Di bawah terik sinar matahari, pasar tidak pernah sepi. Banyak orang berlalu-lalang sibuk membeli atau menjual berbagai hal di pasar.
Jean berjalan pelan dengan bungkusan pedang mendiang ayahnya yang dia ikatkan kedepan. Dia tidak berani mengikat di punggung takut ada hal yang tidak diinginkan seperti pencurian. Di dunia ini kasus pencurian seringkali terjadi, jadi dia perlu lebih berhati-hati.
"Sepertinya menjual pedang bukan ide yang baik, oh apa yang harus aku lakukan?" gumam Jean memikirkan jalan keluar.
Sampai di ujung pasar, perhatian Jean terpaku pada bangunan besar di ujung jalan. Ada papan besar bertuliskan Aula Misi.
Dalam ingatan Jean asli, bangunan Aula Misi adalah tempat berkumpulnya berbagai tugas atau misi yang berhubungan dengan hal-hal di luar tembok besar.
Hanya para pemburu dan pemetiklah yang biasa berkutat di Aula Misi. Mereka adalah sekumpulan orang dengan keberanian dan kekuatan lebih diatas rata-rata orang biasa.
Untuk orang biasa yang kebanyakan bernyali ciut lebih memilih menjauhi Aula Misi, mereka juga tidak berani untuk keluar satu incipun dari tembok besar.
Dari ingatan Jean asli, dunia ini ada banyak mahluk cerdas lain selain manusia, seperti Ras Vampire, demon, binatang iblis, elf dan masih banyak lagi.
Sayangnya penghuni yang paling banyak di penjuru dunia adalah binatang buas tanpa akal, tapi mereka memiliki kekuatan serangan yang mengerikan.
Manusia adalah ras terlemah dari segala ras, oleh karena itu para manusia membangun tembok besar di wilayah meraka sebagai benteng pengaman dari serangan ras lain ataupun serangan binatang buas.
Orang yang berani keluar dari tembok besar hanya para pemburu dan pemetik, pemburu adalah orang yang pandai bertarung dan memiliki kekuatan serangan lebih tinggi, biasanya pemburu adalah ahli pedang.
Sedangkan pemetik adalah orang-orang dengan keberanian tinggi, biasanya mereka keluar tembok untuk memetik buah atau tanaman obat yang tidak ada di dalam tembok. Mereka biasa pergi ke hutan pinggiran tidak jauh dari tembok.
Area hutan pinggiran dipilih para pemetik karena lebih minim resiko bertemu dengan binatang buas. Para pemetik biasanya membentuk kelompok sebagai upaya meminimalkan bahaya.
Dari hasil yang didapatkan pemburu atau pemetik berupa daging, tubuh hewan buas, buah atau tanaman obat bisa ditukarkan di bagian pengumpul pada Aula Misi atau dijual di pasar.
Jean melangkahkan kakinya ke bangunan Aula Misi tersebut, dia memiliki ide untuk menjadi pemetik. Buah atau tanaman obat dari hutan di luar tembok bisa bernilai lebih tinggi dari upah menjual diri.
Pada situasi Jean saat ini, menjadi pemetik layak untuk dicoba meski memiliki tingkat bahaya yang tinggi.
Pertama yang harus dilakukan Jean adalah mendaftarkan diri menjadi pemetik agar dia bisa keluar dari tembok besar.
Dia mendaftar dengan lancar tanpa ada pertanyaan yang menyulitkan ketika melamar pekerjaan, bahkan dia mendapat tatapan bela sungkawa dari petugas administrasi karena para pemetik banyak yang tidak kembali dari hutan, terutama pemetik pemula seperti Jean.
Dengan menggenggam lencana identitas pemetik pemula, Jean memutuskan untuk kembali pulang ke gubuk.
Sampai di gubuk, Juno menyambut kakaknya dengan wajah khawatir dan penasaran.
"Kakak, kau dari mana? Kukira kau berkerja, jadi Aku mencarimu di ladang padi, tapi aku tidak menemukanmu ada di sana." Tanya Juno sambil meraih lengan kakaknya takut sang kakak akan menghilang lagi.
"Tenanglah, jangan khawatir. Kakak dari pasar membeli bahan makanan, lihatlah." Jean menaruh kantung kain berisi biji-bijian putih yaitu beras ke atas meja, tidsk lupa menaruh bungkusan kain berisi pedang berat dari dadanya.
Mata Juno membelalak melihat beras di dalam kantung kain.
