Bab 5. Kebulatan Tekad.

"Apa Jelita! kamu mau cari kerja tambahan, kamu mau cari uang tambahan dimana?" tanya Pak Budi yang syok mendengar penjelasan Jelita.

Jelita memantapkan tekadnya. "Benar Pak Budi, Jelita mau cari uang tambahan buat berobat Ibu, rencananya Jelita akan melamar kerja di kantor kampus atau dimana saja yang mau terima Jelita."

Pak Budi sedikit khawatir dengan kebulatan tekad Jelita. Mengingat pendidikan dan juga penampilan anak tersebut serta kondisi Ibunya yang sedang sakit, bagaimana nanti dia bisa membagi waktu untuk itu semua.

"Tapi Jelita, cari kerja sekarang susah, butuh pendidikan yang tinggi baru bisa diterima," balas Pak Budi.

Jelita tersadar dengan pendidikannya, mengingat dia hanyalah seorang siswi yang belum tamat SMA, ditambah lagi penampilan nya yang kurang menarik. Bagaimana mungkin dirinya akan diterima kerja jika di kantoran.

Jelita menghela nafas panjang, "Benar juga Pak Budi, ya sudah Jelita mulung saja kalau begitu atau jadi tukang cuci gosok, setidaknya tidak butuh pendidikan yang tinggi dan penampilan yang menarik kan, Pak."

Hati Pak Budi seketika meringis pilu saat mendengar Jelita yang tidak malu dengan kondisinya dan juga semangatnya yang tinggi, membuat Pak Budi hanya bisa mengangguk dan menyemangati Jelita.

"Ya sudah Jelita, nanti Bapak akan bantu kamu carikan orang yang sedang butuh tukang cuci gosok ya, Nak." Pak budi mengusap kepala atas Jelita.

Jelita tersenyum dan senang mendengar bantuan dari Pak Budi. "Terima kasih Pak Budi."

Pak Budi mengangguk dan membalas dengan senyuman. "Sama-sama."

Jelita menatap Ibunya yang sedang terbaring, dengan hati yang masih sama dia bertekad untuk mengobati Ibunya sampai sembuh.

"Jelita akan berjuang sendiri Bu. Bukan sebagai seorang pengemis, tetapi seseorang yang pantas mendapatkan uang dengan hasil keringat sendiri. Doakan Jelita agar sukses ya Bu."

Jelita mencium kening sang Ibu, dan menyelimuti tubuh beliau agar tidak kedinginan dari udara malam yang masuk dari celah dinding bambu rumah gubuk itu.

……………………………………………………………………………

Mansion Chandra Putra.

Di dalam Mansion tersebut terlihat Nyonya besar sedang memarahi putranya hanya karena masalah sepele, sambil bertolak pinggang dan sesekali dia menunjuk-nunjuk wajah putranya yang tampan hingga pucat pasi.

Sementara itu Tuan besar hanya membaca koran dan menyeruput secangkir kopi dengan santai seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi dihadapannya.

"Miki! bagaimana kartu itu masih belum ketemu, apa kamu sudah mencarinya dengan betul-betul hah!"

"Sudah Mike cari dengan betul-betul-betul Mi, tapi kartu Mike memang tidak ketemu, mungkin sudah di temukan sama petugas kebersihan kampus. Jadi lebih baik kita tunggu kabar besok ya Mi, mungkin kartunya sama dia. Mike yang salah karena ceroboh, maafin Mike ya Mi." Michael menyembah kepada Mamy nya dan memohon ampun.

Melihat anak itu menyesali perbuatannya membuat Daddy ikut berbicara, "Sudah lah sayang, bukankah dia sudah minta maaf sama kamu. Lagi pula kita bisa minta kartu yang baru sama Anthoni, gampang kan beres sudah masalah tidak perlu diperpanjang lagi."

(Orang kaya gitu loh!)

Michael mengangguk-angguk lalu menatap Maminya yang masih kesal dan saat mulut Mami mangap mulai ingin menceramahi Michael, seseorang datang dan berkata, "M-maaf Nyonya besar, ada yang memberikan ini kepada saya. Dia bilang ini milik Tuan Muda."

