Hubungan Terlarang
Shakila mendatangi sepupunya yang bernama Firda, sepupu yang lebih tepatnya musuh.
Bukan salah sepupunya sih, yang salah dirinya karena sudah merebut kekasih sang sepupu.
Saat ini sepupunya sedang duduk bersama dengan dua temannya, gita dan Sisil.
Melihat kedatangan Shakila yang tiba-tiba, membuat ketiganya saling berpandangan dan saling bertanya lewat tatapan mata.
"Fir, aku datang bukan mengajak dirimu bertengkar, jadi biasa saja lah wajah kalian! Jangan sinis gitu."
Gita dan Sisil memutar bola matanya jengah, Firda tertawa sinis.
'Kenapa dia yang lebih galak?' kekeh Firda dalam hati.
"Ada apa? Tumben kau menemui aku." tanya Firda
Shakila menghembuskan napas kuat, terlihat sedikit ragu-ragu tapi dia tidak punya pilihan lain selain bertanya pada Firda atau kedua teman Firda.
"Apakah kau bahagia dengan pernikahanmu? Eh, bukan itu maksud pertanyaannya. Kalian bertiga sama-sama menikah dengan pria yang sudah tua, jadi..."
"Apa kau bilang? Tua?" pekik Gita bertanya tidak senang, enak saja di bilangnya suami-suami mereka sudah tua. Maksudnya apa, coba?
Shakila sampai terjengkit kaget mendengar pekikan Gita yang memekakkan gendang telinganya.
"Maaf, aku salah bicara, maksudku sudah dewasa. Jangan marah dong! Yang hamil Firda kenapa kau yang sewot, kau kan pasti belum hamil. Baru juga menikah kemarin sore masa' sudah hamil, kecuali kalian berdua sudah kasih DP duluan."
"Ck ck ck ck...Tidak bisakah lidahmu itu mengatakan yang baik-baik, Sha? Kau pikir kami dan suami kami orang-orang yang menghalalkan segalanya?" Sisil menggelengkan kepalanya berusaha tetap tenang, Shakila cuma mendengkus.
"Kalian saja yang terlalu sensi, kalau memang kalian tidak melakukan ya sudah, biasa aja kalee..."
Firda memberikan isyarat kecil pada Gita dan Sisil agar tidak terpancing atau membalas lagi apa yang Shakila ucapkan, yang ada tidak ada bedanya mereka dengan Shakila kalau begitu.
"Kau sedang tidak melakukan survey tentang pernikahan dengan pasangan beda usia kan?" Firda menatap wajah Shakila yang masih berwajah masam.
"Nggaklah, aku cuma pengen tahu. Habisnya nenek terus meminta aku untuk menikah dengan anaknya Wak Karim, si Bujang lapuk di keluarga kita.
Aku tidak mau, dia masih saudara kita. Lagipula dia item, huwaaaa..." Shakila pakai drama pura-pura menangis, Gita dan Sisil mencemooh.
Firda melongo, anak Wak Karim kan bang Jojo. Dibilang bujangan tapi pernah menikah, hanya saja istrinya meninggal di malam ketika mereka hendak melakukan malam pertama. Ada yang bilang istrinya meninggal karena terkejut dan langsung terkena serangan jantung ketika melihat onderdil milik bang Jojo, entah benar atau tidak hanya bang Jojo yang tahu.
Atau terkejut karena kekecilan? Mungkin kebesaran, ah, tidak ada yang tahu pasti. Semua itu cuma cerita penghantar dosa.
Sejak tujuh tahun yang lalu setelah istrinya meninggal, bang Jojo tidak berniat untuk menikah. Mungkin karena itu neneknya berniat untuk menikahkan bang Jojo dengan Shakila.
" Yang item kan cuma kulitnya Sha, hatinya kan tidak.
Lagi pula, kenapa nenek tiba-tiba menjodohkan dirimu dengan bang Jojo? Apa diam-diam bang Jojo suka dengan dirimu?" tanya Firda.
Shakila langsung melotot dengan tuduhan Firda, Firda- nya malah cengengesan tanpa merasa bersalah.
"Gara-gara kau yang menikah dengan suamimu yang sudah tu...Sudah dewasa, nenek jadi memiliki ide mencocokkan kami." semprot Shakila dengan wajah judesnya.
"Kok aku? Kalau tidak mau ya ngomong sama nenek, jangan salahkan aku dong!" Firda tidak mau disalahkan.
"Percuma, semua keluarga sudah setuju, apalagi si Bujang lapuk itu? Dia makin nggak sabar ingin segera menikahi aku. Apa dia lupa kalau aku ini sepupunya?" wajah Shakila terlihat menderita.
Tidak terbayangkan bagaimana jika Shakila dan bang Jojo bersanding. Bang Jojo yang berkulit gelap tapi manis, dan Shakila yang lumayan putih, cantik dan seksi. Pasangan yang pas bagai siang dan malam.
