Eps. 5. Memanfaatkan

Rilly selalu dilema dengan ini... oma Betsy baru bisa tertidur menjelang subuh, dan bangun sekitar jam tujuh pagi, tidak mungkin membangunkan oma lebih pagi. Jika pun memandikan oma di jam itu walaupun menggunakan air panas oma akan kedinginan setelahnya. Jam biologis oma untuk BAB juga bukan pagi-pagi, jadi kadang percuma memandikan terlalu pagi. Sementara dia harus berangkat sekolah.

Hari ini ada ponakan oma Betsy dari Medan yang berkunjung, yaitu Rahel dan suaminya. Dan oma Betsy dalam keadaan kotor dan bau, tante Ine merasa dipermalukan karena sempat tercetus kata-kata yang menyudutkan tante Ine, dianggap tidak bisa merawat oma Betsy. Rilly menjadi orang yang disalahkan akhirnya.

Saat Rilly pulang ke rumah, bentakan serta kata-kata kasar langsung menyerbu gendang telinganya.

"Kamu membuat saya malu! Sudah sering saya dan Emil ingatkan... jangan berangkat sekolah sebelum mami mandi!"

"Tapi... saya selalu terlambat ke sekolah tante Ine... kalau menunggu oma..."

"Saya tidak mau tahu soal itu!"

"Sok-sok'an sekolah... di kelas rangking paling bawah juga..."

Manda, anak kedua tante Ine mencibir. Mereka berdua sama-sama kelas dua belas tapi berbeda jurusan. Manda di IPA sementara Rilly di IPS.

Rilly hanya melirik sedih, di sekolah Manda bertingkah seolah tidak mengenal dirinya, jika pun mengakui Rilly disebut sebagai pembantu di rumah mereka.

"Dengar! Tidak ada alasan! Tugas utamamu di rumah ini adalah mengurus mami! Lagipula dengan fisik seperti dirimu, mau jadi apa? Masih bagus kita sekolahkan biar tidak bodoh-bodoh amat..."

Tante Ine diam sejenak... pandangan mata masih tajam ke arah Rilly yang masih berdiri di teras samping.

"Harusnya kamu sadar diri! Kalau bukan karena kemurahan hati mami kamu sudah lama tiada! Siapa yang mau mengurus anak sakit-sakitan seperti kamu, cuma mami yang mau! Jadi jangan lupa... kamu wajib mengurus mami! Jangan jadi orang yang tidak tahu terima kasih! Saya tidak mau kejadian ini terulang!!!"

Wanita dengan sasak tinggi mirip sasak ibu bupati belum berhenti mengoceh, padahal sudah sejak tadi marah-marah.

"Merugikan orang saja... sudah tinggal dan makan gratis disekolahkan lagi, mana ada orang sebaik kami ngurus anak sial macam kamu!!"

Tante Ineke meninggalkan Rilly masih dengan banyak gerutuan keluar dari bibir berlipstik merah menyala. Dia harus kembali ke kantor lagi, menjadi super sibuk setelah naik jabatan sebagai kepala bagian Humas dan Protokol di Pemkab Minsel. Sebuah jabatan yang banyak merubah tante Ine mulai dari penampilannya, selalu berdandan sempurna meskipun berseragam khaki, ditambah jiwa nyonya yang suka memerintah semakin meningkat derajatnya.

Rilly masuk ke kamar oma Betsy sambil memegang dadanya. Terlalu sakit mendengar ucapan tante Ine yang sangat menusuk perasaannya. Tak ada airmata memang, sejak lama dia terbiasa dengan hinaan dan kata-kata kasar penghuni rumah ini. Sakit hati tentu saja karena dia manusia yang memiliki perasaan, tapi entah siapa yang bisa menjadi tempat curahan hatinya, yang bisa memahami perasaannya.

Oma Betsy sedang tertidur pulas, sudah berganti pakaian, berarti sudah dimandikan, kamar juga terlihat sudah dibersihkan. Rilly keluar lagi menuju dapur, perutnya belum terisi apapun selain air putih sejak tadi pagi.

Di dapur...

"Siang tante Ann..."

