Eps. 3. Oma Susan

"Siang oma..."

Brill menyapa oma saat memasuki rumah. Di meja makan Brill melihat banyak makanan.

"Siang..."

Oma menyambut dengan senyum, tangannya merangkul hangat cucunya saat Brill sudah di dekatnya. Sebuah ciuman oma berikan dengan menarik kepala Brill agar menunduk.

"Ada acara?"

Brill bertanya singkat.

"Ada pertemuan Lansia siang ini... eh eh... cuci tangan dulu..."

Brill yang tangannya hampir menggenggam sebuah kue khas daerah ini mengurungkan niatnya. Oma Susan mengangkat jari telunjuknya melewati dahinya, kebiasaan unik oma setiap melarang sesuatu.

"Oma pelit..."

"Bukan pelit, tangan harus bersih sebelum memegang makanan, kebiasaan jorok kamu tidak berubah..."

Brill menekukkan wajah lalu meninggalkan oma Susan. Oma memperhatikan langkah gontai salah satu cucu laki-lakinya, cucu yang paling dekat dengannya, oma merasakan sesuatu dari gestur itu, sambil berjalan wajahnya menunduk, itu sebuah pertanda telah terjadi sesuatu.

"Gak jadi makan kuenya? Masih panas dan lembut, kamu pasti suka..."

"Malas cuci tangan..."

Brill hanya berteriak tanpa menghentikan langkahnya semakin menjauh menuju kamarnya yang ada di salah satu bagian rumah besar ini. Rumah yang berbentuk unik, seperti empat rumah yang masing-masing ujungnya bertemu di tengah, jika di lihat dari atas seperti membentuk tanda plus, kata oma itu mewakili empat mata angin. Bagian poros tengah yang menjadi area luas dengan banyak bukaan, merupakan ruang makan sekaligus ruang tempat acara-acara keluarga diadakan.

Markus dan dua orang yang dikenali oma membawa masuk banyak barang.

"Apa ini Markus?"

"Peralatan musik nak Brill..."

"Kenapa dibawa ke sini?"

"Nak Brill yang minta..."

"Dia dimarahin maminya lagi?"

"Saya tidak tahu oma... tadinya ini sudah diletakkan di Aula Pemkab, tapi disuruh angkat oleh nak Brill untuk dibawa ke sini..."

"Maksudnya ditaroh di Aula untuk apa?"

"Sudah disumbangkan ibu buat kegiatan di Aula itu..."

"Disumbangkan? Kenapa diambil lagi?"

"Kata nak Brill itu miliknya...tidak ada yang bertanya padanya tentang itu..."

"Lalu bagaimana caranya kalian bisa mengambil lagi?"

"Nak Brill datang sendiri ke Aula dan minta ijin untuk mengambil ini semua... ini diletakkan di mana oma?"

"Di ruangan di ujung sana, Lurus aja... kamar kedua dari sini suka dipakai anak itu jadi studionya..."

Oma Susan mengambil hpnya sambil mengamati dua ART pria dari rumah dinas putrinya yang sudah kembali menuju mobil pick up, terlihat dari posisi oma Susan di atas mobil pick up masih banyak barang berupa speaker dan alat lain.

.

📱

"Mana Inggrid..."

"Maaf... Ibu tidak bisa diganggu, ada rapat penting..."

"Saya tidak peduli dengan semua rapatnya, berikan hp padanya atau saya yang ke kantor..."

.

Oma Susan berbicara dengan nada dingin dan berwibawa membuat sespri ibu bupati memberikan hp khusus keluarga dan orang dekat langsung kepada ibu terhormat itu. Dari gestur sesprinya, ibu bupati tahu bahwa si pemanggil bukanlah orang yang bisa ditolak oleh bawahannya itu.

Mimik bertanya ibu bupati langsung dijawab dengan bisikan...

"Dari oma Susan bu..."

.

"Mama, jangan mengangguku..."

