Bab 4. Mengembalikan kartu.

Sore harinya.

Jelita melihat Pak Budi telah sampai di rumah, diapun bergegas menemui beliau untuk meminjam sesuatu.

"Pak Budi tunggu sebentar," ucap Jelita mencegah Pak Budi masuk ke dalam rumahnya.

"Iya ada apa Jelita?" tanya Pak Budi.

Jelita menjawab pertanyaan Pak Budi dan meminta ijin, "Maaf Pak Budi, apa boleh Jelita pinjam sepeda Bapak?"

"Boleh, untuk apa Nak?" tanya Pak Budi.

"Jelita mau pergi ke rumah seseorang untuk mengembalikan barangnya yang terjatuh di kampus kemarin Pak," balas Jelita.

Pak Budi langsung mengingat pemuda tadi. "Oh kartu mahasiswa ya?"

Jelita mengangguk. "Iya Pak. Bagaimana Bapak bisa tahu?" tanya Jelita merasa bingung.

"Oh ternyata kartu pemuda itu ada sama kamu ya, syukurlah. Tadi orangnya datang nyariin kartu itu, dia bilang jatuh di daerah sana tapi tidak ketemu. Ya sudah ini Bapak pinjamkan dan cepat kembalikan kartu itu," balas Pak Budi lalu menyerahkan sepedanya kepada Jelita.

Jelita menyambut sepeda itu kemudian berkata, "Oh begitu Pak, baik terima kasih."

Pak Budi mengangguk pelan dan bertanya kembali, "Memangnya kamu tahu dimana alamatnya?"

"Tahu Pak. Alamat dia ada di kartu ini," balas Jelita lalu mengambil kartu tersebut dari dalam tas dan menunjukkannya kepada Pak Budi.

Beliau mengambil kartu yang diperlihatkan oleh Jelita lalu melihat dengan seksama dan seketika itu pula dirinya dibuat terkejut saat mengetahui nama besar pemuda tersebut.

"C-chandra Putra!" Pak Budi menelan ludah dan membelalakkan matanya.

Jelita yang melihat Pak Budi terkejut segera bertanya, "Kenapa Pak Budi, apa Bapak kenal orang ini?"

Pak Budi mengangguk dan menjawab. "Keluarga Chandra Putra adalah keluarga terkaya dan terhormat di Negeri ini, mereka sangat baik terutama Nyonya dan Tuan besar keluarga tersebut."

Rasa penasaran dari ketakutan Pak Budi membuat dirinya bertanya kembali, "Lalu kenapa Bapak seperti ketakutan ketika melihat nama besar keluarga mereka?"

Pak Budi menghela nafas. "Mereka memang keluarga baik hati, tetapi banyak orang berbahaya juga di sekeliling mereka. Jelita, lebih baik kita tidak banyak berurusan dengan keluarga kaya itu."

"Baik Pak Budi." Jelita mengangguk menuruti saran dari Pak Budi, walau dirinya tidak tahu seberapa banyak tentang keluarga tersebut.

"Bagus Nak. Ya sudah sekarang pergi lah, mengenai Ibu mu biar Bapak dan Bi Sumi yang menjaganya," ucap Pak Budi.

"Terima kasih Pak, secepatnya Jelita akan kembali. Jelita pamit dulu," balas Jelita lalu menaiki sepeda tua itu.

"Hati-hati!" balas Pak Budi menatap Jelita yang berlalu pergi.

…………………………………………………………………………

20 menit kemudian.

Jelita telah sampai di sebuah Mansion dimana alamatnya tertera di dalam kartu tersebut.

"Akhirnya sampai juga." Jelita lalu turun dari sepeda, kemudian menuntun sepeda tersebut hingga ke pintu gerbang utama masuk mansion.

"Tinggi sekali, gerbang rumahnya saja sudah besar begini, bagaimana dengan isi di dalamnya," gumam Jelita terheran-heran.

Jelita kemudian meraih sesuatu dan menekan sebuah Bel yang berada di dinding kokoh dekat pintu gerbang.

"Ting tong! ... Ting tong!"

Bel tersebut berbunyi dan tak butuh lama pintu gerbang besi itu terbuka perlahan menampilkan sesuatu yang membuat Jelita mematung seketika.

Jelita lantas kebingungan dengan apa yang dilihat oleh matanya sendiri. Dengan terus melihat sekeliling dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, "D-dimana rumahnya? kenapa cuma hanya ada halaman berumput hijau dengan luas seukuran dua kali lapangan sepak bola dan jalan untuk mobil saja."

