Brill menatap sedih dan marah orang-orang yang sedang memuat kembali peralatan musik miliknya ke sebuah mobil pick up. Itu baru aja selesai disetting di kamar besar di sayap kiri rumah ini. Kedatangan mami disusul papi di rumah ini langsung memerintahkan beberapa orang untuk mengembalikan semua alat musik itu ke Aula, tempat di mana Brill mengambilnya tadi siang.
Siapa yang bisa melawan perintah mami dan papinya? Dua orang penting petinggi di daerah ini, mami sang kepala daerah dan papi sang ketua dewan provinsi ini.
Brill mendobrak pintu ruang dalam, tidak mempedulikan seorang sespri yang berjaga di sana.
"Mam... itu semua punyaku... ini..."
"Kamu membuat mami malu... di mana pikiranmu, kalau mami gak segera bertindak besok bisa muncul berita mengenai kelakuanmu! Bisa viral anak bupati Minahasa Selatan tidak menghargai orang tua, bisa muncul berita lain tentang ibu bupati yang tidak mampu mendidik anaknya... Jaga sikapmu Brill... sana jangan ganggu mami, kelakuanmu membuat mami susah saja..."
Suara mami tajam dengan sorot mata marah, tapi masih dalam keanggunan seorang wanita terhormat.
"Tapi mam... mami gak bertanya padaku, mana bisa seperti itu..."
"Itu semua beli pakai uang mami!"
Tangan mami terangkat di udara, bagi Brill itu tindakan paling menyakitkan, dia merasa diusir dari ruangan itu. Brill hanya bisa melayangkan sorot benci pada sang mami yang tak mengkonfirmasi apapun padanya atau memberi dia kesempatan untuk menyampaikan keinginannya.
Brill keluar dari ruangan itu dengan wajah memerah. Brill merampas kunci mobil dari tangan om Markus dan dengan berlari dia masuk ke dalam mobil hitam besar yang dia gunakan sehari-hari, menjalankan kendaraan mahal itu dan langsung melesat keluar dari halaman besar rumah ini, melindas beberapa tanaman bunga di halaman dan tidak mempedulikan teriakan orang-orang di belakangnya. Om Markus tak sempat mengejar.
"Oma... nak Brill pergi, kelihatannya marah... dia... dia ngebut oma, saya takut terjadi apa-apa, dia belum lancar bawa mobil..."
Om Markus masuk ke dalam rumah dan hanya mampu melapor pada oma Susan.
"Cepat susul Markus... pakai motor atau mobil oma..."
Markus buru-buru meninggalkan oma Susan. Jantungnya berdetak cepat, dia khawatir dengan anak asuhnya. Sejak kecil anak itu sudah dia kawal ke mana-mana, jadi semacam asisten pribadi anak itu kurang lebih hampir sepuluh tahun ini. Malah boleh dikata Brill lebih dekat dengannya ketimbang dengan orang tuanya sendiri.
Si oma panik bercampur geram bergegas menuju ruang dalam, ruang yang sering digunakan anak bungsunya jika datang di sini.
Di dalam ruangan itu ibu bupati sedang membaca berkas penting dibantu sesprinya, sedangkan seorang sespri dan seorang polwan yang jadi pengawal ibu bupati sedang berjaga di depan pintu. Hal yang sama di sudut yang lain, menantunya sedang bertelepon tentu untuk urusan politiknya, ada sesprinya yang sedang sibuk dengan laptopnya.
Oma Susan berdiri marah di sana...
"Inggrid!"
Suara kesal dan tajam oma Susan, dilengkapi raut wajah yang memerah menghentikan kegiatan ibu bupati dan para sespri, si ketua dewan tak terganggu. Dengan gerakan tangan ibu bupati meminta sesprinya meninggalkan ruangan itu, sespri bapak dewan pun ikut meninggalkan ruangan.
"Di sini pun kalian memilih bekerja dari pada memperhatikan anak sendiri..."
"Ma... urusanku banyak dan penting, gara-gara anak itu aku menunda beberapa meeting penting..."
Ibu Inggrid hanya menoleh sekilas pada mamanya lalu meneruskan membaca berkas penting di tangannya. Kakinya dia angkat bersilang anggun duduk dengan cantik di sofa berkulit putih itu.
"Apa Brill gak penting lagi buat kalian? Inggrid? James?"
Suara oma Susan tajam dan membuat pak James Ratulangi akhirnya menutup panggilan. Dia mendekati oma Susan.
"Ma... mama terlalu memanjakan Brill, lihat hasilnya sekarang dia jadi pembangkang, tindakannya kali ini tidak bisa dibiarkan..."
"Oh? Jadi kalian menyalahkan mama sekarang? Menyebut anak remaja yang mempertahankan miliknya sebagai pembangkang? Begitu?"
"Bukan itu maksud James ma..."
Lelaki berfisik mendekati sempurna, terlihat sangat tampan di usianya, meraih tangan mama mertua. Oma Susan yang marah menepis tangan menantunya. Ibu Inggrid akhirnya meletakkan pekerjaan di tangannya, merasakan kemarahan mamanya dalam suara dan ekspresinya.
"Tapi... setiap kali dia melakukan kesalahan, dia datang pada mama, karena dia tahu mama pasti membelanya, dan itu membuat dia semakin bertingkah... itu gak baik ke depannya..."