Suara pelan ibu bupati menjawab telpon mama tersayang yang tidak bisa dia abaikan, sebesar apapun otoritasnya, kehendak oma Susan lebih berkuasa.

"Mama sudah berulangkali katakan padamu Inggrid, sesibuk-sibuknya dirimu, jangan abaikan perasaan anakmu... alat musik miliknya itu haknya, kenapa kamu tega menyumbangkannya..."

"Mama, dia mendekati ujian akhir, makanya aku suruh singkirkan alat musiknya... biar dia fokus belajar."

"Dia di sini dengan alat musik yang kamu telah sumbangkan itu, dan lagi-lagi kamu menyakiti hatinya... kapan kamu bisa belajar memahami anakmu sendiri?"

"Ma... nanti selesai semua agenda hari ini, aku ke rumah..."

"Tidak perlu ke sini, Brill akan tinggal di sini mulai hari ini, jangan paksa dia sekarang, mama tidak akan mendukungmu lagi kalau soal Brill..."

.

Oma Susan menutup panggilan dengan wajah marah. Oma Susan menuju dapur, memerintahkan sesuatu pada Nelie, ART yang bertugas memasak di rumah ini.

"Nel, masih ada daging di kulkas?"

"Masih ada..."

"Buatkan Daging Lapis kesukaan Brill..."

"Sekarang?"

"Iya sekarang, dia pasti belum makan..."

"Baik oma..."

Segera Nelie mengolah resep sederhana oma Susan, olahan daging yg dipukul-pukul biar lembut atau dicincang dan hanya dimasak dengan bawang putih dan telur.

Oma Susan masih gesit bila hanya mengitari rumah besarnya. Sejak suami meninggal, dia hanya ditemani para ART yang sudah puluhan tahun mengabdi padanya. Para ART yang menikah di tangannya dan hingga kini masih setia bekerja untuk oma Susan.

Oma Susan mengambil beberapa buah kue yang tadi batal diambil Brill, meletakkan di sebuah piring lalu menuju ke kamar Brill. Oma menatap prihatin saat menemukan anak lelaki itu tengkurap di tempat tidur tanpa mengganti baju seragam dan melepaskan sepatu sportnya.

"Brill... ini kuenya, makan dulu, nanti makan siang setelah daging lapis kesukaan kamu selesai dimasak..."

Brill diam tidak menjawab atau bergerak dari posisinya. Kepalanya masih terbenam di bantal empuk berwarna putih. Oma Susan membuka jendela yang menghadap ke taman samping itu. Angin panas dari arah pantai masuk ke dalam kamar itu. Oma Susan meraba kusen jendela serta furniture di dalam kamar itu dengan telunjuknya.

"Pindah ke kamar oma dulu, tiduran di sana... kamar ini perlu dibersihkan..."

"Mmh... nanti aja, oma..."

"Kenapa malas?"

"Kamarnya bersih... aku pengen tidur omaaa..."

"Ganti bajunya sama lepas sepatu..."

Brill segera melepaskan sepatu menggunakan tumitnya tanpa menggerakkan bagian tubuh yang lain.

"Seragamnya?"

"Omaaa..."

Brill merengek manja, tidak ingin posisinya yang sudak enak harus berganti, tidak mau juga keluar dari kamar ini, keadaan hatinya sedang tidak baik.

"Kuenya?"

Brill hanya mengangkat tangan sebentar, entah apa maksudnya.

"Ya sudah... oma bawa lagi kuenya ke luar di sini banyak debu... nanti oma kasih tahu kalau makan siangnya sudah siap..."

Tak ada sahutan, si oma meninggalkan kamar. Dia tidak pernah memaksa Brill melakukan sesuatu, mengerti bahwa cucunya ini memerlukan space untuk menyepi dari semua larangan dan aturan anak dan menantunya. Tingkah yang seperti ini selalu berulang, setiap kali ada masalah dia akan mengurung diri di kamarnya di rumah ini.

.

