Pesanan

Zelma membuka matanya secara perlahan, dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul delapan Pagi. Ia hampir saja telat membuka Toko, ia yakin pasti karyawannya sudah menunggu diluar. Dengan langkah seribu, ia telah sampai tepat didepan Tokonya; tepat sesuai dugaannya bahwa para karyawannya telah lama menunggu.

Membuka Toko, kemudian ia menitipkan kunci Toko pada salah satu karyawannya yang ia percayakan. Sebelum ia berlalu untuk pergi mandi, pagi ini ia memberi briefing terlebih dahulu pada mereka.

"Karena kalian semua telah berada disini, hari ini kita akan membuat Chocolate Salted Caramel Tart sebanyak empat buah, ini merupakan pesanan seorang pelanggan yang menghubungiku semalam dan harus selesai siang ini." Zelma mendengus kesal dalam hati saat mengingat pria itu.

"Kak, tapi saya dan Lina tidak akan mampu membuatnya secepat itu..." Ucap salah satu karyawannya, Tasya.

"Jangan khawatir Tasya, saya akan membantu kamu dibagian dapur, untuk sementara kasir dipegang oleh Andre." Zelma beralih menatap karyawan lainnya, yang mana di-iyakan oleh sang empunya nama.

"Baik, untuk yang lainnya kalian tetap di posisi masing-masing namun tetap siap siaga saja jika sewaktu-waktu ada aba-aba dari saya untuk bertukar posisi, sekarang waktunya bekerja. Saya akan kembali lagi dalam waktu tiga puluh menit." Para karyawannya langsung bergegas dan berkutat dengan tanggung jawab mereka, Zelma berlalu keluar dari Tokonya. Setibanya ia di dalam rumahnya cepat-cepat ia membuat sarapan; Telur Ceplok dan dua keping Roti tawar. Ia sudah tidak sempat memasak Nasi lagi.

Selesai dengan sarapannya, pun ia bergegas untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Tak butuh waktu lama bagi Zelma, ia sudah rapih dengan pakaian casual, tak lupa dengan make-up tipis yang membuatnya tetap terlihat natural.

Dilihatnya jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan setengah sembilan pagi. Ia kembali menuju Tokonya dan mendapati karyawannya tengah sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Cukup ramai untuk sepagi ini di Toko kuenya.

Ia kemudian menemui dua karyawannya di bagian dapur yang sedang mempersiapkan segala macam alat dan bahan untuk membuat kue pesanan pria semalam. Zelma kemudian meraih celemek yang tergantung di gantungan dapur dan mengambil mixer kemudian mencampurkan bahan yang sudah tersedia.

"Zelma, kau pasti bisa..." gumamnya. Ditengah aktivitasnya entah mengapa Zelma teringat akan pria itu, yang mana hampir saja membuat adonan yang dipegangnya tumpah. Ia menepis jauh-jauh pikirannya tentang pria tersebut dan kembali memfokuskan pikirannya.

Waktu terus berjalan, Zelma yang sedari tadi sibuk di dapur tidak sempat memperhatikan jam. Sekarang sudah pukul dua belas lewat sepuluh, tiba-tiba ia mendengar adu mulut karyawannya dengan beberapa orang yang berasal dari luar.

Zelma tidak tinggal diam, mendengar intonasi bicara mereka makin meninggi pun ia melepas celemek yang ia pakai dan mencuci tangannya terlebih dahulu.

"Ada apa ini ribut-ribut?!" Zelma melihat Andre yang ditahan oleh salah satu pria berbadan kekar dengan kepala plontos dan bertato. Karyawan lainnya dan beberapa pelanggan disuruh untuk merunduk di bawah. Sedangkan dua orang lainnya menghampiri Zelma.

"Selamat Siang Nona, Kami tidak berniat untuk ribut di tempatmu. Kami kesini diutus oleh atasan kami untuk mengambil pesanannya." Ujar pria yang berkacamata hitam dengan nada dingin.

"Benar, apakah pesanannya sudah selesai?" Sambung salah satu dari mereka sambil ia mengangkat pergelangan kemejanya ke arah siku.

"Bisa kah menunggu sebentar lagi? Kami harus mendinginkan pesanannya dahulu sebelum dipacking apabila—"

"Kami tidak butuh alasanmu, serahkan saja pesanannya." Ketus pria berkacamata hitam itu sambil menodongkan pistol ke wajah Zelma.

Zelma sontak terkejut, keringat dingin membanjiri kedua telapak tangannya dan kedua telapak kakinya dibawah sana, ia kemudian mundur beberapa langkah kemudian kembali ke dapur memberi aba-aba pada dua karyawannya.

"Tapi kak ini belum sele—"

"Tidak ada waktu, orang-orang diluar tersebut benar-benar gila, mereka baru saja menodongkan pistol ke wajahku. Jangan sampai mereka bertindak lebih jauh."

Dua karyawannya yang mendengar akan hal itu buru-buru mempacking tiga buah Chocolate Salted Caramel Tart tersebut. Mendengar hal tersebut, mereka terlihat panik dan pucat seketika. Setelah selesai, pun Zelma mengantarnya kedepan. Posisi orang-orang tersebut masih di tempat yang sama.

Saat Zelma memberikan pesanan tersebut ke pria berkacamata hitam itu, mereka kemudian melepaskan Andre dan juga pelanggan lainnya. Andre meringis perlahan akibat cengkraman kuat yang diberikan kepadanya.

