After We Meet
Zelma, seorang gadis yang baru saja terbangun dari tempat tidurnya ini berlalu menuju Kamar Mandi yang tepat berada di dalam kamarnya. Membilas muka menggunakan air yang mengalir dari keran wastafelnya kemudian ia lanjut meraih sikat gigi dan mulai menggosok giginya, tak lupa menggunakan pasta gigi tentunya. Ia melihat pantulan dirinya yang nyawanya belum terkumpul penuh dengan tatapan kosong.
Selesai dengan urusannya, ia meraih handuk yang terletak di samping wastafelnya kemudian mengeringkan wajahnya. Ia kemudian berlalu menuju meja riasnya memakai Lipbalm dan Cushion kemudian mengambil ponselnya yang terletak disamping bantal.
Ada beberapa pesan dari aplikasi WhatsApp miliknya salah satunya dari sahabatnya Gisel.
..."Zelma, lo dimana? Sibuk gak sibuk Gue mau main kesitu."...
Zelma hanya bisa terkekeh kecil melihat pesan dari sahabatnya tersebut, sudah seminggu mereka tidak berjumpa dikarenakan Gisel sibuk berliburan dengan suaminya kala itu. Zelma kemudian membalas pesan Gisel denganVoice Note.
"Yaudah kesini aja, sekalian temenin gue jagain toko didepan."
Terkirim. Zelma kemudian beralih ke lemari untuk mengganti piyama yang ia kenakan sekarang dengan baju santainya. Ia memilih untuk tidak mandi hari ini sebab cuaca diluar sangat dingin dikarenakan hujan yang belum reda sejak semalam.
Zelma memiliki sebuah Toko Kue, namun itu adalah pemberian dari mendiang Mamanya. Ia meneruskan usaha tersebut dengan tujuh orang karyawannya. Tokonya buka setiap hari, dan tentunya sangat amat terkenal di komplek tempat ia tinggal. Toko ini sudah berdiri sedari ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama yang mana Toko ini sudah berusia sebelas tahun lamanya.
Usia Zelma kini Dua puluh empat tahun. Ia belum lama menyandang gelar sarjana Administrasi Publik. Untuk sekarang Zelma belum ada terpikir ingin menikah, baginya ia lebih suka menyibukkan diri dengan menjaga toko miliknya atau menghabiskan waktu dengan sahabatnya, Gisel.
Setelah mengirimkan Voice Note ke Gisel, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar yang mana ia akan menuju ke toko kuenya yang terletak di pekarangan rumahnya. Seperti biasa, ia bertugas menjadi kasir di tokonya sementara karyawan yang lain memiliki tugas masing-masing. Ada yang membuat kue, ada yang bertugas sebagai pelayan, dan masih banyak lagi.
Terdengar suara pintu terbuka, Zelma beralih dari kesibukannya menatap ke sumber suara tersebut berasal. Ia pikir Gisel yang datang, ternyata seorang pelanggan, namun pelanggan yang datang kali ini merupakan pelanggan baru, sebab Zelma belum pernah melihat pria ini sebelumnya. Pria itu kemudian berjalan ke arahnya.
"Selamat Datang di Zelma Bakery, ada yang bisa dibantu?" Zelma selalu menyambut pelanggannya dengan ramah, tidak perduli itu pelanggan baru ataupun lama.
"Dengar-dengar Toko ini punya Kue Cokelat terbaiknya, ya?" Ucap pria itu sambil menatap Zelma. Zelma kemudian mengambil nota yang berada di meja kasir tak lupa dengan pulpennya.
"Iya benar, kami punya beberapa Menu andalan disini. Ada Grand Chocolate Truffle, Chocolate Salted Caramel Tart, dan Soft Brownies Coco. Jika ini untuk hidangan penutup makan malam keluarga atau untuk acara Ulang Tahun maka kami merekomendasikan Chocolate Salted Caramel Tart." Jelas Zelma panjang yang membuat pria tersebut tampak berpikir sejenak.
"Kalau begitu aku ingin Chocolate Salted Caramel Tartnya satu. Tapi akan aku kirim cek malam ini, boleh?"
"Mohon maaf sebelumnya, kami tidak melayani pembayaran seperti itu, apabila anda memiliki Kartu Kredit maupun Debit kami akan dengan senang hati menerima." Pria tersebut kemudian mengernyitkan alisnya, terlihat raut wajahnya tiba-tiba berubah.
