Pesona Wanita Modern

Pesona Wanita Modern

Menyebrang

"Kenapa tidak Kau jual saja dirimu? Itu lebih cepat dan lebih banyak menghasilkan perak daripada penghasilan buruh mu saat ini! Uang sewa bulan ini dan tunggakannya bisa segera kau bayar! " Istri keempat tuan tanah berkata pedas dengan muka sinis dan jijik memandang wanita di depannya.

Wanita itu berwajah pucat sedang berjongkok memegangi remaja laki-laki berusia sekitar dua belas tahun. Mata coklatnya menatap kasihan pada remaja laki-laki di pelukan.

Wajah remaja itu sangat tipis dan kurus namun kini agak berisi, bukan karena lemak, tapi karena bengkak dan lebam. Anak itu meringis kesakitan memegangi kakinya.

Istri keempat Tuan Tanah itulah pelakunya, dia menendang sangat kuat sampai anak remaja itu terjatuh menimpa pintu di belakang yang dia coba halangi namun gagal.

Istri keempat tuan tanah melihat atas, bawah menilai dan memperkirakan nilai ekonomis wanita di depannya.

"Sepertinya kau belum disentuh siapapun, nilai mu setidaknya bisa menambah satu keping perak. Hey berani sekali kau menatapku seperti itu!" karena wanita itu memberikan tatapan tajam, sontak wajah Istri keempat Tuan Tanah memburuk.

"Apa Kau merasa terhina, tidak setuju dengan saran ku? Apa Kau marah? Dengar ya wanita lemah, miskin dan tanpa sandaran sepertimu tidak layak tinggal di tanah ku. Aku bisa..." ucapan Istri keempat tuan tanah terhenti, karena datangnya pelayan paruh baya ke rumah bobrok itu.

"Nyonya keempat, Tuan Tanah memanggilmu." Pelayan itu menunduk melaporkan perintah tuannya.

Wajah kesal Istri keempat Tuan Tanah berubah ke ekspresi normal dengan sedikit rasa penasaran di wajahnya yang penuh dengan bedak tebal.

" Suami? Kenapa dia memanggilku?"

"Ada berita penting dari Utusan Pemerintah Kota, Tuan menyuruh untuk memanggil seluruh Nyonya ke kediaman utama." Pelayan itu menjawab masih dengan wajah menunduk rendah.

"Begitu." Istri keempat Tuan Tanah menoleh, wajahnya kembali sinis.

"Beruntung sekali kalian berdua, untuk masalah ini Aku memberi waktu tujuh hari. Aku tidak peduli Kau mencari uang dari menjual tubuhmu atau mencuri sekalipun, yang jelas hutang itu harus lunas. Jika tidak, Aku akan membuat adikmu menjadi budak milikku!" Ancamnya dengan satu jari menunjuk pada remaja di pelukan wanita berwajah pucat.

Setelah mengatakan itu, Dia pergi meninggalkan rumah bobrok dan penghuninya yang menyedihkan.

Setelah kepergian Istri kempat Tuan Tanah, anak remaja mulai bertanya dengan wajah menyedihkan.

"Kak Jean, apa Aku akan dijadikan menjadi budak?"

Jean masih memeriksa lutut di kaki kanan adiknya, kini lututnya tampak memerah dan bengkak dengan cepat.

"Tidak, Dia tidak akan bisa menjadikanmu budak." Jane meyakinkan adiknya.

"Tapi bagaimana dengan hutang kita. Apa Kakak akan menjual diri? Jangan lakukan itu Kak! Aku, biarkan Aku..."

Jean memotong, "Apa yang bisa Kau lakukan? Mau mencuri lagi? Apa tidak kapok dengan mukamu yang bonyok, lain kali mungkin nyawamu yang hilang. Sudah jangan berpikir macam-macam, biar kakak yang mencari solusi, tapi tidak dengan menjual diri." Topik berat itu ditutup olehnya.

Jean mencari sesuatu di dekat tempat tidurnya. Itu adalah salep sederhana dari tanaman obat yang dihaluskan oleh mendiang Ibu mereka sendiri.

Dengan salep itu Jean mengoleskannya pada luka memar di wajah dan lutut adiknya yang membengkak.

"Kak, jangan banyak-banyak, nanti habis." Adik Jean meringis bukan karena sakit, tapi hatinya sakit menyadari harga obat sangat mahal dan tidak terjangkau untuk mereka, jadi penggunaan obat untuk mengobati lukanya, terhitung sangatlah boros di matanya.