Dirinya termangu dan tidak berani masuk ke dalam hingga akhirnya seorang petugas keamanan datang menghampiri Jelita dan bertanya, "Maaf Neng, cari siapa, apa ada janji sama Tuan dan Nyonya sebelumnya?"

"M-maaf Pak, saya hanya mencari seseorang. Apa benar T-tuan Michael tinggal disini?" tanya Jelita terbata-bata karena takut.

Petugas keamanan itu memandangi Jelita dari ujung kepala hingga ujung kaki, melihat penampilan Jelita yang tidak seperti tamu-tamu terhormat lainnya membuat petugas ini tidak mengijinkan Jelita untuk masuk ke dalam.

"Benar, ini rumah Tuan Michael. Tapi maaf jika tidak ada kepentingan lebih baik cepat pergi dari rumah ini," ucap Petugas itu ingin menutup pintu gerbangnya.

Jelita yang melihat petugas itu mencurigainya dengan segera dia berkata, "T-tapi Pak, saya cuma mau mengembalikan sesuatu miliknya yang hilang."

Jelita berusaha membuat Pria itu percaya, tetapi sebelum Jelita menjelaskan maksud kedatangannya kesana, Petugas tersebut malah berkata, "Maaf Neng, kalau memang butuh sumbangan bilang saja langsung tidak perlu basa basi, segala pakai alasan mau melihat Tuan muda."

Jelita pun gusar mendengar perkataan petugas tersebut lalu menegaskan dengan lantang. "Maaf Pak, tapi saya bukan pengemis!"

Petugas itu berhenti menutup pintu lalu bertanya, "Apa sudah punya janji dengan Tuan Muda sebelumnya?"

Jelita menggeleng. "Saya memang tidak ada janji dengan Tuan Muda anda, saya kesini hanya ingin mengembalikan kartu mahasiswanya yang hilang di kampus hanya itu saja."

Petugas itu tetap tidak mempercayai Jelita, dengan memasang wajah kesal petugas itu mengucapkan sesuatu yang membuat Jelita menyadari kemiskinannya.

"Apa tidak berkaca diri? semua tamu yang datang kesini adalah orang yang berpenampilan rapi dan terhormat. Jika kamu datang bukan untuk meminta sumbangan, lalu mau apa lagi. Orang seperti kamu sudah sering datang kesini, dengan alasan yang sama memakai nama keluarga ini agar bisa mendapatkan uang. Sudahlah jangan mengganggu tugas saya, lebih baik kamu pergi dari sini sebelum saya pakai kekerasan!" ucap petugas keamanan itu lalu menutup pintu gerbang dengan cepat.

Namun sebelum pintu tersebut tertutup rapat, tangan Jelita mencegahnya lalu menyerahkan kartu itu ke petugas keamanan dan berkata, "Berikan kartu ini kepadanya, dengan begitu saya bisa pulang dengan tenang." Jelita lalu pergi tanpa berkata-kata lagi.

Petugas tersebut membaca kartu tersebut dan dengan segera dia menyadari kesalahannya, "Ternyata gadis itu benar-benar menyerahkan milik Tuan tanpa minta uang sepeserpun."

Pintu dengan cepat dia buka kembali namun orang yang dia cari telah pergi entah kemana. Dengan tangan menggaruk kepala bukan karena gatal, petugas tersebut malah takut bila dimarahi Nyonya besarnya nanti.

"Gawat jika Nyonya besar tahu saya memarahi orang baik, bisa di marahi habis-habisan saya."

***

Sementara itu Jelita mengayuh sepeda tua dengan segera meninggalkan sebuah mansion mewah dibelakangnya. Hatinya merasa sakit saat seseorang hanya memandang dirinya sebelah mata.

"Aku memang lah miskin, tapi aku bukan lah seorang pengemis. Dia tidak berhak memarahiku dan tidak pantas juga baginya mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati dengan seenak mulutnya. Lagi pula apa salah dengan ku yang hanya orang miskin, itu juga bukan kemauan ku terlahir dari keluarga miskin."

Jelita nenggerutu selama di perjalanan pulang dalam hatinya menangis sambil meratapi nasib, namun mengingat sakit yang di derita sang Ibu membuatnya tidak lemah begitu saja.

