Jika Kamu Cinta
🪧 Prolog
Ini hanya sebuah cerita… bukan sebuah kisah nyata, tidak diambil dari latar belakang hidup siapapun.
Dalam setiap kehidupan tidak mengenal strata, status, tempat, latar belakang dan situasi hidup, ada kebaikan dan keburukan yang tak bisa dipungkiri, dan ada nilai kearifan yang bisa diambil di sana dalam setiap kisahnya.
Cerita ini tidak bermaksud mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi, mungkin saja dalam cerita ini terkandung sebuah kisah random yang bisa jadi milik seseorang di tempat dan situasinya sendiri.
Maka jika ada kesamaan itu bukan kesengajaan, murni hasil rekaan penulis dan sifatnya hanya semata-mata menghibur para pembaca.
.
🎸
.
Mari mulai dengan Brill...........
Brill keluar dari ruang kelas dengan dengusan sebal. Dia tidak pernah menyukai berada di dalam ruangan kelas lebih lama. Belajar buatnya sangat menjemukan. Sejak kelas sepuluh motivasi belajarnya turun ke titik rendah, keinginannya melanjutkan sekolah di sekolah favorit di ibukota negara atau paling tidak di ibukota provinsi ini bersama sahabat-sahabatnya sejak SMP tidak mendapat persetujuan dari sang mami.
Ini membuat dia tidak punya dorongan untuk melakukan apa pun selama ini, tidak pernah belajar dengan benar, tidak pernah mengerjakan tugas, tidak pernah serius memperhatikan pembelajaran di kelas, tidak pernah mencatat, buku-buku pelajarannya kosong melompong.
Guru wali kelas, guru BP sampai Ibu Kepala Sekolah sudah bosan menasehati dan mengingatkan, Brill konsisten tak merubah sikap dan cara belajarnya. Hanya karena dia anak pejabat nomor satu di daerah ini maka dia bisa naik kelas dan sekarang duduk di kelas dua belas semester akhir.
Di depan gerbang, dia sudah ditunggu mobil hitam besar dan mewah dengan plat nomor khusus. Napas berat terhembus bersamaan dengan pintu mobil yang dibanting kasar.
“Langsung pulang ya nak Brill, ibu mau berangkat ke Jakarta, nunggu nak Brill pulang sekolah baru berangkat…”
Brill diam saja di deret kedua mobil itu. Sebenarnya jarak sekolah dengan rudis bupati tempat tinggalnya selama ini lima belas menit jalan kaki lewat jalan pintas sudah sampai, tapi dia dilarang melakukan itu, ke mana-mana harus diantar-jemput pak Markus, sopir khusus untuknya.
Tujuh menit kemudian, Brill keluar dari mobil dengan cara yang sama yaitu membanting pintu, kemudian berjalan cepat melewati pintu samping. Rudis ini jadi seperti penjara untuk cowok ini karena dikelilingi tembok setinggi hampir tiga meter. Untung saja dia masih dibebaskan keluar rumah tapi dengan persyaratan diantar pak Markus.
“Ully… mami mau ke Jakarta… sini sebentar, sayang…”
Ibu bupati tercantik di antara 12 kepala daerah tingkat dua di provinsi ini karena satu-satunya wanita, melambai saat anak semata wayang melintas di ruang tengah. Di dekat mami dua sespri sedang sibuk menyiapkan kebutuhan ibu pejabat untuk keberangkatan dinasnya.
“Pergi aja mam… hati-hati di jalan…”
Brill menjawab malas tanpa menghentikan langkahnya.
“Brill…”
Suara mami berubah tegas dan itu menghentikan langkah cowok setinggi 177 sentimeter itu.
“Sini… kenapa semakin hari semakin tidak sopan?”
“Apa gunanya kesopanan?”
“Hadap sini, Ully… jangan mulai berdebat dengan mami… dengerin mami…"
Brill mendekat dengan rasa jengkel yang menyeruak di permukaan wajah putihnya.
“Mam, aku bukan anak kecil lagi, stop memanggilku dengan nama itu…“
“Itu ucapan kamu sendiri…”
“Itu aku umur tiga tahun mam…”
Brill berbalik dengan marah, langkahnya kembali terayun menjauh dari maminya menuju kamarnya sendiri.