"Biarkan saja habis, yang penting lukamu segera sembuh. Kalau Kau sayang dengan obat ini, maka lain kali jangan melakukan pencurian atau menghalangi pintu seperti tadi." Jean menutup wadah salep 'klup' dan mengembalikannya ke tempat semula.

"Bau apa ini? Seperti bau gosong." Jean bertanya setelah mengendus sebuah bau terbakar.

"Oh tidak, buburnya!"

Adik Jean sontak bangkit dan berlari ke arah gubuk dapur di samping rumah. Meski larinya tidak bisa dianggap lari, sebab kakinya pincang menghambat kecepatan geraknya.

Jean tidak mengikuti karena tubuhnya masih lemah. Dia sakit akibat kelelahan berkerja ditambah terkena sengatan panas matahari.

Dua hari sebelumnya Jean diantar kembali oleh rekan kerja di ladang padi, karena dia ditemukan pingsan saat bekerja.

Jika pada Masa Modern, penyakit itu adalah stress tubuh akut akibat kelelahan bekerja ditambah sengatan panas. Hal itu bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian, jika tidak ditolong dengan cepat.

Jean yang asli sebenarnya telah tiada di hari itu juga, lantaran mengalami henti jantung akibat sengatan panas.

Itu adalah rahasia, tidak ada yang tahu kecuali Marrissa, Dia adalah jiwa baru yang menghuni tubuh Jean.

Marrissa bukan pemilik asli dari tubuh yang Dia tempati saat ini, Dia bahkan bukan penduduk dari dunia ini.

Yah, Marrissa berasal dari Dunia lain yang lebih makmur dan tidak se-kacau Dunia ini. Di Dunia sebelumnya, Marrissa adalah wanita kantoran yang mengejar karirnya dari 0.

Sebagai anak yatim piatu, masa kecilnya besar di panti asuhan. Marrisa berjuang keras dari mulai mendapatkan beasiswa sampai kuliahnya tuntas dengan nilai yang tergolong tinggi.

Dia kemudian diterima di sebuah perusahaan dan dalam dua tahun, dia sudah berhasil mengubah standar hidupnya yang mana dulu hanya tinggal di Kos sewaan sempit, kini Dia sudah pindah ke Apartemen sederhana namun dengan fasilitas yang lebih baik.

Keinginannya akan karir yang lebih tinggi tidak berhenti karena zona nyaman, dia berkerja dengan rajin dan memiliki disiplin diri. Baru kemudian istilah usaha tidak mengkhianati hasil akhirnya dia dapatkan.

Marrissa menerima surat promosi jabatan ke Perusahaan Pusat. Rasa suka cita memenuhi benaknya. Dari situ selama seharian wajah Marrissa sangat ceria dengan senyum sumringah yang tak henti-henti menghiasi wajahnya.

Sampai kemudian, ketika di malam hari, Marissa baru tiba di rumah setelah makan-makan dengan rekan kerja untuk merayakan promosinya.

Mata Marrisa melebar terkejut, 'Sling' tiba-tiba dari arah kaca balkon muncul cahaya hijau terang meluncur cepat menuju ke arahnya. Karena cahaya itu terlalu cepat, dia tidak punya waktu menghindar, lalu semuanya menjadi gelap.

Ketika membuka mata, Marrisa terbangun di Gubuk kecil ditemani oleh anak remaja laki-laki kurus yang merupakan adik dari Jean asli.

Juno, itu namannya. Dia menatap khawatir pada kakaknya yang baru saja membuka mata..

"Kakak, akhirnya Kau bangun. Aku sangat takut kakak, Aku takut Kau tidak akan bangun lagi seperti Ayah dan Ibu." Juno merangkul kakaknya seolah takut ditinggalkan.

Ketika Marrissa dipeluk oleh anak remaja itu sambil menangis, kepalanya tiba-tiba sakit, ada banyak kenangan asing yang masuk ke otaknya. Itu adalah ingatan dari Jean.

Dari situ Marrissa tahu jika dia telah menyeberang ke dunia lain.

'Sial, baru saja Aku dipromosikan!' Marrissa membatin dan ingin menangis saat itu juga.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘

2022-07-18

1

Eka Priyanti

Eka Priyanti

semangat kak

2022-06-27

1

Eka Priyanti

Eka Priyanti

aku mampir kak siapa tau aja seru

2022-06-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!