin di ajak main juga!
2022-07-10
1
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Lah itu mah bukan mempermalukan diri, tapi menampilkan diri karena bakat! Parah ini sarah
2022-07-10
1