Rilly menyapa pembantu rumah ini yang sedang membersihkan dapur.

"Makan Ril..."

"Iya tante... tante udah makan?"

"Udah... kamu makan yang banyak, biar badanmu berisi, kamu terlalu kurus ceking seperti orang TBC..."

Rilly hanya tersenyum masam, dengan tinggi 163 cm berat badannya empat puluh lima kilo mungkin terlalu kurus di mata tante Ann.

"Tan... siapa yang bersihin oma? Tante ya?"

"Bukan... kamu tahu tante gak tahan jijik, udah gak bisa masak kalau harus bersihin oma... tante hanya membersihkan kamar..."

"Terus... siapa?"

"Bu Ineke membayar Suster Anti..."

Pantas tante Ineke marah-marah. Dia paling perhitungan soal uang, untuk kebutuhan oma Betsy semua dia bebankan pada tante Isye dan tante Irma, dengan alasan dia yang merawat, dua kakaknya tidak bisa jadi wajib mengirim uang bulanan. Padahal, hanya berapa persen uang kiriman yang digunakan untuk keperluan oma Betsy.

.

🌻

.

"Oma... oma sudah bersih dan wangi sekarang..."

Rilly meletakkan sisir sambil melihat tampilan oma Betsy di cermin. Oma Betsy sudah duduk di kursi rodanya.

"Sekarang oma berjemur sedikit ya... telapak kaki dan tangan oma dingin..."

"Kamu tidak ke sekolah hari ini?"

Rilly menghembuskan napas beratnya tak kentara, dua hari berturut-turut dia dimarahi om Emil dan tante Ineke karena dia berangkat sekolah, mereka tidak peduli dengan alasan Rilly sedang ada UTS. Hari ini dengan berat hati dia menahan diri dan menahan perasaan untuk tidak ke sekolah, terlebih pagi-pagi om Emil sudah mengancam dirinya akan dipulangkan ke rumah orang tuanya. Rilly memilih tinggal bersama oma Betsy dari pada bersama orang tua kandungnya.

"Rilly?"

"Oh iya oma... hari ini ada kegiatan guru-guru..."

Rilly memberikan alasan supaya oma tidak banyak bertanya atau menyuruh dia berangkat sekolah. Tadi ingin sekali Rilly membangkang, berangkat sekolah demi mengikuti ujian. Dia sudah berkali-kali mendapat peringatan dari guru wali kelas, selain karena nilai-nilainya yang tidak mencukupi KKM yaitu nilai rata-rata minimal, dia juga banyak bolosnya.

Rilly melirik jam di dinding, percuma ke sekolah, sudah jam sembilan. Rilly mendorong kursi oma Betsy keluar dari kamar menuju teras samping.

"Oma... hari ini ada Posyandu Lansia di kelurahan... oma mau Rilly anterin ke sana? Oma udah lama gak periksa kesehatan... tadi malam bu bidan Rodhe datang ke sini meminta Rilly membawa oma hari ini..."

"Kelurahannya jauh Rilly... kamu gak mungkin dorong oma sejauh itu..."

"Makanya oma bilang ke tante Ine..."

"Kamu panggil Ineke ke sini... tapi telpon Isye dulu..."

"Bentar oma..."

Rilly mengambil hp oma Betsy dari sakunya, menyambungkan ke nomor anak tertua oma, begitulah rutinitas oma setiap kali selesai mandi menelpon dua anaknya yang tinggal jauh darinya. Setelah tersambung Rilly memberikan hp itu ke tangan oma.

Rilly kemudian mengatur bagian roda di kursi supaya tidak bergerak lalu masuk ke dalam, menemukan tante Ine sudah cantik dengan pakaian seragam khakinya ada di meja makan sedang sarapan.

"Mami sudah sarapan?"

Tumben si tante menanyakan.

"Sudah tadi..."

Rilly menjawab setengah gugup khawatir kena semprot, baru ingat tante ini tidak mau direpotkan mengenai urusan oma Betsy, padahal itu maminya sendiri, pekerjaannya selalu jadi alasan padahal tidak dua puluh empat jam dia bekerja.

