Secantik Kupu-kupu

Secantik Kupu-kupu

Bab 1. Jelita si anak berbakti

Hari Sabtu di sebuah Universitas ternama dan terbaik di Negeri ini. Seorang gadis tengah membersihkan sebuah halaman dari banyaknya guguran daun kering.

"Srek! ... srek! ... srek! ...."

Suara dari sapu lidi memecah keheningan di sebuah kampus yang tengah sepi karena para mahasiswanya masih menikmati libur semester.

"Jelita!" panggil seorang Bapak tua pengurus kebun.

Jelita menoleh ke sumber suara sambil tersenyum dia bertanya, "Iya Pak Budi, ada apa memanggil saya?"

"Istirahat dulu, mari duduk temani Bapak. Oiya bagaimana dengan keadaan Ibumu?" tanya pria ini sesekali mengusap peluh di dahinya.

Jelita menunduk, dia merasa sedih jika mengingat kondisi Ibunya yang sedang sakit, dengan berusaha tegar Jelita membalas pertanyaan tersebut. "Ibu masih sama, belum ada kemajuan."

Pak Budi merasa iba, apa daya dia hanyalah orang miskin dan tidak sanggup membawa seorang teman untuk berobat. Tanpa terasa Pak Budi menghela nafas panjang, beliau mengambil sesuatu dari saku baju lusuh yang dia kenakan lalu memberikannya kepada Jelita.

"Ini Bapak ada sedikit uang, kamu bisa pakai untuk beli lauk."

Jelita menolak pemberian dari Pak Budi, dia merasa telah banyak berhutang dengan beliau. "Tidak perlu Pak, hutang kemarin saja saya belum kembalikan."

Pak Budi tersenyum kemudian meraih tangan Jelita yang masih memegang sapu lidi. "Jangan dianggap hutang. Bapak ikhlas memberikan ini untuk kamu, Nak."

"T-tapi Pak ...."

"Tidak usah menolak, ambil saja. Bapak lanjut bekerja lagi ya." Pak Budi meninggalkan Jelita dan kembali bekerja.

Pemberian dari Pak Budi membuat Jelita menangis haru. Walau uang yang berada di tangannya itu hanya bernilai sepuluh ribu rupiah, tetapi bagi Jelita yang terlahir sebagai seorang anak miskin rejeki tersebut amatlah sangat berharga.

Jelita menghapus air matanya lalu berjalan mendekati Pak Budi, dia meraih tangan pria tua tersebut dan menatapi sebuah tangan dengan sedikit keriput dan berwarna kehitaman akibat sengatan matahari.

Sambil memejamkan kedua mata, Jelita meletakkan keningnya diatas punggung tangan Pak Budi dan berucap, "Terima kasih Pak, Jelita mohon pamit sebentar untuk melihat Ibu."

"Sama-sama, pergilah dan cepat kembali."

Pak Budi mengusap atas kepala Jelita dan menatapi gadis muda tersebut dari kejauhan, dengan hati pedih dia harus melihat perjuangan anak semuda itu dalam menjalani kehidupan yang begitu berat.

"Anak yang malang, sejak kecil sudah di tinggal ayahnya. Sekarang harus menghidupi diri sendiri dan juga mengobati ibunya yang sedang sakit." Pak Budi terus bergumam dalam hati sesekali dia menggelengkan kepala karena memikirkan kerasnya hidup ini.

***

Yah! Dunia ini memang tak adil bagi sebagian orang termasuk Jelita, dengan langkah kaki terus bergerak dia menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

Bubur hangat polos seharga lima ribu rupiah dia genggam dengan erat, berharap ibunya tidak kelaparan padahal dia sendiri sudah merasakan perih pada lambungnya.

"Kreeott ...."

Pintu dari kayu rapuh itu dibuka dengan perlahan. Sambil mengucapkan salam, Jelita masuk dan bergegas menghampiri Ibunya. Tanpa membuka sendal jepit usang miliknya, Jelita masuk menapaki lantai yang masih berupa tanah merah.

Dia mendapati Ibunya yang tengah terbaring di atas sebuah kasur lapuk, Jelita menggapai tangan sang Ibu yang sedikit bengkok dan terlihat kaku lalu mencium punggung tangan nya.