"Sepupu jauh, Sha, daripada kau terus menerus mengejar Hans yang sudah tidak mau padamu, mendingan nikah. Enak tahu menikah itu, apalagi kalau..." Sisil terkekeh, Gita ikut-ikutan tertawa.
Shakila cuma mencibir.
"Benar kata mereka, jadi perempuan itu harus punya harga diri. Untuk apa kau terus mengejar Hans, mendingan menikah dengan bang Jojo. Yang dewasa itu lebih menggoda tau, apalagi bang Jojo juga sudah mapan. Ngapain mengejar Hans yang masih begini." ucap Firda sambil menadahkan tangannya seperti orang meminta.
Shakila menatap ke arah Gita dan Sisil, keduanya menganggukkan kepalanya meyakinkan Shakila.
Sepupu Firda hanya bisa membuang napasnya kasar ke udara.
Shakila melipat tangan di dada, masih dengan wajah sebal.
"Mapan-mapan, tetap saja hitam. Aku maunya yang putih, ganteng, macho. Kalau bisa yang lebih muda biar kelihatan serasi. Masa’ aku yang masih segar bugar dikasih ke pria yang… ya begitu lah."
Firda mendengus tertawa. "Kau pikir apa, Sha? Kulit bisa menipu. Yang penting tanggung jawab. Kalau kau dapat yang putih tapi kelakuannya busuk, apa kau sanggup?"
Sisil ikut menimpali dengan suara ketus, "Iya, jangan lihat cover doang. Kami sudah merasakan, suami yang lebih dewasa itu justru tahu cara memperlakukan istri. Nggak main-main kayak cowok seusia kita."
Gita mengangkat alis tinggi, matanya menatap Shakila penuh sindiran. "Lagipula, bukankah dulu kau teriak-teriak pengen nikah muda? Eh, sekarang dikasih calon mapan malah banyak protes."
Shakila mendesis. "Tapi kan… dia sepupu! Gila aja kalau aku nikah sama sepupu sendiri. Nanti anakku gimana?"
Firda menegakkan duduknya, kali ini serius. "Sha, dengar. Sepupu jauh itu bukan mahram. Sah-sah saja menikah. Kau bisa tolak kalau memang tidak suka, tapi jangan pakai alasan sepupu. Orang lain malah banyak yang nikah dengan sepupu dan baik-baik saja."
Sisil tersenyum miring. "Atau jangan-jangan… kau takut kalau setelah nikah ternyata bang Jojo bisa bikin kau klepek-klepek? Yang katanya bujangan lapuk itu lebih jago dari yang kau bayangkan."
Gita spontan terkekeh keras. "Hahaha, bisa jadi! Lihat saja Firda, awalnya dikira sengsara karena suaminya lebih tua. Eh, ternyata sekarang malah paling bahagia di antara kita."
Firda hanya mengangkat bahu, senyum tipis terlukis di bibirnya. "Aku nggak bilang bahagia terus, tapi setidaknya aku belajar menerima dan menghargai. Itu kunci rumah tangga. Kau, Sha, kalau terus pakai standar ganteng, putih, macho… ya susah. Pernikahan bukan kontes kecantikan."
Shakila terdiam sejenak, bibirnya manyun, lalu mendengus lagi. "Dasar kalian bertiga, sama saja! Sok bijak depan aku, padahal siapa tahu kalian juga nyesel nikah buru-buru."
Gita melotot. "Hei! Jaga bicara!"
Firda buru-buru memberi kode dengan tangannya agar temannya tidak terpancing lagi. Ia justru menatap Shakila lekat-lekat. "Sha, aku tahu mulutmu pedas, tapi coba dengar sekali saja. Jangan sampai kau baru sadar siapa yang benar-benar tulus setelah semua terlambat. Hans itu jelas-jelas menolakmu. Sementara Bang Jojo, bisa jadi dia yang paling sabar menghadapi sifatmu yang seperti ini."
Shakila menelan ludah. Untuk sesaat wajahnya kehilangan ketegasan, meski buru-buru ia balas dengan senyum sinis. "Halah, kalian terlalu percaya sama omongan nenek. Aku sih belum tentu mau."
Sisil menutup percakapan dengan nada sengaja mengejek, "Belum tentu mau? Atau belum tentu bisa nolak, Sha?"
Shakila melotot, lalu berdiri dengan hentakan kaki keras. Ia berbalik pergi sambil merutuk dalam hati, meninggalkan tawa kecil ketiga perempuan itu.
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
FaiqohElhumairoh
Aku datang Kak rie, novel yg ngegantung akhirnya dilanjut juga😍😍😍😍
2025-04-06
4
Markhatus Mbok Ane Joevika
wes suwe ora bukak aplikasi Iki... Saiki Mak rie updateeneh dadi suwwemangat ech AQ🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-04-07
1
Neng SilLvia
Mak riiena emang ini bab nya baru 14 yaa
soalnya baru baca dinovel toon belom ngerti baru download/Pray/
2025-04-17
0