"Tante... tante dipanggil oma... oma ada di teras..."

Tante Ineke mendelik tak senang.

"Ada apa sih?"

Dengan wajah gusar dia meninggalkan sarapannya keluar ke teras samping. Tumben kali ini mau menuruti, tapi wajah sangat jelas menunjukkan dia enggan dan terlihat terpaksa. Rilly mengikuti dari belakang.

Oma sedang asyik vc dengan anak tertua...

📱

"Isye... kapan datang lihat mami..."

"Isye pulang di hari thanksgiving..."

"Itu masih lama Isye... mami kangen nak..."

.

Tante Ine kemudian mengambil hp dari tangan oma Betsy.

.

"Ada apa Sye?"

Suara kesal tante Ine menyapa kakaknya. Tante Ine mengabaikan tangan oma yang mau meraih hpnya lagi.

"Gak ada apa-apa... ngobrol biasa aja dengan mami... kenapa kamu terlihat jengkel?"

"Kirain ada yang penting... ya sudah aku udah telat ke kantor..."

.

Tante Ine mengembalikan hp oma, lalu buru-buru pergi.

"Ine, antar mami ke kelurahan..."

"Ngapain di sana?"

Tante Ineke berbalik.

"Bidan Rodhe menyuruh membawa oma... katanya oma udah lama gak periksa kesehatan..."

Rilly yang menjawab.

.

"In? Kamu gak pernah bawa mami ke dokter? Aku kirim uang tiap bulan loh, Irma juga..."

.

Ternyata hp masih tersambung, suara tante Isye terdengar oleh tante Ineke.

"Ehh... siapa bilang??"

Suara tante Ineke meninggi sambil mata menatap tajam setajam cutter baru ke arah Rilly. Rilly menggeleng pelan menyadari ucapannya telah membuat tante Ineke emosi. Tante Ine mengambil lagi hp di tangan oma Betsy.

.

"Hari ini ada Posyandu Lansia, biasa kok petugas kesehatan dari Puskesmas yang tinggal di kelurahan ini suka mendatangi para lansia untuk mengingatkan... itu aja... gak wajib juga mami ke sana..."

.

Setelah menjelaskan menurut versinya tante Ine melayangkan tatapan marah pada Rilly lalu mengembalikan hp ke tangan oma Betsy, panggilan sudan dimatikan oleh tante Ineke.

"Awas kamu ya... jangan suka mengaduh yang gak benar ke Isye dan Irma... Kamu bilang apa sama Irma kemaren hah??"

"Saya gak pernah ngomong apapun sama tante Irma... sama tante Isye juga gak... mereka ngobrol sama oma aja..."

Rilly menjawab takut-takut, sejak kejadian tante Rahel datang berkunjung tante Ine semakin kasar padanya.

"Sudah sana... kamu ke kantor aja Ine, mami nanti pergi sendiri ke Posyandu..."

"Gak usah ke sana mi... nanti malam saya antarkan ke dokter... mami juga gak perlu sebenarnya, mami gak ada keluhan kan..."

"Mami mau ke Posyandu, kamu selalu janji bawa mami kontrol dokter tapi gak pernah kamu tepati... mami minta uang mau sewa mobil kalau kamu keberatan mengantarkan mami..."

Suara oma Betsy tegas.

"Aku gak keberatan mi... tapi aku banyak kerjaan gak bisa terlambat atau ijin pulang nanti..."

"Minta uang saja..."

"Aku gak ada cash mi..."

"Mana ATM mami kalau begitu... banyak keperluan mami sudah habis, mami mau mampir Indimart... kamu selalu beli seadanya keperluan mami, diapers mami tinggal berapa... ambil ATMnya..."

"Mi... nanti aku yang belanja... mami gak boleh belanja sendiri..."

"Mami ke sana dengan Rilly..."

"Mi... nanti dia nipu mami belanja ini-itu buat dirinya... dia manfaatin mami lagi...mami terlalu baik sama dia..."

Rilly menunduk, berkali-kali dia mendengar kalimat serupa, tetapi tetap saja sakit dadanya, tidak ada kata kebal untuk hati atau menyangkut perasaan.