"Jelita mampir bawa makanan, tunggu sebentar ya Bu Jelita mau ambil mangkok dulu."

Jelita bergegas ke dapur untuk mengambil sebuah mangkok dan juga sendok lalu membuka bungkus bubur yang dibelinya dan menuangkan ke atas mangkok seadanya yang sudah dicuci bersih.

"Ibu makan siang dulu ya."

Tubuh lemah itu dia sandarkan di kepala ranjang agar sedikit meninggi, lalu dengan perlahan dan sabar Jelita mulai menyuapi Ibu yang kesulitan makan dikarenakan stroke yang membuat tubuh Ibu lumpuh sebagian.

Indera perasa Ibu bergetar seperti ingin berbicara dan menanyakan sesuatu kepada putrinya. Jelita yang paham akan kekhawatiran sang Ibu dengan cepat dia berkata, "Jelita sudah makan Bu."

Sesuap demi sesuap sendok berisi bubur lunak itu masuk ke dalam indera perasa Ibu, sambil sesekali Jelita menjedanya dengan menyendok air minum agar memudahkan Ibu untuk menelan bubur.

Ibu berhenti dia memberi tanda jika dirinya telah cukup makan dengan menutup rapat bibirnya dan memejamkan mata.

"Bagus Ibu makan nya banyak sekali, Jelita taruh mangkoknya dulu ya," ucap Jelita kepada Ibunya lalu pergi menuju dapur setelah memberi minum kepada Ibu.

"Masih ada sisa sedikit, sayang jika di buang," batin Jelita merasa mubazir.

Jelita menatap bubur sisa tersebut dan tak terasa dia meneguk ludah, kedua tangannya sedikit gemetar karena rasa lapar yang dia alami. Lalu tanpa rasa jijik dia menghabiskan bubur sisa itu sampai habis.

Sehabis menyuapi Ibu makan, anak berbakti ini tidak lupa memberi obat dan juga membersihkan yang kotor dari tubuh sang Ibu. Tidak ada rasa jijik atau mengeluh sedikitpun dalam mengurus Ibunya, karena dalam hati dan pikirannya Ibu adalah seorang malaikat berhati mulia.

Serasa Ibu telah merasa nyaman, Jelita kemudian berpamitan. "Jelita kembali kerja ya Bu." Tidak lupa dia menitipkan kembali kepada tetangga sebelah rumah agar memberitahukan kabar apapun tentang Ibu.

"Terima kasih Bi, Jelita titip Ibu dan secepatnya Jelita akan pulang ke rumah sehabis bekerja," ucap Jelita begitu hormat dan sopan.

"Tidak apa Jelita, biar Ibu kamu Bibi yang jaga ya. Kamu kerja saja yang rajin. Ini ada makan siang buat suami Bibi, tolong berikan ya," balas Bi Sumi lalu menyerahkan nasi bungkus kepada Jelita.

Jelita mengambil bungkus nasi tertutup kantong kresek tersebut lalu membalas perkataan Bi Sumi. "Iya Bi, nanti Jelita kasih ke Pak Budi. Jelita pamit ya Bi."

"Hati-hati."

Jelita kemudian pergi ke kampus kembali untuk bekerja, menyelesaikan kembali pekerjaannya yang tertunda.

……………………………………………………………………………

Mansion Chandra Putra.

Sementara itu di halaman sebuah Mansion mewah, seorang pria muda tampan sedang memanaskan sebuah kuda besi miliknya.

"Broom! broom!"

Pria itu memacu gas dengan kencang sambil bercermin pada sebuah kaca pada spion motornya dia tersenyum mengagumi diri sendiri.

"Hai Michael kau sangatlah tampan!" ucap pria tersebut menjentikkan jari dan mengedipkan sebelah mata.

"Sudah siap untuk pergi?" tanya pria itu kepada dirinya sendiri.

"Tentu aku siap, aku selalu siap untuk apapun!" ucap pria muda itu menjawab sendiri pertanyaannya.

Michael menyurai rambutnya kebelakang lalu memakai sebuah helm berlogo SNI. Dengan semangat dia menyentak standar dua penopang pada motornya dengan kaki.