Sore hari Brill keluar dengan tubuh lemah karena melewatkan makan siang. Dia menuju meja makan, makan siangnya masih ada di meja tersimpan di bawah tudung saji. Brill kemudian menikmati makan dengan porsi double, makan siang yang terlambat dan makan malam yang lebih cepat karena perutnya langsung terasa lapar melihat lauk kesukaannya. Makanan kadang menjadi penghibur saat hati lara.

Oma masuk dari halaman.

"Lama-lama bisa sakit maag kalau pola makanmu seperti ini..."

Brill tak menjawab, hanya menoleh sejenak pada oma Susan dan tetap meneruskan makan.

"Di dalam ada Wandy dan Gio, sama Lefrand, katanya mau setting alat-alat."

Brill hanya mengangguk.

"Papi menelpon oma, hpmu tidak aktif..."

Brill tidak bereaksi tapi raut wajahnya mengeras, dia tahu dia pasti akan didamprat orang tuanya lagi. Mereka pasti marah besar dengan tindakannya hari ini, mengambil kembali alat musik yang sudah disumbangkan sang mami.

.

🎸

.

Hi semua... suka gak dengan Brill...

.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

ternyata hidup mereka penuh dengan sandiwara ya thor

2022-12-11

1

Lyta Kombongkila

Lyta Kombongkila

daging lapis,kesukaanku juga sejak kecil☺

2022-07-06

1

Bunda Titin

Bunda Titin

bener2 kurang ksh sayang dr ortunya ya si Brill..........tp Omanya sangat sayang dan mengerti Brill itu makanya dia lbh betah di rmh Omanya............bergelimang harta tp miskin ksh sayang...........kasian kamu Brill.............🤦🙈🤔😔