Petugas keamanan itu menyerahkan kartu kepada si Nyonya dan seketika itu pula dia tersenyum dan senang lalu berkata, "Bokir, ini benar kartu milik Miki. Siapa yang mengembalikannya? tolong suruh orang itu untuk masuk karena saya ingin berterima kasih kepadanya."

Pak Bokir hanya menelan ludah dan mengusap peluh di dahinya lalu berusaha menjawab perkataan Nyonya besar walau lidahnya mendadak kaku.

"M-maaf Nyonya, orangnya sudah p-pergi," lalu menunduk seperti bersalah.

"Kenapa kamu biarkan dia pergi, saya belum berterima kasih kepadanya."

"M-maaf Nyonya, saya pikir gadis itu adalah pengemis yang ingin minta sumbangan jadi saya tidak ijinkan untuk masuk."

"Lancang! beraninya kamu berkata seperti itu, apalagi terhadap seorang wanita. Jangan sekali-kali menghina orang lain walau orang tersebut adalah orang miskin. Mengerti kamu Bokir!" Nyonya itu melotot tak kalah horor dari Suzana.

Pak Bokir meminta maaf atas kesalahannya dan mengakui perbuatannya yang tidak pantas, beruntung lah Pak Bokir tidak dipecat karena Nyonya dan Tuan Besar tersebut berbaik hati kepadanya.

"Ya sudah tidak apa, lain kali jangan berperilaku seperti itu lagi. Kita tidak tahu hati orang seperti apa, untung saja gadis itu tidak marah. Lain kali harus lebih sopan dan hormat kepada siapapun. Kita ini hidup harus saling berdampingan, jika memang tidak ingin memberi setidaknya jangan menghina."

"Baik, terima kasih Nyonya ... Tuan."

"Sama-sama," jawab Nyonya dan Tuan bersamaan

Michael yang mendengar penjelasan dari Pak Bokir tadi lalu bertanya, "Apa gadis itu berwajah jelek dan seperti orang gembel yang terlihat menjijikkan?"

Pak Bokir mengangguk dan itu sukses membuat Mamy menjadi marah kembali, "Miki! apa otak dan hatimu kemasukan air kotor bekas cuci lantai kemarin hah! hingga kamu punya pikiran kotor dan tidak punya hati nurani berbicara seperti itu, harusnya kamu berterima kasih!"

Melihat Mamy yang marah, Michael dan Pak Bokir meminta ampun kembali dan berusaha meredam kembali amarahnya, namun usaha mereka sia-sia hingga akhirnya Tuan besar turun tangan untuk menenangkan istrinya yang sedang mengamuk dengan menutup mulutnya dengan sebuah ciuman lalu membopongnya masuk ke dalam kamar.

"Sudah sayang jangan marah lagi lebih baik simpan energi mu untuk nanti malam."

"Sayang ... Akh geli, jangan seperti itu!"

Mereka berdua masuk ke dalam kamar meninggalkan Bokir dan Michael yang mematung karena melihat ulah tidak tahu malu dari Tuan dan Nyonya besar mansion tersebut.

………………………………………………………………………………

Di Rumah Pak Budi.

"Sumi, aku kagum dengan Jelita," ucap Pak Budi kepada istrinya.

"Benar Mas, dia sangat mandiri dan tidak pernah mengeluh sedikitpun. Berbeda kali dengan Ayu anak kita."

Pak Budi mengangguk tetapi percakapan tersebut membuat Ayu putrinya menjadi tidak senang.

"Jangan seenaknya Ibu dan Bapak bandingan Ayu dengan Jelita. Apa yang kalian banggakan dengan Jelita si buruk rupa itu? sudah miskin tidak tahu diri. Kerjanya hanya menyusahkan orang saja! menitipkan Ibunya yang sakit kepada kita setiap hari, dan itu juga gratis tidak bayar. Memangnya kita ini pengurus panti jompo!"

"Hush! Ayu, jangan berkata seperti itu nanti Jelita mendengarnya." Bi Sumi menutup mulut Ayu yang sudah berteriak memaki Jelita.