"Duash!"

Motor tersebut siap untuk melaju kencang, akan tetapi seorang wanita berteriak memanggil nama Michael.

"Hei Michael Chandra Putra!"

"Kiitt!" Michael menekan rem dengan cepat.

"Ada apa Mi?" tanya Michael menengok ke belakang.

Seorang Nyonya cantik bertolak pinggang dengan wajah sedikit kesal melihat anaknya ingin kabur. "Mau kemana kamu?"

"Mau jalan-jalan sebentar!" jawab Michael dari kejauhan.

"Jangan lupa hari senin kamu sudah mulai masuk kuliah, persiapkan diri jangan keluyuran terus sampai malam!" teriak Nyonya yang bernama lengkap Carisa Lie Djuanda istri pengusaha kaya dari Tuan Nathanael Chandra Putra.

"Siap Mi!" Michael kemudian pergi meninggalkan Maminya tersebut.

"Ck ck ck! anak muda jaman sekarang. Bisanya main terus, kalau begitu terus kapan bisa suksesnya!" guman Nyonya itu sambil geleng-geleng kepala.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

menyimak Thor...

2024-03-13

0

neng ade

neng ade

hadir thor .. Jelita anak yg berbakti.. semoga suatu saat kehidupannya akan berubah dan ibu nya pun bisa sembuh dari sakit stroke nya

