Insiden

Kober Ar-Riadhah sedang mengadakan acara mengenal alam. Firdaus, Aleena, Aksa mereka teman satu kelas. Ketiganya bermain bersama dan cukup akrab. Namun, entah mengapa hari ini Aksa dan Fir tiba-tiba berebut mainan selama mereka berada di luar kelas.

"Ini punya aku, Asa. Kamu nggak boleh lebut ini dali aku." Fir menarik sebuah benda berbentuk balok itu dari tangan Aksa.

"Ini aku duluan yang ambil, Fir." Aksa tak mau kalah hingga keduanya saling dorong.

Tentu saja hal itu menarik perhatian yang lainnya yang sedang mendengarkan penjelasan gurunya. Bu Mira yang saat itu sedang menjelaskan tentang alam, akhirnya berhenti dan menghampiri kedua anak itu.

"Kalian kenapa? Biasanya kalian tidak seperti ini, ayo saling memaafkan!" Bu Mira menarik kedua anak kecil itu di samping kiri dan kanannya.

Namun, sepertinya kedua anak itu masih enggan untuk saling memaafkan. Bu Mira tidak tinggal diam, wanita yang ditaksir berusia dua puluh delapan tahun itu pun, mulai melakukan sesuatu.

"Anak hebat itu saling memaafkan," ucap Bu Mira dengan menarik kedua tangan Aksa dan Firdaus untuk bersalaman.

Kedua anak itu pun akhirnya bersalaman setelah mendengar ucapan sang guru. Sambil tersenyum ceria keduanya saling bermaafan.

"Fil, minta maaf ya, Asa." Anak lelaki itu berucap sambil tersenyum.

"Iya, Fir, Aksa juga minta maaf ya," jawab anak bernama Aksa yang tak lain putra dari Kavindra Pramudya.

Setelah itu keduanya kembali bersama dan mengikuti arahan sang guru untuk mengikuti pelajaran mengenai alam. Suasana masih ceria seperti biasa sampai sebuah teriakan terdengar dari arah belakang.

"Awas!"

Hal ini sontak membuat yang lain menoleh ke arah suara. Ternyata itu suara Aksa, anak kecil itu melihat Fir berlari dan akhirnya terjatuh karena karena kakinya tersandung sebuah batu.

"Fir, kamu nggak apa-apa, kan?" Aksa berlari ke arah Fir yang kini sudah duduk dan memegangi lututnya yang berdarah.

"Fil, nggak apa-apa, Asa, ta-tapi lutut Fil atit, hiks … hiks …." Anak kecil itu pun akhirnya menangis. Tentu saja Bu Mira dan guru lain langsung menghampiri keduanya, bahkan anak-anak yang lain juga ikut mengelilingi Dir dan Aksa.

"Astagfirullah, Fir." Bu Lena langsung menggendong tubuh mungil Fir, untuk dibawa ke UKS. Anak dengan kulit putih itu, terus menangis.

Setelah sampai di UKS, Fir langsung dibaringkan di sebuah ranjang yang ada di sana. Seseorang dengan jas putih, langsung menghampirinya.

"Ini kenapa?" tanyanya saat melihat darah di lutut anak kecil itu cukup banyak.

"Tadi dia terjatuh karena tersandung batu," jawab Bu Lena.

Sementara itu, Bu Mira menghubungi orangtua Fir.

"Assalamu'alaikum ... maaf Bu Fimi Fir tadi terjatuh saat sedang belajar mengenal alam. Kami minta maaf, saat ini putra ibu sedang di UKS."

Di Butik Klarisa

Fimi baru saja menerima panggilan telepon.

"Waalaikumusalam, apa? Bagaimana keadaan Fir saat ini? Baiklah aku akan ke sana." Fimi beranjak dari duduknya dan menutup sambungan telepon itu.

"Nes, titip butik, aku harus ke sekolah Fir sekarang," ucap Fimi sambil membawa kunci mobil dan tasnya.

"Eh, sebentar kenapa dengan Fir? Gue boleh ikut, kan?" tanya Nesa saat melihat kekhawatiran di wajah Fimi.

"Nggak usah, kamu jaga butik saja, hari ini akan ada yang bawa baju pesanan." Fimi langsung pergi tanpa menoleh ke arah Nesa yang kembali memanggilnya.

Saat ini, wanita cantik itu sudah berada dalam mobilnya, wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran. "Kamu akan baik-baik saja, sayang," gumamnya sambil terus melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.