Ayu menepis tangan Ibunya dengan kasar dan berteriak kembali. "Lepas Bu! biarkan saja dia mendengarnya. Lagipula kenapa Ibu juga selalu memihak Jelita, dia itu bukan siapa-siapa kita Bu!" Ayu lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

"Ayu kenapa dia punya hati yang dengki seperti itu, padahal dia lebih tua dari Jelita. Tetapi tidak ada sedikit pun kedewasaan dalam pikirannya."

Pak Budi kecewa dengan Ayu, padahal Ibu Jelita menyayangi Ayu seperti anak sendiri.

***

Sementara itu Jelita mendengar perkataan Ayu yang menghina Ibu dan juga dirinya.

"Hiks! ... Mba Ayu benar, aku cuma bisa menyusahkan mereka saja."

Jelita menangis dia hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Apa yang bisa dia lakukan sekarang ini hanyalah berdoa kepada Sang Maha Pencipta memohon dan meminta kehidupan yang lebih baik.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Ujian hidup jelita ...

2024-03-13

0

neng ade

neng ade

nanti juga si Ayu kena karma. nya sendiri.. sabar sabar ya Jelita

2024-03-06

0

neng ade

neng ade

semangat Jelita .. kelak km akan sukses karena bakti mu pada ibu ..
Tuhan akan memberikan kemudahan di. setiap langkah mu