2024-03-06

0

Dewi Payang

Dewi Payang

😀 Mengagumi diri sendiri

2022-11-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Jelita si anak berbakti
2 Bab 2. Pertemuan pertama.
3 Bab 3. Kartu yang hilang.
4 Bab 4. Mengembalikan kartu.
5 Bab 5. Kebulatan Tekad.
6 Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7 Bab 7. Acara penyambutan.
8 Bab 8. Alasan Michael.
9 Bab 9. Kerja tambahan.
10 Bab 10. Kesepakatan.
11 Bab 11. Rencana dan Hinaan
12 Bab 12. Terlambat pulang
13 Bab 13. Terjatuh
14 Bab 14. Michael yang basah
15 Bab 15. Kehebohan satu kampus
16 Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17 Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18 Bab 18. Ancaman Floren.
19 Bab 19. Permintaan Floren
20 Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21 Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22 Bab 22. Trik licik Floren.
23 Bab 23. Michael melamar Floren
24 Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25 Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26 Bab 26. Anak asuh pribadi
27 Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28 Bab 28. Membersihkan sepatu
29 Bab 29. Kesempatan
30 Bab 30. Ibu Asuh.
31 Bab 31. Mengurus berkas
32 Bab 32. Terasa hampa.
33 Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34 Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35 Bab 35. Ingin melihat.
36 Bab 36. Teman.
37 Bab 37. Tidak enak hati.
38 Bab 38. Ikut bersama.
39 Bab 39. Sampai di Supermall
40 Bab 40. Mencoba pakaian.
41 Bab 41. Baju terbalik.
42 Bab 42. Hari pertama sekolah.
43 Bab 43. Godaan Floren.
44 Bab 44. Sebuah saran.
45 Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46 Bab 46. Menggantikan ke salon
47 Bab 47. Floren datang
48 Bab 48. Mulai perawatan.
49 Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50 Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51 Bab 51. Mengerjai Floren.
52 Bab 52. Tidak menyangka.
53 Bab 53. Mulai mengantar
54 Bab 54. Kejadian di dapur
55 Bab 55. Jawaban hati Michael.
56 Bab 56. Dilema.
57 Bab 57. Hati yang terluka.
58 Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59 Bab 59. Permintaan aneh.
60 Bab 60. Mengambil foto.
61 Bab 61. Foto berdua.
62 Bab 62. Sebuah nama.
63 Bab 63. Sakit.
64 Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65 Bab 65. Keinginan Wiliam
66 Bab 66. I love you.
67 Bab 67. Penolakan.
68 Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69 Bab 69. Maksud kedatangan William
70 Bab 70. Membawa paksa.
71 Bab 71. Permintaan Wiliam.
72 Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73 Bab 73. Hukuman.
74 Bab 74. Surat peringatan.
75 Bab 75. Ucapan serius.
76 Bab 76. Selamat datang di kamarku
77 Bab 77. Kena kau.
78 Bab 78. Mencoba mencari.
79 Bab 79. Melapor
80 Bab 80. Berusaha kabur.
81 Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82 Bab 82. Berpapasan.
83 Bab 83. Cucu menantu.
84 Bab 84. Lamaran pernikahan.
85 Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86 Bab 86. Sebuah pengakuan.
87 Bab 87. Wiliam VS Michael.
88 Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89 Bab 89. Tidak mau mengalah.
90 Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91 Bab 91. Pamit
92 Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93 Bab 93. Jatuh hati.
94 Bab 94. Restu.
95 Bab 95. Ular Pyhton
96 Bab 96. Cemburu.
97 Bab 97. Memijat.
98 Bab 98. Kencan rahasia.
99 Bab 99. Tanda kemerahan.
100 Bab 100. Bertaruh nyawa.
101 Bab 101. Curahan isi hati.
102 Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103 Bab 103. Sebuah cincin.
104 Bab 104. Semakin cantik.
105 Bab 105. Posesif.
106 Bab 106. Siap menikah.
107 Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108 Bab 108. Harta peninggalan.
109 Bab 109. Clara vs Floren.
110 Bab 110. Sedikit cerita.
111 Bab 111. Sama-sama berjuang
112 Bab 112. Menyindir dan memghina.
113 Bab 113. Ucapan selamat.
114 Bab 114. Aksi heroik.
115 Bab 115. Pengakuan jujur.
116 Bab 116. Rencana Wiliam.
117 Bab 117. Datang bulan
118 Bab 118. Menghukum Floren
119 Bab 119. Susu gantung.
120 Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121 Bab 121. Mengunjungi makam.
122 Bab 122. Tampan dan keren.
123 Bab 123. Liburan berdua.
124 Bab 124. Foto Prewedding
125 Bab 125. Trauma.
126 Bab 126. Ulang tahun
127 Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128 Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129 Bab 129. Merasa malu.
130 Bab 130. Mulai tumbuh
131 Bab 131. Resmi menikah.
132 Bab 132. Resepsi.
133 Bab 133. Malam pertama S-1
134 Bab 134. Malam pertama S-2
135 Bab 135. Mandi Berdua.
136 Bab 136. Bulan madu.
137 Bab 137. Makan siang yang membara.
138 Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139 Bab 139. Ngidam yang aneh.
140 Bab 140. Anak ular.
141 Bab 141. Membeli kebutuhan.
142 Bab 142. Berbincang.
143 Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144 Bab 144. Pemberian nama.
145 Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146 Bab 146. Keributan besar.
147 Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148 Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149 Bab 149. Perasaan tidak tega.
150 Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151 Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152 Bab 152. Pesta Dansa.
153 Bab 153. Ekstra bonus.