"Bukannya kamu yang selalu memanfaatkan uang mami untuk belanja keperluan rumahmu? Keperluan mami kamu beli sekedarnya... gak usah menuduh orang, periksa diri sendiri... mana ATMnya..."

Wajah tante Ine seperti wajah kucing yang mau mencakar muka Rilly, tapi tak urung dia melangkah ke dalam akhirnya. Wajah oma Betsy terlihat menahan emosi terhadap anak bungsunya. Sejak lama dia tahu kelakuan anaknya, tapi kali ini dia tidak ingin membiarkan lagi.

Semua pemasukan dari hasil kebun dia gunakan sendiri tidak pernah memberikan pada oma Betsy, termasuk uang kiriman dua anaknya setiap bulan. Ada aset oma yang dijual tanpa sepengetahuan oma. Mungkin saatnya dia harus tegas, dia akan meminta kedua anaknya untuk pulang untuk membagi secara adil semua aset miliknya, sebelum anak bungsunya semakin tidak terkendali.

.

Hati yang tamak tidak mempedulikan apakah yang dia gunakan adalah haknya atau bukan.

.

Hi semua... awal-awal cerita ya... semoga alurnya menarik...

.

🌻

.

Terpopuler

Comments

Salsa Sal

Salsa Sal

alurnya bagus, tata bahasanya juga rapih, kereeennn thor...

2024-07-06

0

Sri Astuti

Sri Astuti

kesel banget sn Ine, bgt maruk dan ga bertanggubg jwb. sm ibu sendiri ga sayang.. udah gt arogan pula

2023-07-05

0

Nabila Petta

Nabila Petta

Mengenai Thanksgiving jadi ke ingat waktu masa rema hingga selesai kuliah pasti tiap tahun ketemu sama keluarga besar di Tondano... Heheheeheee jadi flashback ini...


Up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up terus ya Author... Tetap semangat Author... God bless you Thor...