2024-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Jelita si anak berbakti
2 Bab 2. Pertemuan pertama.
3 Bab 3. Kartu yang hilang.
4 Bab 4. Mengembalikan kartu.
5 Bab 5. Kebulatan Tekad.
6 Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7 Bab 7. Acara penyambutan.
8 Bab 8. Alasan Michael.
9 Bab 9. Kerja tambahan.
10 Bab 10. Kesepakatan.
11 Bab 11. Rencana dan Hinaan
12 Bab 12. Terlambat pulang
13 Bab 13. Terjatuh
14 Bab 14. Michael yang basah
15 Bab 15. Kehebohan satu kampus
16 Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17 Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18 Bab 18. Ancaman Floren.
19 Bab 19. Permintaan Floren
20 Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21 Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22 Bab 22. Trik licik Floren.
23 Bab 23. Michael melamar Floren
24 Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25 Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26 Bab 26. Anak asuh pribadi
27 Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28 Bab 28. Membersihkan sepatu
29 Bab 29. Kesempatan
30 Bab 30. Ibu Asuh.
31 Bab 31. Mengurus berkas
32 Bab 32. Terasa hampa.
33 Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34 Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35 Bab 35. Ingin melihat.
36 Bab 36. Teman.
37 Bab 37. Tidak enak hati.
38 Bab 38. Ikut bersama.
39 Bab 39. Sampai di Supermall
40 Bab 40. Mencoba pakaian.
41 Bab 41. Baju terbalik.
42 Bab 42. Hari pertama sekolah.
43 Bab 43. Godaan Floren.
44 Bab 44. Sebuah saran.
45 Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46 Bab 46. Menggantikan ke salon
47 Bab 47. Floren datang
48 Bab 48. Mulai perawatan.
49 Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50 Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51 Bab 51. Mengerjai Floren.
52 Bab 52. Tidak menyangka.
53 Bab 53. Mulai mengantar
54 Bab 54. Kejadian di dapur
55 Bab 55. Jawaban hati Michael.
56 Bab 56. Dilema.
57 Bab 57. Hati yang terluka.
58 Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59 Bab 59. Permintaan aneh.
60 Bab 60. Mengambil foto.
61 Bab 61. Foto berdua.
62 Bab 62. Sebuah nama.
63 Bab 63. Sakit.
64 Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65 Bab 65. Keinginan Wiliam
66 Bab 66. I love you.
67 Bab 67. Penolakan.
68 Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69 Bab 69. Maksud kedatangan William
70 Bab 70. Membawa paksa.
71 Bab 71. Permintaan Wiliam.
72 Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73 Bab 73. Hukuman.
74 Bab 74. Surat peringatan.
75 Bab 75. Ucapan serius.
76 Bab 76. Selamat datang di kamarku
77 Bab 77. Kena kau.
78 Bab 78. Mencoba mencari.
79 Bab 79. Melapor
80 Bab 80. Berusaha kabur.
81 Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82 Bab 82. Berpapasan.
83 Bab 83. Cucu menantu.
84 Bab 84. Lamaran pernikahan.
85 Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86 Bab 86. Sebuah pengakuan.
87 Bab 87. Wiliam VS Michael.
88 Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89 Bab 89. Tidak mau mengalah.
90 Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91 Bab 91. Pamit
92 Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93 Bab 93. Jatuh hati.
94 Bab 94. Restu.
95 Bab 95. Ular Pyhton
96 Bab 96. Cemburu.
97 Bab 97. Memijat.
98 Bab 98. Kencan rahasia.
99 Bab 99. Tanda kemerahan.
100 Bab 100. Bertaruh nyawa.
101 Bab 101. Curahan isi hati.
102 Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103 Bab 103. Sebuah cincin.
104 Bab 104. Semakin cantik.
105 Bab 105. Posesif.
106 Bab 106. Siap menikah.
107 Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108 Bab 108. Harta peninggalan.
109 Bab 109. Clara vs Floren.
110 Bab 110. Sedikit cerita.
111 Bab 111. Sama-sama berjuang
112 Bab 112. Menyindir dan memghina.
113 Bab 113. Ucapan selamat.
114 Bab 114. Aksi heroik.
115 Bab 115. Pengakuan jujur.
116 Bab 116. Rencana Wiliam.
117 Bab 117. Datang bulan
118 Bab 118. Menghukum Floren
119 Bab 119. Susu gantung.
120 Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121 Bab 121. Mengunjungi makam.
122 Bab 122. Tampan dan keren.
123 Bab 123. Liburan berdua.
124 Bab 124. Foto Prewedding
125 Bab 125. Trauma.
126 Bab 126. Ulang tahun
127 Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128 Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129 Bab 129. Merasa malu.
130 Bab 130. Mulai tumbuh
131 Bab 131. Resmi menikah.
132 Bab 132. Resepsi.
133 Bab 133. Malam pertama S-1
134 Bab 134. Malam pertama S-2
135 Bab 135. Mandi Berdua.
136 Bab 136. Bulan madu.
137 Bab 137. Makan siang yang membara.
138 Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139 Bab 139. Ngidam yang aneh.
140 Bab 140. Anak ular.
141 Bab 141. Membeli kebutuhan.
142 Bab 142. Berbincang.
143 Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144 Bab 144. Pemberian nama.
145 Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146 Bab 146. Keributan besar.
147 Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148 Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149 Bab 149. Perasaan tidak tega.
150 Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151 Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152 Bab 152. Pesta Dansa.
153 Bab 153. Ekstra bonus.