154 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Bab 1. Jelita si anak berbakti
2
Bab 2. Pertemuan pertama.
3
Bab 3. Kartu yang hilang.
4
Bab 4. Mengembalikan kartu.
5
Bab 5. Kebulatan Tekad.
6
Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7
Bab 7. Acara penyambutan.
8
Bab 8. Alasan Michael.
9
Bab 9. Kerja tambahan.
10
Bab 10. Kesepakatan.
11
Bab 11. Rencana dan Hinaan
12
Bab 12. Terlambat pulang
13
Bab 13. Terjatuh
14
Bab 14. Michael yang basah
15
Bab 15. Kehebohan satu kampus
16
Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17
Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18
Bab 18. Ancaman Floren.
19
Bab 19. Permintaan Floren
20
Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21
Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22
Bab 22. Trik licik Floren.
23
Bab 23. Michael melamar Floren
24
Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25
Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26
Bab 26. Anak asuh pribadi
27
Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28
Bab 28. Membersihkan sepatu
29
Bab 29. Kesempatan
30
Bab 30. Ibu Asuh.
31
Bab 31. Mengurus berkas
32
Bab 32. Terasa hampa.
33
Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34
Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35
Bab 35. Ingin melihat.
36
Bab 36. Teman.
37
Bab 37. Tidak enak hati.
38
Bab 38. Ikut bersama.
39
Bab 39. Sampai di Supermall
40
Bab 40. Mencoba pakaian.
41
Bab 41. Baju terbalik.
42
Bab 42. Hari pertama sekolah.
43
Bab 43. Godaan Floren.
44
Bab 44. Sebuah saran.
45
Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46
Bab 46. Menggantikan ke salon
47
Bab 47. Floren datang
48
Bab 48. Mulai perawatan.
49
Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50
Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51
Bab 51. Mengerjai Floren.
52
Bab 52. Tidak menyangka.
53
Bab 53. Mulai mengantar
54
Bab 54. Kejadian di dapur
55
Bab 55. Jawaban hati Michael.
56
Bab 56. Dilema.
57
Bab 57. Hati yang terluka.
58
Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59
Bab 59. Permintaan aneh.
60
Bab 60. Mengambil foto.
61
Bab 61. Foto berdua.
62
Bab 62. Sebuah nama.
63
Bab 63. Sakit.
64
Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65
Bab 65. Keinginan Wiliam
66
Bab 66. I love you.
67
Bab 67. Penolakan.
68
Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69
Bab 69. Maksud kedatangan William
70
Bab 70. Membawa paksa.
71
Bab 71. Permintaan Wiliam.
72
Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73
Bab 73. Hukuman.
74
Bab 74. Surat peringatan.
75
Bab 75. Ucapan serius.
76
Bab 76. Selamat datang di kamarku
77
Bab 77. Kena kau.
78
Bab 78. Mencoba mencari.
79
Bab 79. Melapor
80
Bab 80. Berusaha kabur.
81
Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82
Bab 82. Berpapasan.
83
Bab 83. Cucu menantu.
84
Bab 84. Lamaran pernikahan.
85
Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86
Bab 86. Sebuah pengakuan.
87
Bab 87. Wiliam VS Michael.
88
Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89
Bab 89. Tidak mau mengalah.
90
Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91
Bab 91. Pamit
92
Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93
Bab 93. Jatuh hati.
94
Bab 94. Restu.
95
Bab 95. Ular Pyhton
96
Bab 96. Cemburu.
97
Bab 97. Memijat.
98
Bab 98. Kencan rahasia.
99
Bab 99. Tanda kemerahan.
100
Bab 100. Bertaruh nyawa.
101
Bab 101. Curahan isi hati.
102
Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103
Bab 103. Sebuah cincin.
104
Bab 104. Semakin cantik.
105
Bab 105. Posesif.
106
Bab 106. Siap menikah.
107
Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108
Bab 108. Harta peninggalan.
109
Bab 109. Clara vs Floren.
110
Bab 110. Sedikit cerita.
111
Bab 111. Sama-sama berjuang
112
Bab 112. Menyindir dan memghina.
113
Bab 113. Ucapan selamat.
114
Bab 114. Aksi heroik.
115
Bab 115. Pengakuan jujur.
116
Bab 116. Rencana Wiliam.
117
Bab 117. Datang bulan
118
Bab 118. Menghukum Floren
119
Bab 119. Susu gantung.
120
Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121
Bab 121. Mengunjungi makam.
122
Bab 122. Tampan dan keren.
123
Bab 123. Liburan berdua.
124
Bab 124. Foto Prewedding
125
Bab 125. Trauma.
126
Bab 126. Ulang tahun
127
Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128
Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129
Bab 129. Merasa malu.
130
Bab 130. Mulai tumbuh
131
Bab 131. Resmi menikah.
132
Bab 132. Resepsi.
133
Bab 133. Malam pertama S-1
134
Bab 134. Malam pertama S-2
135
Bab 135. Mandi Berdua.
136
Bab 136. Bulan madu.
137
Bab 137. Makan siang yang membara.
138
Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139
Bab 139. Ngidam yang aneh.
140
Bab 140. Anak ular.
141
Bab 141. Membeli kebutuhan.
142
Bab 142. Berbincang.
143
Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144
Bab 144. Pemberian nama.
145
Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146
Bab 146. Keributan besar.
147
Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148
Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149
Bab 149. Perasaan tidak tega.
150
Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151
Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152
Bab 152. Pesta Dansa.
153
Bab 153. Ekstra bonus.
154
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!