Saat di pertengahan jalan, tiba-tiba sebuah mobil hitam menyalipnya, hingga membuat Fimi mendadak mengerem mobilnya. Apalagi mobil hitam itu juga malah menghadang mobilnya. Dengan wajah kesal, Fimi keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil hitam itu.

"Hei, bisa nyetir nggak sih lo!" bentaknya sambil mengetuk jendela mobil itu. Namun, sepertinya pengemudi itu tak mendengarnya, hingga Fimi harus kembali mengetuk jendela itu. Tak berselang lama, seseorang membuka jendelanya, dan tampaklah seorang pria dengan penampilan acak-acakan.

"Heh, kalau baru bangun jangan nyetir di jalan raya, ya Tuan. Anda bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain juga," omel Fimi dengan melipat kedua tangannya.

Pria itu, hanya menatap Fimi. Namun, tak berapa lama ia keluar dari mobilnya.

"Maafkan saya, tadi saat menyetir hilang kendali, untung saja tidak sampai kecelakaan, karena saya langsung menabrakkannya ke trotoar," ucap pria tinggi itu.

Fimi hanya menatap jengah ke arah pria yang benar-benar berantakan itu. "Apa dia itu baru bangun, tapi kenapa masih memakai jas? Ah aku nggak peduli," gumamnya dalam hati.

"Kalau aku sedang tidak buru-buru, aku akan membuat perhitungan denganmu, Tuan." Fimi langsung kembali ke mobilnya dan mulai melajukan kembali mobilnya menuju sekolah sang putra.

"****!" Pria berantakan itu memukul mobilnya. "Ini pasti perbuatan Azrina, kamu benar-benar belum puas ya balas dendam ke aku?" umpat pria itu yang tak lain adalah Davanka.

Sementara itu, Fimi baru saja sampai ke sekolah Fir. Wanita itu setengah berlari untuk sampai ke ruang UKS. Wanita itu ingin segera menemui sang putra. Tak berselang lama, Fimi bertemu dengan Bu Mira guru Firdaus. 

"Bu Fimi, mari ikut saya!" ajak wanita berhijab itu.

Fimi hanya mengangguk dan mengikuti sang guru menuju ruang UKS. Saat mereka sampai, Fimi melihat sang putra sedang duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan lutut yang sudah diperban.

"Fir, kamu nggak apa-apa kan, Sayang?" Fimi menghambur ke arah sang putra lalu memeluknya dengan erat.

"Fil, jatuh Mimi, jadi kaki Fil berdalah," ucap anak kecil itu dengan gaya cadelnya.

"Kenapa bisa jatuh, Sayang? Fir lari-larian lagi ya?" tebak Fimi yang sudah tahu bagaimana kebiasaan sang putra yang memang aktif.

Fir hanya mengangguk dengan mata bening itu yang kini kembali berkaca-kaca. Namun, Fimi tetap memeluk tubuh mungil itu.

"Maafkan Fil, Mimi. Fil tidak akan mengulanginya lagi," ucapnya.

"Iya, Sayang. Lain kali dengarkan kata Bu Guru ya, Fir nggak boleh membantah kepada Bu Guru."

"Iya, Mimi. Maafkan Fil ya Bu Gulu, hali ini Fil bandel," ucap Fir sambil menoleh ke arah sang guru yang berdiri di samping ranjangnya.

"Iya, Sayang. Fir kan anak hebat, anak kuat nanti kakinya pasti sembuh lagi ya, Nak." Bu Lena mengusap kepala Fir dengan sayang.

"Maafkan Fir hari ini ya, Bu. Maaf sudah merepotkan ibu-ibu semua," ucap Fimi.

Tiba-tiba saja wanita berjas putih menghampiri Fimi dan memberitahukan bahwa lukanya tadi cukup dalam, sehingga membuat darahnya keluar banyak, tapi semuanya baik-baik saja. Setelah itu, wanita bernama Silvi itu memberikan bungkusan berisi obat untuk Fir.

"Semoga lekas sembuh ya, Anak ganteng," ucap dokter Silvi sambil mencubit pelan pipi Fir yang memang menggemaskan.

"Timamakasih, Bu doktel," jawab Fir.

"Terima kasih, Fir," sela Fimi.

"Timamakasih, Mimi," ucap Fir kekeh.

Bersambung...

Happy Reading

Timamakasih buat kalian yang udah tap love, komen, like, hadiah sama votenya juga aku terhura.