"Atasanku memberikan ini untukmu." Pria berkacamata hitam tersebut memberikan sepucuk surat untuk Zelma, kemudian mereka pergi berlalu dari Tokonya tanpa berpamitan.

Semua pelanggan Zelma lari terbirit-birit keluar karena ketakutan akan hal yang mereka alami tadi. Zelma yang melihat akan hal itu hanya bisa menahan kesedihannya.

"Orang-orang itu benar-benar sinting..." gumamnya kesal dalam hati sambil menahan air matanya.

Matanya beralih melihat surat yang tadi diberikan kepadanya, ia membuka surat itu dan membacanya.

......Ini peringatan untukmu, jangan sampai anak buahku bertindak lebih jauh lagi.......

Zelma tampak bingung, ia merasa dirinya seperti diteror oleh pria itu. Pistol yang tadi diarahkan padanya masih membekas diingatannya dan memberi trauma. Ia sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, ia biarkan semua mengalir keluar dari kedua bola matanya.

"Memang orang gila, jika aku bertemu dirinya lagi ku pastikan dia menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan kepadaku dan orang-orang yang terlibat di tokoku..." Zelma hanya bisa menggumam lagi, ia bahkan tak bisa mengontak pria itu. Cepat-cepat ia mengusap air mata menggunakan punggung tangannya.

Zelma yang tidak ingin terlalu berlarut dengan pikiran dan kesedihannya, kemudian kembali menyibukkan diri dan menyuruh dua orang karyawannya yang lain termasuk Andre untuk membersihkan beberapa meja yang mana pelanggannya sudah pergi.

Ia meraih beberapa kain khusus lap meja dan ikut membantu Andre membersihkan kekacauan yang terjadi di Tokonya. Merasa dipermalukan, itulah yang ia rasakan sekarang.

"Ndre, kamu gak apa-apa 'kan?" Ujarnya sembari melihat Andre yang dengan pelan-pelan membersihkan meja.

"Gak apa-apa kok Kak Zel, cuma nyeri aja tadi dicengkram kuat sama mereka." Andre masih sempat tersenyum tipis kearah Zelma dan melanjutkan kembali aktivitasnya.

"Aku minta maaf..." Zelma kembari terisak.

"Bukan salah Kak Zel kok, lagi pula kita juga gak tau 'kan mereka itu siapa." Ujar Andre mencoba menguatkan Zelma.

"Takut banget aku, Ndre." Zelma tidak mampu melanjutkan aktivitasnya, ia terduduk di kursi yang sudah ia bersihkan.

Andre tidak sanggup melihat Zelma seperti itu, baginya Zelma sudah banyak membantunya dan ia bahkan menganggap Zelma sudah seperti kakaknya sendiri.

"Kak Zel, tunggu sini bentar ya." Andre berlalu kearah dapur, didapatinya Tasya dan Lina yang sama shocknya seperti Zelma.

"Kalian berdua kalau udah mendingan jangan lupa dilanjut kerjaannya ya. Gue mau buatin Kak Zel Coklat Panas dulu."

"Kak Zelma kenapa?" Tanya Tasya.

"Dia ketakutan banget, gue coba nenangin dia dulu."

"Gue bantu." Ujar Lina.

Mereka bertiga lumayan dekat dengan Zelma, mereka juga sering dipercayakan untuk menjaga Toko jika ia merasa tidak enak badan untuk masuk kerja.

Sembari Andre mencari bubuk coklat di Kabinet Atas, Lina memanaskan air dan Tasya kembali dengan rutinitasnya yaitu membuat adonan kue.

"Ndre, air lagi gue panasin ya." Ujar Lina dan kemudian beralih membantu Tasya membuat adonan Kue.

"Thanks, Lin."

Dua puluh menit kemudian Coklat Panas untuk Zelma telah selesai dibuat Andre, kemudian ia berlalu dari dapur dan membawakannya pada Zelma. Didapatinya gadis itu menatap nanar kearah luar jendela dengan mata yang sembap. Sukurnya siang itu belum ada pelanggan yang datang.

"Kak Zel, ini Coklatnya." Andre menaruh Coklat Panas tersebut dihadapan Zelma.

"Makasih banyak ya, Ndre." Suara Zelma terdengar lirih saat mengucapkan Terimakasihnya kepada Andre.

"My Pleasure Kak, aku lanjut dulu ya kak. Kak Zel istirahat aja dulu disini, ya." Andre berpamitan dan berlalu dari hadapan Zelma untuk membersihkan beberapa sudut lagi.

Zelma menyesap Coklat Panasnya, ia merenungi kembali kejadian yang ia alami tadi. Untuk pertama kali baginya ia dihadapi dengan hal segila itu. Cukup lama ia duduk terpaku di kursi tersebut, begitu perasaannya mulai membaik ia kembali mencoba memfokuskan pikirannya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Terpopuler

Comments

•⁠ᴗ⁠• JOFENDLOTRUVE •⁠ᴗ⁠•

•⁠ᴗ⁠• JOFENDLOTRUVE •⁠ᴗ⁠•

kan bisa tuh minta baik baik, kenapa harus pakai pistol sih

2022-11-03

11

Zhara

Zhara

Sangar nya 🤐

2022-10-27

1

pensi

pensi

hai Thor salam kenal, favoritkan kembali novelnya ya 🙏🙏

2022-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!