"Aku berjanji akan mencari uang yang banyak untuk mengobatimu Ibu dan berusaha mengangkat derajat kita agar tidak ada lagi yang memandang orang miskin ini sebelah mata."

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Ya ampun ... kacung saja galaknya ngalahin tuan majikan ...

2024-03-13

1

neng ade

neng ade

sabar ya Jelita .. orang itu pasti akan kena marah nyonya besar nya .. kelewatan emang mulut nya itu

2024-03-06

0

Maya●●●

Maya●●●

1 mawar untukmu jelita.
semangatt

2022-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Jelita si anak berbakti
2 Bab 2. Pertemuan pertama.
3 Bab 3. Kartu yang hilang.
4 Bab 4. Mengembalikan kartu.
5 Bab 5. Kebulatan Tekad.
6 Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7 Bab 7. Acara penyambutan.
8 Bab 8. Alasan Michael.
9 Bab 9. Kerja tambahan.
10 Bab 10. Kesepakatan.
11 Bab 11. Rencana dan Hinaan
12 Bab 12. Terlambat pulang
13 Bab 13. Terjatuh
14 Bab 14. Michael yang basah
15 Bab 15. Kehebohan satu kampus
16 Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17 Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18 Bab 18. Ancaman Floren.
19 Bab 19. Permintaan Floren
20 Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21 Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22 Bab 22. Trik licik Floren.
23 Bab 23. Michael melamar Floren
24 Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25 Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26 Bab 26. Anak asuh pribadi
27 Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28 Bab 28. Membersihkan sepatu
29 Bab 29. Kesempatan
30 Bab 30. Ibu Asuh.
31 Bab 31. Mengurus berkas
32 Bab 32. Terasa hampa.
33 Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34 Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35 Bab 35. Ingin melihat.
36 Bab 36. Teman.
37 Bab 37. Tidak enak hati.
38 Bab 38. Ikut bersama.
39 Bab 39. Sampai di Supermall
40 Bab 40. Mencoba pakaian.
41 Bab 41. Baju terbalik.
42 Bab 42. Hari pertama sekolah.
43 Bab 43. Godaan Floren.
44 Bab 44. Sebuah saran.
45 Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46 Bab 46. Menggantikan ke salon
47 Bab 47. Floren datang
48 Bab 48. Mulai perawatan.
49 Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50 Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51 Bab 51. Mengerjai Floren.
52 Bab 52. Tidak menyangka.
53 Bab 53. Mulai mengantar
54 Bab 54. Kejadian di dapur
55 Bab 55. Jawaban hati Michael.
56 Bab 56. Dilema.
57 Bab 57. Hati yang terluka.
58 Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59 Bab 59. Permintaan aneh.
60 Bab 60. Mengambil foto.
61 Bab 61. Foto berdua.
62 Bab 62. Sebuah nama.
63 Bab 63. Sakit.
64 Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65 Bab 65. Keinginan Wiliam
66 Bab 66. I love you.
67 Bab 67. Penolakan.
68 Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69 Bab 69. Maksud kedatangan William
70 Bab 70. Membawa paksa.
71 Bab 71. Permintaan Wiliam.
72 Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73 Bab 73. Hukuman.
74 Bab 74. Surat peringatan.
75 Bab 75. Ucapan serius.
76 Bab 76. Selamat datang di kamarku
77 Bab 77. Kena kau.
78 Bab 78. Mencoba mencari.
79 Bab 79. Melapor
80 Bab 80. Berusaha kabur.
81 Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82 Bab 82. Berpapasan.
83 Bab 83. Cucu menantu.
84 Bab 84. Lamaran pernikahan.
85 Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86 Bab 86. Sebuah pengakuan.
87 Bab 87. Wiliam VS Michael.