Readers : Terima kasih thor, heleh!🙄

 

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

nanti fimi berjodoh sama Dava ya Thorr

2024-08-26

0

Bzaa

Bzaa

ceritanya ringan dan asyik, aku suka...👍👍🙏

2023-01-08

1

chrysander

chrysander

keren kak ceritanya.. izin masuk rak yaa.. 🤭🤭🤭

2022-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kegiatan Rutin
2 Butik Klarisa
3 Insiden
4 Sakit
5 Fir Mau Pipi
6 Kembali Sekolah
7 Bertemu Kembali
8 Bukan Penghianat
9 Berenang
10 Sibuk
11 Liburan
12 Panik
13 Tanda Terima Kasih
14 Mencari Alasan
15 Kencan Buta
16 Cuti
17 Permulaan
18 Kencan Pertama
19 Semprulna
20 Gagal
21 Semangat Baru
22 Pulang
23 Permintaan
24 Rekreasi
25 Kesal
26 Sahabat Kecil
27 Acara Tahunan
28 Menyesal
29 Fiona
30 Dua Tahun Lalu
31 Pergi
32 Pesan Terakhir
33 Undangan Makan Malam
34 Makan Malam
35 Salah Tingkah
36 Dejavu
37 Ruang Mawar 2
38 Menginap
39 Kacau
40 Nekad
41 Pendekatan
42 Menggoda
43 Mencari Perhatian
44 Salah Paham
45 Terbuka
46 Sepakat
47 Lomba
48 Rencana
49 Cemburu
50 Surprise
51 Rencana Sebelumnya
52 Marah
53 Keputusan
54 Keputusan 2
55 H-3
56 Panik
57 Kecelakaan
58 Pernikahan
59 Malam Pertama
60 Berusaha
61 Hari yang Panas
62 Pindah
63 Adaptasi
64 Kembali Kerja
65 Bertengkar
66 Bertengkar
67 Cemburu
68 Minta Maaf
69 Nyamuk
70 Makan Siang
71 Honeymoon
72 Sarapan
73 Detik Terakhir
74 Suster Baru
75 Kesal
76 Tari Abimanyu
77 Cerita
78 Musuh Lama
79 Jujur
80 Jebakan
81 Perang
82 Hikmah Dibalik Musibah
83 Pulang
84 Acara Kenaikan Kelas
85 Bayi Cantik
86 Nama
87 Khawatir
88 Berduka
89 Kelabu
90 Rutinitas Baru
91 Pengumuman
92 Novel Baru
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Kegiatan Rutin
2
Butik Klarisa
3
Insiden
4
Sakit
5
Fir Mau Pipi
6
Kembali Sekolah
7
Bertemu Kembali
8
Bukan Penghianat
9
Berenang
10
Sibuk
11
Liburan
12
Panik
13
Tanda Terima Kasih
14
Mencari Alasan
15
Kencan Buta
16
Cuti
17
Permulaan
18
Kencan Pertama
19
Semprulna
20
Gagal
21
Semangat Baru
22
Pulang
23
Permintaan
24
Rekreasi
25
Kesal
26
Sahabat Kecil
27
Acara Tahunan
28
Menyesal
29
Fiona
30
Dua Tahun Lalu
31
Pergi
32
Pesan Terakhir
33
Undangan Makan Malam
34
Makan Malam
35
Salah Tingkah
36
Dejavu
37
Ruang Mawar 2
38
Menginap
39
Kacau
40
Nekad
41
Pendekatan
42
Menggoda
43
Mencari Perhatian
44
Salah Paham
45
Terbuka
46
Sepakat
47
Lomba
48
Rencana
49
Cemburu
50
Surprise
51
Rencana Sebelumnya
52
Marah
53
Keputusan
54
Keputusan 2
55
H-3
56
Panik
57
Kecelakaan
58
Pernikahan
59
Malam Pertama
60
Berusaha
61
Hari yang Panas
62
Pindah
63
Adaptasi
64
Kembali Kerja
65
Bertengkar
66
Bertengkar
67
Cemburu
68
Minta Maaf
69
Nyamuk
70
Makan Siang
71
Honeymoon
72
Sarapan
73
Detik Terakhir
74
Suster Baru
75
Kesal
76
Tari Abimanyu
77
Cerita
78
Musuh Lama
79
Jujur
80
Jebakan
81
Perang
82
Hikmah Dibalik Musibah
83
Pulang
84
Acara Kenaikan Kelas
85
Bayi Cantik
86
Nama
87
Khawatir
88
Berduka
89
Kelabu
90
Rutinitas Baru
91
Pengumuman
92
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!