"Apa katamu? Aku sedang ada urusan sekarang, tidak akan sempat bagiku untuk membayarnya menggunakan Kartu Rekening." Ucap pria itu dengan tegas.
"Mohon maaf, jika memang begitu lebih baik anda mencari di Toko lain saja." Ujar Zelma yang tak kalah tegasnya.
"Baik jika itu maumu, Tokomu ini bukan apa-apanya bagiku!" Pria itu menatap tajam Zelma dengan penuh emosi yang terpantul dari matanya, ia kemudian berlalu dari hadapan Zelma dan keluar dari Toko tersebut. Zelma hanya bisa geleng-geleng kepala, sebelumnya tidak ada pelanggan yang mampir ke Tokonya dengan kelakuan seperti itu.
Tak berapa lama kemudian Gisel pun tiba. Saat ia memasuki Toko, didapatinya Zelma dengan wajah yang tak enak dipandang. Saat ia menghampiri sahabatnya tersebut ia langsung mendengar keluh kesah yang keluar dari mulut Zelma yang mana belum sempat ditanyakan olehnya.
"Lo tau gak, Sel? Gue pagi ini dibikin kesel sama pelanggan yang entah dari mana asalnya. Sok banget jadi Manusia." Ujar Zelma yang masih kesal akan hal tersebut.
"Bukannya lo udah biasa ngadepin pelanggan yang rupa-rupa sifatnya?" Gisel kemudian meraih kursi yang berada disamping Zelma dan duduk sejajar sahabatnya.
"Iya, tapi kali ini bikin gue bener-bener kesal banget." Ujar Zelma sembari berlalu mengambilkan Jelly Drink kesukaan Gisel di lemari pendingin khusus minuman.
"Emang dia ngapain sampe bikin lo kesel?" Gisel penasaran akan hal yang membuat Zelma sekesal itu.
"Dia awalnya mesen salah satu menu andalan disini, gue tawarin beberapa, nah tiba-tiba dia dia nyeletuk bakal bayar entar malem pake Cek. Sorry aja nih ya, bukannya gue nolak tapi lo tau sendiri 'kan gue gabakal biarin customer gue buat ngekasbon kek gitu." Zelma kemudian memberikan Jelly Drink tadi kepada Gisel, Gisel kemudian membuka botol minuman tersebut dan menenggaknya secara perlahan, Ia benar-benar menikmati.
"Yaelah lo kek gitu doang dipermasalahin, harusnya lo take aja kali, sekali-kali, gue yakin tuh orang pasti tajir melintir." Zelma mencubit perlahan lengan Gisel.
"Gak. Nanti customer gue yang lain juga bakal ikut-ikutan." Pungkas Zelma.
"Tapi kan—" Ucapan Gisel terpotong saat Zelma sedang melayani pelanggan.
"Selamat Datang di Zelma Bakery, ada yang bisa dibantu?" Ujar Zelma saat menyambut pelanggannya dengan ramah.
Gisel kembali menenggak Jelly Drinknya sembari melihat Zelma yang menawarkan beberapa Menu. Sepersekian detik kemudian Zelma kembali duduk dan melanjutkan ceritanya.
"Terus ya, Sel. Tuh orang gapernah gue liat sebelumnya, dan dia baru pertama kali mampir ke Toko." Jelas Zelma kepadanya.
"Lo ingat gak bentukannya tuh manusia kek gimana?" Selidik Gisel mencoba mencari tahu.
Zelma kemudian menjelaskan ciri-cirinya yang tersimpan di memori kepalanya. Berperawakan tinggi besar, memiliki dada yang bidang, tatapan mata yang tajam, memakai kaos berwarna putih polos dan rambut yang sedikit acak-acakan.
"Ganteng pasti." Celetuk Gisel sambil terkekeh ringan.
"Gak ada ganteng-gantengnya modelan kek gitu dimata gue." Zelma tampak kesal yang membuat senyum iblis milik Gisel terpatri di wajahnya.
"Lo jangan ngomong kek gitu, siapa tau aja nanti dia mampir lagi kesini." Ujar Gisel ditengah ia sedang menikmati Jelly Drink miliknya.
"Bakal gue blacklist sih..." Gumam Zelma sambil menukarkan kembalian untuk pelanggannya.
"Yakin lo? Mana tau pas dia mampir kesini udah bawa Kartu Rekening kek yang lo minta." Pungkas Gisel.
"Kalo kek gitu gabakal nolak gue, bakal gue layanin baik-baik, asli." Sahut Zelma seraya terkekeh pelan.