154 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Bab 1. Jelita si anak berbakti
2
Bab 2. Pertemuan pertama.
3
Bab 3. Kartu yang hilang.
4
Bab 4. Mengembalikan kartu.
5
Bab 5. Kebulatan Tekad.
6
Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7
Bab 7. Acara penyambutan.
8
Bab 8. Alasan Michael.
9
Bab 9. Kerja tambahan.
10
Bab 10. Kesepakatan.
11
Bab 11. Rencana dan Hinaan
12
Bab 12. Terlambat pulang
13
Bab 13. Terjatuh
14
Bab 14. Michael yang basah
15
Bab 15. Kehebohan satu kampus
16
Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17
Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18
Bab 18. Ancaman Floren.
19
Bab 19. Permintaan Floren
20
Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21
Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22
Bab 22. Trik licik Floren.
23
Bab 23. Michael melamar Floren
24
Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25
Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26
Bab 26. Anak asuh pribadi
27
Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28
Bab 28. Membersihkan sepatu
29
Bab 29. Kesempatan
30
Bab 30. Ibu Asuh.
31
Bab 31. Mengurus berkas
32
Bab 32. Terasa hampa.
33
Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34
Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35
Bab 35. Ingin melihat.
36
Bab 36. Teman.
37
Bab 37. Tidak enak hati.
38
Bab 38. Ikut bersama.
39
Bab 39. Sampai di Supermall
40
Bab 40. Mencoba pakaian.
41
Bab 41. Baju terbalik.
42
Bab 42. Hari pertama sekolah.
43
Bab 43. Godaan Floren.
44
Bab 44. Sebuah saran.
45
Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46
Bab 46. Menggantikan ke salon
47
Bab 47. Floren datang
48
Bab 48. Mulai perawatan.
49
Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50
Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51
Bab 51. Mengerjai Floren.
52
Bab 52. Tidak menyangka.
53
Bab 53. Mulai mengantar
54
Bab 54. Kejadian di dapur
55
Bab 55. Jawaban hati Michael.
56
Bab 56. Dilema.
57
Bab 57. Hati yang terluka.
58
Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59
Bab 59. Permintaan aneh.
60
Bab 60. Mengambil foto.
61
Bab 61. Foto berdua.
62
Bab 62. Sebuah nama.
63
Bab 63. Sakit.
64
Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65
Bab 65. Keinginan Wiliam
66
Bab 66. I love you.
67
Bab 67. Penolakan.
68
Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69
Bab 69. Maksud kedatangan William
70
Bab 70. Membawa paksa.
71
Bab 71. Permintaan Wiliam.
72
Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73
Bab 73. Hukuman.
74
Bab 74. Surat peringatan.
75
Bab 75. Ucapan serius.
76
Bab 76. Selamat datang di kamarku
77
Bab 77. Kena kau.
78
Bab 78. Mencoba mencari.
79
Bab 79. Melapor
80
Bab 80. Berusaha kabur.
81
Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82
Bab 82. Berpapasan.
83
Bab 83. Cucu menantu.
84
Bab 84. Lamaran pernikahan.
85
Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86
Bab 86. Sebuah pengakuan.
87
Bab 87. Wiliam VS Michael.
88
Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89
Bab 89. Tidak mau mengalah.
90
Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91
Bab 91. Pamit
92
Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93
Bab 93. Jatuh hati.
94
Bab 94. Restu.
95
Bab 95. Ular Pyhton
96
Bab 96. Cemburu.
97
Bab 97. Memijat.
98
Bab 98. Kencan rahasia.
99
Bab 99. Tanda kemerahan.
100
Bab 100. Bertaruh nyawa.
101
Bab 101. Curahan isi hati.
102
Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103
Bab 103. Sebuah cincin.
104
Bab 104. Semakin cantik.
105
Bab 105. Posesif.
106
Bab 106. Siap menikah.
107
Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108
Bab 108. Harta peninggalan.
109
Bab 109. Clara vs Floren.
110
Bab 110. Sedikit cerita.
111
Bab 111. Sama-sama berjuang
112
Bab 112. Menyindir dan memghina.
113
Bab 113. Ucapan selamat.
114
Bab 114. Aksi heroik.
115
Bab 115. Pengakuan jujur.
116
Bab 116. Rencana Wiliam.
117
Bab 117. Datang bulan
118
Bab 118. Menghukum Floren
119
Bab 119. Susu gantung.
120
Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121
Bab 121. Mengunjungi makam.
122
Bab 122. Tampan dan keren.
123
Bab 123. Liburan berdua.
124
Bab 124. Foto Prewedding
125
Bab 125. Trauma.
126
Bab 126. Ulang tahun
127
Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128
Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129
Bab 129. Merasa malu.
130
Bab 130. Mulai tumbuh
131
Bab 131. Resmi menikah.
132
Bab 132. Resepsi.
133
Bab 133. Malam pertama S-1
134
Bab 134. Malam pertama S-2
135
Bab 135. Mandi Berdua.
136
Bab 136. Bulan madu.
137
Bab 137. Makan siang yang membara.
138
Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139
Bab 139. Ngidam yang aneh.
140
Bab 140. Anak ular.
141
Bab 141. Membeli kebutuhan.
142
Bab 142. Berbincang.
143
Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144
Bab 144. Pemberian nama.
145
Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146
Bab 146. Keributan besar.
147
Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148
Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149
Bab 149. Perasaan tidak tega.
150
Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151
Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152
Bab 152. Pesta Dansa.
153
Bab 153. Ekstra bonus.
154
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!