Pak dewan memberikan argumentasinya, tidak usah diragukan soal kelihaian bapak politikus handal di daerah ini untuk menyanggah sesuatu.
"Dia? Itu anakmu sendiri James... kenapa seperti membicarakan orang lain? Brill darah daging kalian, seharusnya prioritas hidup kalian adalah anak kalian... anak kalian cuma satu... hanya Brill? Satu saja kalian tidak becus mengurusnya... kalian memikirkan kehidupan masyarakat satu propinsi, satu kabupaten... tapi di rumah kalian hanya ada satu anak... dan kalian tidak peduli padanya!"
Oma Susan masih berapi-api mengeluarkan kemarahannya pada dua anaknya.
"Ma... prioritas kami tetap Brill... tapi tanggung jawab kami berdua besar ma... kalau aku gak peduli padanya, aku sudah mengikuti kemauannya bersekolah di luar, tapi aku ingin sesibuk-sibuknya aku, James juga... kami masih bisa komunikasi dan melihat dia..."
Ibu Inggrid sekarang menyela.
"Ya ya... formalitas gaya bahasa khas kalian... terlalu basi, di depan publik kalian boleh beretorika tapi itu tidak berlaku untuk mama. Kalau komunikasi kalian baik dengan Brill... kalian pasti tahu perasaannya, keinginannya, kebutuhannya... Mana sempat kalian mendengar keluhan Brill? Yang ada di otak kalian adalah Brill harus patuh pada semua aturan kalian... karena apa? Briil itu cuma salah satu citra positif kalian di depan publik..."
"Ma... itu tidak benar, masa ada orang tua yang tidak peduli anaknya... aturan itu untuk mendidik dia supaya jadi pribadi yang lebih baik. Saya minta jangan manjakan dia, jangan ikutin kemauannya, jangan bela kesalahannya dan kalau dia ke sini tolong minta dia pulang ke rumah lagi... dan saya mohon mama tolong jangan intervensi cara kami mendidik Brill..."
"James?? Oh... Baru kamu satu-satunya yang mengatakan hal seperti itu pada mama... Dengar... mama punya tiga anak... apa mama perlu bilang satu-satu... mungkin kamu lupa karena urusanmu banyak dan penting... satu anak mama Rektor Universitas Negeri masuk dua periode, satu lagi bendahara parpol terbesar di negara ini, dan jangan lupa, wanita terhormat bupati di daerah ini yang kau nikahi ini hasil didikanku!!"
"Ma... sudahlah..."
Ibu Inggrid berdiri lalu merangkul oma Susan.
"Maksud James baik... biarkan kami mendidik anak kami... ya ma..."
"Tidak... kamu sudah dengar tadi perkataanku Inggrid... Brill akan tinggal di sini... kalian tidak bisa memberikan apa yang Brill butuhkan yaitu pengertian dan kasih sayang orang tua! Bahkan kalian selalu tega menyakitinya. Brill akan tinggal bersamaku di sini!"
Pungkas oma Susan menutup perdebatan, meninggalkan dua orang penting di ruangan itu dengan otoritas yang tak bisa dilawan.
Oma Susan baru mencapai pintu, seorang sespri ibu bupati masuk...
"Bu... Brill kecelakaan... dia menabrak tanggul pembatas di Boulevard..."
"Oh Tuhan... bagaimana Brill?"
Oma Susan langsung lemas dan segera ditahan sespri bu bupati.
"Masih di lokasi, saya sudah telpon rumah sakit..."
"Tolong antar oma ke sana..."
Dua sespri bu bupati memapah oma Susan keluar dari ruangan.
"Kalau terjadi apa-apa pada cucuku... itu salah kalian..."
Oma Susan meninggalkan kedua anaknya sambil menangis.
.
Kebahagiaan yang paling besar, kepuasan yang paling dalam, gairah yang paling hebat, dan ketenangan batin paling mendalam semuanya berasal dari keluarga yang penuh kasih sayang. Brill miskin semua hal itu.
Orangtuanya menjadi orang hebat di hati masyarakat kabupaten ini, maminya begitu dihargai dan diakui hebat memimpin daerah ini, papinya begitu menonjol sepak-terjangnya di dunia politik, tapi mereka bukan orangtua yang hebat di hati anak mereka.
.
🎭
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sri Astuti
malah nyalahin oma.. klo sdh celska trus msu gmn? salahin anak lagi.. msh untung klo hidup.. hidup pun klo cacat sispa yg rugi dan susah
2023-07-05
0
Putri Minwa
hidup mewah tapi hati nggak senang ya nggak ada juga gunanya kan.
2022-12-11
1
Bunda Titin
aku kok heran ya mereka orang pintar .....menduduki jabatan penting tp kok susah sekali di beri pengertian bahkan terang2an berani membalikkan ucapan Oma Susan.........aku kok kesel banget ya.......aku aj yg orang awam sangat2 mengerti bahwa mereka terlalu keras pada Brill, masa mereka yg jauh lbh pinter dan lbh segalanya ga menyadarinya ya...........haadeeeuuuhhhh...........🤦🙈🤔🤨😤🙄😬
2022-07-06
1