Saat sedang terhanyut dalam obrolan, mereka tidak sadar akan waktu yang cepat berlalu. Sudah pukul lima sore, Gisel kemudian berpamitan dengan Zelma dikarenakan suaminya sudah menjemput dan menunggunya diluar. Zelma kemudian mengantar sahabatnya tersebut ke luar, Gisel telah memasuki mobil dan melambai ke arah Zelma.
Zelma kemudian masuk ke dalam Tokonya dan melanjutkan pekerjaannya. Tokonya sendiri tutup pukul jam sembilan malam, itu berarti masih ada empat jam lagi baginya duduk dimeja kasir.
Semakin malam semakin padat, makin banyak pelanggan yang datang, untungnya ia memiliki karyawan yang cekatan dalam melayani pelanggan yang ingin makan ditempat.
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan, ia kemudian berjalan kearah pintu depan membalik tanda 'Buka' menjadi 'Tutup'. Ia juga membantu karyawannya untuk membersihkan Toko dan peralatan makan yang lumayan menumpuk di wastafel dapur.
Setelah selesai dengan kerjaannya, ia menyuruh para karyawannya untuk segera pulang tak lupa mengingatkan mereka untuk datang seperti jam biasanya, Zelma rutin mengingatkan karyawannya sehingga membuat mereka merasa diperhatikan oleh Zelma. Benar-benar figur Leader yang baik.
Mematikan lampu Tokonya, Zelma kemudian berjalan keluar lewat pintu belakang dan betapa kagetnya ia melihat pria yang ia temui pagi tadi berdiri tepat dihadapannya.
"Hey! kau ini mau apa sebenarnya?!" Zelma yang terkejut saat itu reflek memasang kuda-kuda untuk menjaga dirinya apabila pria tersebut mencoba macam-macam dengannya.
"Maaf mengagetkanmu malam-malam seperti ini, tapi aku sudah berkeliling sedari tadi siang mencari Chocolate Salted Caramel Tart namun stoknya kosong selain disini. Ngomong-ngomong aku ingin memesan empat buah jadi bisakah kau pergi kedalam sana membuatkanku?" Ucap pria itu dengan nada yang dingin.
Zelma kemudian menormalkan posturnya sembari berkacak pinggang dan menatap tajam pria tersebut.
"Kau sudah gila?! Ini sudah malam dan Tokoku sudah tutup, lagi pula aku tidak melayani cek!" Bentak Zelma, pria tersebut hanya terdiam.
"Ini, kau ambil saja kembaliannya." Pria itu menyodorkan uang senilai Satu juta tujuh ratus ke arah Zelma. Ia terbelalak melihat hal tersebut.
"Aku tidak mau tau, kau harus membuatnya sekarang." Zelma yang sudah meraih uang yang telah diberikan pria tersebut kemudian membuat sebuah penawaran.
"Jika kau berkenan, datanglah besok siang mengambil kuenya. Untuk sekarang aku tidak bisa membuatnya karena karyawanku sudah pulang dan aku sangat lelah. Jika kau tidak mau menunggu maka aku akan mengembalikan uangmu dan kau harus mencarinya ditempat lain lagi." Pria tersebut tampak berpikir keras oleh tawaran yang diberikan Zelma.
"Baik, jika kau terlambat membuatkanku besok maka kau berurusan denganku." Ujar pria itu dengan sedikit mengancam Zelma.
Ia meninggalkan Zelma yang masih mematung di pekarangan rumahnya dan masuk kedalam mobil kemudian melaju hingga tak terlihat lagi oleh Zelma.
Zelma kemudian mendengus kesal dan beralih menuju rumahnya. Ia benar-benar kesal dengan pria tersebut.
Ia telah selesai membersihkan badan dan tak lupa dengan Skincare Routinenya. Ia mengambil ponsel miliknya dan memberitahu Gisel lewat pesan WhatsApp bahwa pria tersebut menghampirinya malam ini saat Tokonya sudah tutup. Centang dua, Zelma tidak ingin menunggu balasan dari Gisel, ia kemudian meraih selimutnya dan menutup matanya. Badannya harus segera diistirahatkan sekarang agar besok ia cepat bangun dan menyelesaikan urusannya dengan pria tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Endah Winarni
fav dan like dulu kak
2022-11-07
2
Achi
Haai Thor, saya sudah mampir..
semangat Thor 💪💪
2022-08-30
1
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
jgn galak² dong mas nya😐
HOLAAA KAK NESSS NISAA MAMPIR YA😻😸
2022-08-17
3