88 Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89 Bab 89. Tidak mau mengalah.
90 Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91 Bab 91. Pamit
92 Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93 Bab 93. Jatuh hati.
94 Bab 94. Restu.
95 Bab 95. Ular Pyhton
96 Bab 96. Cemburu.
97 Bab 97. Memijat.
98 Bab 98. Kencan rahasia.
99 Bab 99. Tanda kemerahan.
100 Bab 100. Bertaruh nyawa.
101 Bab 101. Curahan isi hati.
102 Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103 Bab 103. Sebuah cincin.
104 Bab 104. Semakin cantik.
105 Bab 105. Posesif.
106 Bab 106. Siap menikah.
107 Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108 Bab 108. Harta peninggalan.
109 Bab 109. Clara vs Floren.
110 Bab 110. Sedikit cerita.
111 Bab 111. Sama-sama berjuang
112 Bab 112. Menyindir dan memghina.
113 Bab 113. Ucapan selamat.
114 Bab 114. Aksi heroik.
115 Bab 115. Pengakuan jujur.
116 Bab 116. Rencana Wiliam.
117 Bab 117. Datang bulan
118 Bab 118. Menghukum Floren
119 Bab 119. Susu gantung.
120 Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121 Bab 121. Mengunjungi makam.
122 Bab 122. Tampan dan keren.
123 Bab 123. Liburan berdua.
124 Bab 124. Foto Prewedding
125 Bab 125. Trauma.
126 Bab 126. Ulang tahun
127 Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128 Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129 Bab 129. Merasa malu.
130 Bab 130. Mulai tumbuh
131 Bab 131. Resmi menikah.
132 Bab 132. Resepsi.
133 Bab 133. Malam pertama S-1
134 Bab 134. Malam pertama S-2
135 Bab 135. Mandi Berdua.
136 Bab 136. Bulan madu.
137 Bab 137. Makan siang yang membara.
138 Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139 Bab 139. Ngidam yang aneh.
140 Bab 140. Anak ular.
141 Bab 141. Membeli kebutuhan.
142 Bab 142. Berbincang.
143 Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144 Bab 144. Pemberian nama.
145 Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146 Bab 146. Keributan besar.
147 Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148 Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149 Bab 149. Perasaan tidak tega.
150 Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151 Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152 Bab 152. Pesta Dansa.
153 Bab 153. Ekstra bonus.
154 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Bab 1. Jelita si anak berbakti
2
Bab 2. Pertemuan pertama.
3
Bab 3. Kartu yang hilang.
4
Bab 4. Mengembalikan kartu.
5
Bab 5. Kebulatan Tekad.
6
Bab 6. Kedatangan Tamu Terhormat
7
Bab 7. Acara penyambutan.
8
Bab 8. Alasan Michael.
9
Bab 9. Kerja tambahan.
10
Bab 10. Kesepakatan.
11
Bab 11. Rencana dan Hinaan
12
Bab 12. Terlambat pulang
13
Bab 13. Terjatuh
14
Bab 14. Michael yang basah
15
Bab 15. Kehebohan satu kampus
16
Bab 16. Rasa Iba dan prihatin
17
Bab 17. Bu Maria, ibu semua anak.
18
Bab 18. Ancaman Floren.
19
Bab 19. Permintaan Floren
20
Bab 20. Bantuan untuk Jelita
21
Bab 21. Bertemunya 2 keluarga
22
Bab 22. Trik licik Floren.
23
Bab 23. Michael melamar Floren
24
Bab 24. Pernyataan Nyonya Besar.
25
Bab 25. Bu Rosi tertekan.
26
Bab 26. Anak asuh pribadi
27
Bab 27. Mengajak Ibu ke kampus
28
Bab 28. Membersihkan sepatu
29
Bab 29. Kesempatan
30
Bab 30. Ibu Asuh.
31
Bab 31. Mengurus berkas
32
Bab 32. Terasa hampa.
33
Bab 33. Jelita tiba di Mansion.
34
Bab 34. Hak dan Kewajiban.
35
Bab 35. Ingin melihat.
36
Bab 36. Teman.
37
Bab 37. Tidak enak hati.
38
Bab 38. Ikut bersama.
39
Bab 39. Sampai di Supermall