"Beras, banyak sekali! Kakak kenapa membeli beras sebanyak ini? Pasti menghabiskan banyak uang membelinya, bagaimana dengan hutang kita?" Bukannya senang melihat banyak beras, yang ada Juno semakin khawatir mereka tidak bisa melunasi hutang.
"Sudahlah jangan kau pikirkan masalah itu. Kakak ingin berbicara sesuatu padamu Juno." Jean mengalihkan topik.
Juno menghela nafas panjang, sekali lagi menyerah meski dia tidak puas.
"Bicara apa?"
Jean memasang muka serius,
"Juno mungkin kau tidak setuju, tapi ini sudah keputusanku. Lihat ini, kau mengerti bukan." Jean menunjukkan lencana bulat berwarna hijau muda dengan lambang tanaman.
"Tidakkkk!!! Kakak tidak bisa melakukan itu, itu terlalu berbahaya, kumohon jangan." Juno berteriak berusaha merebut lencana dari tangan kakaknya.
"Juno, hentikan Juno! Dengarkan dulu, ini demi kau juga. Yakinlah Kakak akan kembali dengan selamat." Jean menghindar, satu tangannya memegangi bahu adiknya menghentikan aksi merebut si Adik.
Jean membutuhkan waktu setengah hari untuk berbicara meyakinkan adiknya yang kolot menolak keras jika dia menjadi pemetik.
"Kakak harus menepati janji untuk kembali dengan selamat, aku, aku tidak mau kehilangan kau juga kak." Juno memeluk erat kakaknya, air mata mengalir tak henti-hentinya dari matanya berpupil biru seperti warna langit.
"Yah, kakak janji, sudah jangan menangis. Apa kau tidak dengar perut kakak sudah berbunyi lapar dari tadi?" tanya Jean dengan senyum lega di wajahnya.
Jean lega setelah Juno mau mengerti dan menyetujui pilihannya.
"Yah kalau begitu aku akan menyiapkan makanan dulu." Juno mengusap matanya dan bangkit pergi ke dapur.
"Jangan lupa masak beras saja, tidak perlu dicampur dengan biji rumput." Jean menambahi, jujur dia sangat tidak suka dengan rasa bubur biji rumput yang getir dan bau tanaman.
...
Keesokan harinya Jean pergi ke gedung Aula Misi lagi, dia mempelajari tanaman atau buah apa saja yang masuk pencarian di papan misi.
Setiap tanaman yang dibutuhkan, nama, bentuk, ciri-ciri lengkap dengan gambarnya tertera jelas di atas kertas yang ditempelkan pada papan misi.
Papan misi setinggi satu setengah meter dengan panjang hampir lima meter penuh dengan tanaman yang dicari dan dibutuhkan. Di sana tertera juga harga yang bisa ditukarkan di bagian pengumpul.
Meski jenis tanaman dan buah sangat banyak, Jean menghapal dengan cepat karena dia punya ingatan yang baik. Dari sini dia tahu alur level tanaman mulai dari tanaman yang banyak ditemukan sampai tanaman yang jarang ditemukan bisa dibedakan dari harga tukarnya.
"Halo, apa kau pemetik pemula?" sapa seorang wanita muda dengan mata sipit.
"Ah halo, ya aku pemetik pemula. Maaf ada apa?" Jean bertanya dengan senyum tipis.
Wanita bermata sipit itu tersenyum balik,
" Yap, dugaanku benar. Perkenalkan namaku Mia, aku pemburu tingkat rendah. Aku ingin mengajakmu bergabung dengan kelompok pemetikku. Kami akan berangkat besok pagi, apa kau mau bergabung?" Mia menjelaskan maksudnya.
"Aku Jean, Kelompok pemetik? Bagaimana dengan pembagian hasil pemetikan?" Jean tidak bisa langsung setuju.
Jika pembagian hasil tidak adil dengan pemburu pemula sepertiya, dia akan menolak dan mencari kelompok lain.
"Oh jangan khawatir, apa yang kau petik maka itu bagianmu. Tidak ada hal yang tidak adil di kelompokku. Tenang saja kaptenku orang yang baik." Mia menjelaskan dengan ramah.
"Dan tahukah kau, kaptenku orang tertampan dari semua pemetik." Mia mengedipkan satu mata setelah membisikkan kalimat itu.
Jean membatin 'Jujur di dunia ini aku lebih memilih pemimpin kuat daripada pemimpin tampan, kebanyakan pria tampan tidak berguna.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Eka Priyanti
up
2022-06-27
1
Eka Priyanti
tingalkan jejak sebelum banyak yang komen
2022-06-27
2