2023-03-27

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1. Brill Timothy Ratulangi
2 Eps. 2. Brillianty Jeanetta Tendean
3 Eps. 3. Oma Susan
4 Eps. 4. Prioritas
5 Eps. 5. Memanfaatkan
6 Eps. 6. Sekedar Hadir
7 Eps. 7. Jepang-Inggris
8 Eps. 8. Menerima Nasib
9 Eps. 9. Duet Manis dengan Oma
10 Eps. 10. Jadi Bagian di Namanya
11 Eps. 11. Ada dan Tiada Dirimu
12 Eps. 12. Kehilangan Teman?
13 Eps. 13. Romantis
14 Eps. 14. Operasi Bibir Sumbing
15 Eps. 15. Aku Udah Oke?
16 Eps. 16. Yakin Sekarang
17 Eps. 17. Satu-satunya
18 Eps. 18. Pindah
19 Eps. 19. Pengen Ketemu
20 Eps. 20. Pelampiasan
21 Eps. 21. Impian
22 Eps. 22. Syarat
23 Eps. 23. Kangen
24 Eps. 24. Profesor Linglung
25 Eps. 25. Ternyata Suka
26 Eps. 26. Tak Ingin Menyusahkan
27 Eps. 27. Seorang Teman
28 Eps. 28. Tidak Pernah Memiliki
29 Eps. 29. Rilly Tak Seberuntung Brill
30 Eps. 30. Di Bawah Langit yang Berbeda
31 Eps. 31. Pulang
32 Eps. 32. Berubah ya Brill?
33 Eps. 33. Menjangkau Ke Tingkat Berikutnya
34 Eps. 34. Rilly Jean Tendean, Apakah Kamu Masih Mengingatku?
35 Eps. 35 Suatu Hari Nanti, Brill Timothy
36 Eps. 36. Mulai
37 Eps. 37. Buat Kamu Aja
38 Eps. 38. Lupakan Sekarang, Kedekatan Tak Akan Kembali
39 Eps. 39. Galau atau Senang Sih?
40 Part. 40, Hati yang Coba Mengingkari Kenyataan
41 Eps. 41. Bunglon
42 Eps. 42. Ketularan
43 Eps. 43. Cuma yang Pacaran
44 Eps. 44. Teman yang Nekad Sajakah?
45 Eps. 45. Ada Untungnya
46 Eps. 46. Itu Aja Cukup
47 Eps. 47. Gak Perlu Kangen
48 Eps. 48. Simpan dulu Resahmu Rilly
49 Eps. 49. Antara Rilly dan Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 1
50 Eps 50. Antara Rilly Atau Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 2
51 Eps. 51. B 121 LL
52 Eps 52. Siapa yang akan Menjadi Miliknya?
53 Eps 53. Deretan Angka
54 Eps. 54. Yang Aku Inginkan
55 Eps. 55. Menikah Muda?
56 Eps. 56. Dua Hari Itu Lama
57 Eps. 57. Ijinin Aku Nikah
58 Eps. 58. Tidak Suka Ditolak
59 Eps. 59. Rasa Cinta yang Besar
60 Eps. 60. Secinta Ini
61 Judul Baru
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Eps. 1. Brill Timothy Ratulangi
2
Eps. 2. Brillianty Jeanetta Tendean
3
Eps. 3. Oma Susan
4
Eps. 4. Prioritas
5
Eps. 5. Memanfaatkan
6
Eps. 6. Sekedar Hadir
7
Eps. 7. Jepang-Inggris
8
Eps. 8. Menerima Nasib
9
Eps. 9. Duet Manis dengan Oma
10
Eps. 10. Jadi Bagian di Namanya
11
Eps. 11. Ada dan Tiada Dirimu
12
Eps. 12. Kehilangan Teman?
13
Eps. 13. Romantis
14
Eps. 14. Operasi Bibir Sumbing
15
Eps. 15. Aku Udah Oke?
16
Eps. 16. Yakin Sekarang
17
Eps. 17. Satu-satunya
18
Eps. 18. Pindah
19
Eps. 19. Pengen Ketemu
20
Eps. 20. Pelampiasan
21
Eps. 21. Impian
22
Eps. 22. Syarat
23
Eps. 23. Kangen
24
Eps. 24. Profesor Linglung
25
Eps. 25. Ternyata Suka
26
Eps. 26. Tak Ingin Menyusahkan
27
Eps. 27. Seorang Teman
28
Eps. 28. Tidak Pernah Memiliki
29
Eps. 29. Rilly Tak Seberuntung Brill
30
Eps. 30. Di Bawah Langit yang Berbeda
31
Eps. 31. Pulang
32
Eps. 32. Berubah ya Brill?
33
Eps. 33. Menjangkau Ke Tingkat Berikutnya
34
Eps. 34. Rilly Jean Tendean, Apakah Kamu Masih Mengingatku?
35
Eps. 35 Suatu Hari Nanti, Brill Timothy
36
Eps. 36. Mulai
37
Eps. 37. Buat Kamu Aja
38
Eps. 38. Lupakan Sekarang, Kedekatan Tak Akan Kembali
39
Eps. 39. Galau atau Senang Sih?
40
Part. 40, Hati yang Coba Mengingkari Kenyataan
41
Eps. 41. Bunglon
42
Eps. 42. Ketularan
43
Eps. 43. Cuma yang Pacaran
44
Eps. 44. Teman yang Nekad Sajakah?
45
Eps. 45. Ada Untungnya
46
Eps. 46. Itu Aja Cukup
47
Eps. 47. Gak Perlu Kangen
48
Eps. 48. Simpan dulu Resahmu Rilly
49
Eps. 49. Antara Rilly dan Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 1
50
Eps 50. Antara Rilly Atau Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 2
51
Eps. 51. B 121 LL
52
Eps 52. Siapa yang akan Menjadi Miliknya?
53
Eps 53. Deretan Angka
54
Eps. 54. Yang Aku Inginkan
55
Eps. 55. Menikah Muda?
56
Eps. 56. Dua Hari Itu Lama
57
Eps. 57. Ijinin Aku Nikah
58
Eps. 58. Tidak Suka Ditolak
59
Eps. 59. Rasa Cinta yang Besar
60
Eps. 60. Secinta Ini
61
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!