40
Bab 40. Mencoba pakaian.
41
Bab 41. Baju terbalik.
42
Bab 42. Hari pertama sekolah.
43
Bab 43. Godaan Floren.
44
Bab 44. Sebuah saran.
45
Bab 45. Floren, gadis bernafsu tinggi.
46
Bab 46. Menggantikan ke salon
47
Bab 47. Floren datang
48
Bab 48. Mulai perawatan.
49
Bab 49. Bagai Berlian tertutup lumpur
50
Bab 50. Jelita Secantik kupu-kupu.
51
Bab 51. Mengerjai Floren.
52
Bab 52. Tidak menyangka.
53
Bab 53. Mulai mengantar
54
Bab 54. Kejadian di dapur
55
Bab 55. Jawaban hati Michael.
56
Bab 56. Dilema.
57
Bab 57. Hati yang terluka.
58
Bab 58. Mengutarakan perasaan.
59
Bab 59. Permintaan aneh.
60
Bab 60. Mengambil foto.
61
Bab 61. Foto berdua.
62
Bab 62. Sebuah nama.
63
Bab 63. Sakit.
64
Bab 64. Rencana Nyonya Berta.
65
Bab 65. Keinginan Wiliam
66
Bab 66. I love you.
67
Bab 67. Penolakan.
68
Bab 68. Wiliam menemui sang kakek
69
Bab 69. Maksud kedatangan William
70
Bab 70. Membawa paksa.
71
Bab 71. Permintaan Wiliam.
72
Bab 72. Kegaduhan saat rapat besar
73
Bab 73. Hukuman.
74
Bab 74. Surat peringatan.
75
Bab 75. Ucapan serius.
76
Bab 76. Selamat datang di kamarku
77
Bab 77. Kena kau.
78
Bab 78. Mencoba mencari.
79
Bab 79. Melapor
80
Bab 80. Berusaha kabur.
81
Bab 81. Bersiap untuk pergi.
82
Bab 82. Berpapasan.
83
Bab 83. Cucu menantu.
84
Bab 84. Lamaran pernikahan.
85
Bab 85. Ingin kembali seperti dulu.
86
Bab 86. Sebuah pengakuan.
87
Bab 87. Wiliam VS Michael.
88
Bab 88. Kondisi yang semakin rumit
89
Bab 89. Tidak mau mengalah.
90
Bab 90. Bukan anak asuh lagi.
91
Bab 91. Pamit
92
Bab 92. Kembali ke Mansion Wiliam.
93
Bab 93. Jatuh hati.
94
Bab 94. Restu.
95
Bab 95. Ular Pyhton
96
Bab 96. Cemburu.
97
Bab 97. Memijat.
98
Bab 98. Kencan rahasia.
99
Bab 99. Tanda kemerahan.
100
Bab 100. Bertaruh nyawa.
101
Bab 101. Curahan isi hati.
102
Bab 102. Hubungan yang berakhir.
103
Bab 103. Sebuah cincin.
104
Bab 104. Semakin cantik.
105
Bab 105. Posesif.
106
Bab 106. Siap menikah.
107
Bab 107. Bicara tentang si ular python.
108
Bab 108. Harta peninggalan.
109
Bab 109. Clara vs Floren.
110
Bab 110. Sedikit cerita.
111
Bab 111. Sama-sama berjuang
112
Bab 112. Menyindir dan memghina.
113
Bab 113. Ucapan selamat.
114
Bab 114. Aksi heroik.
115
Bab 115. Pengakuan jujur.
116
Bab 116. Rencana Wiliam.
117
Bab 117. Datang bulan
118
Bab 118. Menghukum Floren
119
Bab 119. Susu gantung.
120
Bab 120. Mengunjungi beberapa tempat
121
Bab 121. Mengunjungi makam.
122
Bab 122. Tampan dan keren.
123
Bab 123. Liburan berdua.
124
Bab 124. Foto Prewedding
125
Bab 125. Trauma.
126
Bab 126. Ulang tahun
127
Bab 127. Surat undangan pernikahan.
128
Bab 128. Ayu bertemu dengan Wiliam.
129
Bab 129. Merasa malu.
130
Bab 130. Mulai tumbuh
131
Bab 131. Resmi menikah.
132
Bab 132. Resepsi.
133
Bab 133. Malam pertama S-1
134
Bab 134. Malam pertama S-2
135
Bab 135. Mandi Berdua.
136
Bab 136. Bulan madu.
137
Bab 137. Makan siang yang membara.
138
Bab 138. Sebuah kabar bahagia.
139
Bab 139. Ngidam yang aneh.
140
Bab 140. Anak ular.
141
Bab 141. Membeli kebutuhan.
142
Bab 142. Berbincang.
143
Bab 143. Baby launching. (Oh anak ularku!)
144
Bab 144. Pemberian nama.
145
Bab 145. Kehancuran Wijaksana.
146
Bab 146. Keributan besar.
147
Bab 147. Pembalasan Nyonya Berta.
148
Bab 148. Menyelamatkan Floren.
149
Bab 149. Perasaan tidak tega.
150
Bab 150. Undangan Michael dan Clara.
151
Bab 151. Pemberkatan Michael & Clara.
152
Bab 152. Pesta Dansa.
153
Bab 153. Ekstra bonus.
154
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!