2022-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1. Brill Timothy Ratulangi
2 Eps. 2. Brillianty Jeanetta Tendean
3 Eps. 3. Oma Susan
4 Eps. 4. Prioritas
5 Eps. 5. Memanfaatkan
6 Eps. 6. Sekedar Hadir
7 Eps. 7. Jepang-Inggris
8 Eps. 8. Menerima Nasib
9 Eps. 9. Duet Manis dengan Oma
10 Eps. 10. Jadi Bagian di Namanya
11 Eps. 11. Ada dan Tiada Dirimu
12 Eps. 12. Kehilangan Teman?
13 Eps. 13. Romantis
14 Eps. 14. Operasi Bibir Sumbing
15 Eps. 15. Aku Udah Oke?
16 Eps. 16. Yakin Sekarang
17 Eps. 17. Satu-satunya
18 Eps. 18. Pindah
19 Eps. 19. Pengen Ketemu
20 Eps. 20. Pelampiasan
21 Eps. 21. Impian
22 Eps. 22. Syarat
23 Eps. 23. Kangen
24 Eps. 24. Profesor Linglung
25 Eps. 25. Ternyata Suka
26 Eps. 26. Tak Ingin Menyusahkan
27 Eps. 27. Seorang Teman
28 Eps. 28. Tidak Pernah Memiliki
29 Eps. 29. Rilly Tak Seberuntung Brill
30 Eps. 30. Di Bawah Langit yang Berbeda
31 Eps. 31. Pulang
32 Eps. 32. Berubah ya Brill?
33 Eps. 33. Menjangkau Ke Tingkat Berikutnya
34 Eps. 34. Rilly Jean Tendean, Apakah Kamu Masih Mengingatku?
35 Eps. 35 Suatu Hari Nanti, Brill Timothy
36 Eps. 36. Mulai
37 Eps. 37. Buat Kamu Aja
38 Eps. 38. Lupakan Sekarang, Kedekatan Tak Akan Kembali
39 Eps. 39. Galau atau Senang Sih?
40 Part. 40, Hati yang Coba Mengingkari Kenyataan
41 Eps. 41. Bunglon
42 Eps. 42. Ketularan
43 Eps. 43. Cuma yang Pacaran
44 Eps. 44. Teman yang Nekad Sajakah?
45 Eps. 45. Ada Untungnya
46 Eps. 46. Itu Aja Cukup
47 Eps. 47. Gak Perlu Kangen
48 Eps. 48. Simpan dulu Resahmu Rilly
49 Eps. 49. Antara Rilly dan Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 1
50 Eps 50. Antara Rilly Atau Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 2
51 Eps. 51. B 121 LL
52 Eps 52. Siapa yang akan Menjadi Miliknya?
53 Eps 53. Deretan Angka
54 Eps. 54. Yang Aku Inginkan
55 Eps. 55. Menikah Muda?
56 Eps. 56. Dua Hari Itu Lama
57 Eps. 57. Ijinin Aku Nikah
58 Eps. 58. Tidak Suka Ditolak
59 Eps. 59. Rasa Cinta yang Besar
60 Eps. 60. Secinta Ini
61 Judul Baru
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Eps. 1. Brill Timothy Ratulangi
2
Eps. 2. Brillianty Jeanetta Tendean
3
Eps. 3. Oma Susan
4
Eps. 4. Prioritas
5
Eps. 5. Memanfaatkan
6
Eps. 6. Sekedar Hadir
7
Eps. 7. Jepang-Inggris
8
Eps. 8. Menerima Nasib
9
Eps. 9. Duet Manis dengan Oma
10
Eps. 10. Jadi Bagian di Namanya
11
Eps. 11. Ada dan Tiada Dirimu
12
Eps. 12. Kehilangan Teman?
13
Eps. 13. Romantis
14
Eps. 14. Operasi Bibir Sumbing
15
Eps. 15. Aku Udah Oke?
16
Eps. 16. Yakin Sekarang
17
Eps. 17. Satu-satunya
18
Eps. 18. Pindah
19
Eps. 19. Pengen Ketemu
20
Eps. 20. Pelampiasan
21
Eps. 21. Impian
22
Eps. 22. Syarat
23
Eps. 23. Kangen
24
Eps. 24. Profesor Linglung
25
Eps. 25. Ternyata Suka
26
Eps. 26. Tak Ingin Menyusahkan
27
Eps. 27. Seorang Teman
28
Eps. 28. Tidak Pernah Memiliki
29
Eps. 29. Rilly Tak Seberuntung Brill
30
Eps. 30. Di Bawah Langit yang Berbeda
31
Eps. 31. Pulang
32
Eps. 32. Berubah ya Brill?
33
Eps. 33. Menjangkau Ke Tingkat Berikutnya
34
Eps. 34. Rilly Jean Tendean, Apakah Kamu Masih Mengingatku?
35
Eps. 35 Suatu Hari Nanti, Brill Timothy
36
Eps. 36. Mulai
37
Eps. 37. Buat Kamu Aja
38
Eps. 38. Lupakan Sekarang, Kedekatan Tak Akan Kembali
39
Eps. 39. Galau atau Senang Sih?
40
Part. 40, Hati yang Coba Mengingkari Kenyataan
41
Eps. 41. Bunglon
42
Eps. 42. Ketularan
43
Eps. 43. Cuma yang Pacaran
44
Eps. 44. Teman yang Nekad Sajakah?
45
Eps. 45. Ada Untungnya
46
Eps. 46. Itu Aja Cukup
47
Eps. 47. Gak Perlu Kangen
48
Eps. 48. Simpan dulu Resahmu Rilly
49
Eps. 49. Antara Rilly dan Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 1
50
Eps 50. Antara Rilly Atau Holly, Dua-duanya Bukan Milikku 2
51
Eps. 51. B 121 LL
52
Eps 52. Siapa yang akan Menjadi Miliknya?
53
Eps 53. Deretan Angka
54
Eps. 54. Yang Aku Inginkan
55
Eps. 55. Menikah Muda?
56
Eps. 56. Dua Hari Itu Lama
57
Eps. 57. Ijinin Aku Nikah
58
Eps. 58. Tidak Suka Ditolak
59
Eps. 59. Rasa Cinta yang Besar
60
Eps. 60. Secinta Ini
61
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!