“Brill... mami belum ngomong apa-apa, ke sini kamu…”
“Aku udah hafal mam, apa yang mau mami omongin… kalau ada yang penting wa aja… malas ngomong sama mami…”
Wanita yang dihormati dan disegani banyak orang tidak berkutik di hadapan anaknya sendiri. Hubungan mereka memang buruk sebagai mami dan anak, tak ada bedanya dengan hubungan Brill sama papinya. Hanya di depan publik saja mereka terlihat harmonis dan bahagia serta saling sayang. Jika para sespri atau orang yang bekerja di rumah dinas yang megah ini bocor mulut, mungkin cerita tentang keadaan keluarga ibu pejabat terhormat akan terkuak.
Beberapa waktu kemudian Brill keluar dari kamar dengan ransel yang menggantung di satu bahunya serta tangan yang menenteng quitar kesayangan. Seragam sekolah telah berganti dengan celana sport pendek dan kaos oblong tanpa lengan. Dia melewati sang mami yang masih sibuk menelpon sementara seorang penata rias pribadi sedang membenahi rambut sasak badai wanita yang selalu elegant itu.
“Mau ke mana Brill…”
Sang mami menjauhkan hp dari telinganya.
“Mau ke rumah oma…”
Brill bertingkah sopan sekarang, matanya melihat sepintas ada beberapa orang yang dia ketahui pejabat eselon satu di lingkungan kantor sang mami yang sudah duduk agak jauh di set sofa ruang tamu, mata mereka sedang memperhatikan dirinya.
“Sini dulu sayang…”
Tangan mami melambai, sebuah sikap yang sudah jadi spontanitasnya memanggil bawahan, berlaku juga untuk Brill. Drama dimulai, Brill mendekat sambil mengubah ekspresi wajahnya, tersenyum untuk mami yang sekarang merentangkan tangannya hendak memeluk anaknya. Sang penata rias berhenti untuk memberi kesempatan ibu terhormat ini melakukan salam perpisahan.
“Mami dua hari aja di sana, gak mungkin bisa lama kan… pulangnya bareng papi, baik-baik di rumah ya sayang…”
“Mami gak terlambat… ini udah siang…”
“Mami penerbangan terakhir, gak lama lagi berangkat… gak mungkin juga pesawat berangkat sebelum mami sampai di bandara…”
Ya benar, seperti ada aturan tak tertulis, orang-orang seperti maminya punya banyak prioritas dan perlakuan khusus untuk sesuatu. Brill turut menikmati perlakuan khusus dan istimewa sebagai anak pejabat.
Anak dan mami itu saling peluk beberapa saat, drama bahagia berakhir dengan sebuah kalimat manis…
“Take care mam… I love you…”
“I love you, too… son…”
Brill keluar dari ruangan itu dan sebelumnya melepaskan senyum ramah pada beberapa orang terhormat yang sedang menunggu maminya.
Di dalam mobil, dia melepas sebuah hembusan kasar dari paru-parunya. Setiap maminya berangkat entah ke luar daerah untuk dinas atau untuk urusan bisnis keluarga, Brill juga akan meninggal rumah dinas itu, rumah yang dibangun di masa jabatan maminya yang pertama, sekarang adalah masa jabatan yang kedua setelah maminya terpilih kembali. Ini tahun terakhir untuk maminya, dan tak mungkin terpilih lagi karena batasan dua kali menjabat.
Kedua orang tuanya telah sukses menjadi pebisnis tapi tak puas dengan itu, merasakan panggilan hati untuk terjun di dunia politik, papinya terpilih menjadi anggota dewan tingkat provinsi bahkan menjadi ketua dewan karena papinya adalah ketua DPD tingkat I sebuah partai besar, dan sekarang sedang berancang-ancang maju sebagai kandidat walikota di kota Manado.
Hidupnya bergelimang harta, tapi hatinya menyimpan sepi dan marah sejak lama. Hidupnya diatur menurut keinginan sang mami, dengan alasan dia anak satu-satunya.
Hanya oma yang menjadi sosok satu-satunya yang peduli padanya...
.
Brill Timothy Ratulangi...
Semoga kisahnya manis ajaaa....
Salam hangat...
Aby 💟
.
🎸
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Capricorn 🦄
.
2024-07-07
0
Salsa Sal
baru nemu, tapi sudah jatuh cinta, semangat ya kak author....
2024-07-06
1
Sri Astuti
thank you
2023-07-05
0