Bab. 5

"Hari keempat pernikahan.

Syakila bangun dengan rambut acak-acakan dan leher penuh jejak sejarah. Di sebelahnya, Bang Jojo tidur pulas dengan posisi miring, memeluk bantal kayak guling yang dicintai sepenuh hati.

Syakila menatapnya lekat-lekat. Satu sisi geli, satu sisi pengen lempar bantal.

"Ini orang... habis 'ngeruk tambang', sekarang tidur kayak bayi."

Dia duduk di tepi ranjang, menarik nafas panjang. Kaki pegal, pinggang remuk, tenggorokan kering.

Tanda-tanda istri baru yang habis dijadikan korban semangat nasionalisme suami.

Jojo menggeliat. "Hmm... Dek Sya... Jus semangka lagi ya?"

Syakila melempar pandang sinis. "Mau lanjut lagi?"

Jojo buka mata pelan-pelan. Senyumnya nyengir, tampang belum sadar sepenuhnya tapi hasrat udah standby.

"Bukan lanjut. Tapi... revisi sedikit bagian tadi malam. Abang rasa belum 100%."

"Ngimpi aja lu!"

Syakila melempar bantal tepat ke mukanya. Jojo ketawa sambil ngelindur, dipeluknya bantal kayak lagi peluk Syakila.

"Abang sayang kamu..."

Syakila melirik ke cermin. Pandangannya jatuh pada leher sendiri.

"Haduh... ini kalau pulang ke rumah ibu, ditanya kenapa kayak abis disedot alien, jawabnya gimana?"

Tiba-tiba telepon hotel berbunyi. Jojo yang masih malas gerak akhirnya bangun, angkat dengan mata setengah terpejam.

"Halo...? Oh, iya... mau perpanjang kamar?"

Jojo melirik Syakila yang langsung melotot.

"Jangan! Pulang. Aku kangen rumah!"

"Tapi Dek... kita kan baru pemanasan. Baru juga mulai mengenal anatomi masing-masing..."

Syakila melipat tangan di dada, ekspresi 'nggak bisa diganggu gugat'.

"Abang pilih. Lanjut di hotel, atau nanti kita lanjut di rumah. Tapi... ada syarat."

Jojo meneguk ludah. "Apa syaratnya?"

"Aku yang jadi kapten. Abang cukup jadi penumpang yang nurut."

Mendengar itu, Jojo langsung semangat lagi.

"Siap, kapten! Abang udah siap dilatih dan digembleng."

Syakila tersenyum licik.

"Bagus. Tapi sebelum itu, bantu aku mandi. Kaki pegal semua."

Jojo bangkit dengan semangat nasionalisme 45. "Mandi berdua?"

"Enggak. Aku duduk, Abang yang gosokin."

"Ya Allah... ini sih mimpi masa kecilku jadi nyata."

Dan begitulah... pagi itu mereka mandi. Satu duduk, satu kerja rodi.

Karena cinta itu bukan cuma soal ranjang, tapi juga urusan sabun dan sikat punggung.

“Jadi... kalian pulang lebih cepat?” ibunya Syakila menatap keduanya curiga. Matanya menyipit, ekspresinya seperti detektif yang baru mencium bau kejanggalan.

Syakila canggung. Jojo lebih canggung. Mereka duduk di ruang tamu, seperti dua siswa yang baru ketahuan nyontek pas ujian nasional.

“Iya, Buk... soalnya kamarnya AC-nya terlalu dingin,” jawab Syakila cepat.

“Jojo gampang masuk angin.” tanya ibunya Syakila

Jojo mengangguk cepat dan penuh harapan. “Iya, Bu. Saya tuh sensitif udara...”

Ibu Syakila memicingkan mata. Lalu mendadak berkata,

“Coba kamu tengok leher Syakila, Jo!”

Syakila langsung tersedak teh. Jojo mendadak panas dingin.

“Loh... kenapa, Bu?” tanya Jojo nekat, pura-pura bego.

Ibunya Syakila nyengir licik.

“Nggak, Bu Cici tetangga sebelah itu lihat kalian jalan pagi tadi. Syakila jalannya aneh, katanya.”

Jojo menatap Syakila. Syakila menatap lantai. Lantai tidak bisa membantu.

“Gimana anehnya?” tanya Jojo hati-hati.

“Katanya Syakila jalannya miring sebelah. Kayak habis naik kuda semalam suntuk.”

DEG.

Jojo pengen langsung sujud minta ampun, tapi takut makin mencurigakan. Syakila ingin menghilang jadi semangka. Biar ditaruh di kulkas, nggak dipanggil-panggil.

“Lain kali jangan terlalu semangat, Jo,” kata Mama, santai sambil menyeruput teh. “Anak gadis saya bukan daging kambing buat di guling.”

Jojo menunduk.

“Iya, Bu. Saya salah. Tapi... dagingnya empuk kok.”

Syakila langsung mencubit paha Jojo.

Setelah ibunya Syakila keluar ruangan, Syakila melotot ke Jojo. “Bisa diam nggak sih mulutnya?”

Jojo mengangkat tangan. “Refleks, Dek. Maaf, mulut Abang tuh suka ngomong duluan, mikir belakangan.”

Mereka berdua naik ke kamar. Baru saja duduk di kasur, Syakila mengeluh, “Punggungku masih pegal semua.”

Jojo mendekat. “Mau abang pijitin?”

“Pakai niat, jangan modus.”

“Modus? Abang? Wah, Dek Sya... ini murni pelayanan suami istri.”

Jojo mulai memijit. Baru dua menit, tangannya nyasar.

“Bang...”

“Iya?”

“Itu bukan punggung.”

“Oh. Maaf. Saking hafalnya, tangan Abang jalan sendiri.”jawab bang Jojo ngaco.

Syakila geleng-geleng. “Besok Bang Jojo ikut aku ke rumah sakit.”

“Kenapa? Ada apa?”

“Aku mau periksa... takut pinggulku miring beneran.”

Jojo langsung peluk Syakila dari belakang.

“Kalau miring, Abang siap jadi penyangga hidupmu. Seumur hidup.” gombal bang Jojo.

“Rayuanmu itu... antara bikin geli sama bikin pengen lempar sepatu.”

Syakila masih duduk di kasur sambil mengelus pinggangnya.

“Bang, serius. Aku takut nanti kalau beneran ke dokter, disuruh terapi tulang.”

Jojo langsung panik. “Aduh, jangan gitu dong, Dek. Nanti dokter tanya, penyebabnya apa? Masa’ Abang jawab: kebanyakan latihan cinta?”

Syakila menatapnya sinis. “Ya sudah, bilang aja jatuh dari motor.”

Jojo menggeleng cepat. “Nggak bisa. Kalau jatuh dari motor kan biasanya luka di lutut, bukan leher penuh stempel kayak kamu itu.”

Syakila menutupi lehernya dengan bantal. “Hush! Jangan disebutin lagi. Malu tauk!”

Jojo ngakak, lalu tiba-tiba jadi serius. “Tapi, Dek… kalau kamu memang sakit beneran, Abang siap ngalah. Kita istirahat dulu. Lima tahun ke depan juga nggak apa-apa…”

Syakila melotot. “Lima tahun? Kau kira aku mau jadi biksuni?”

Jojo mengangkat bahu, pura-pura pasrah. “Ya daripada Abang dituntut pasal KDRT anatomi…”

Syakila mendengus, lalu melempar guling ke arahnya. “Dasar aneh.”

Jojo langsung memeluk guling itu. “Iya, tapi anehnya kan buat kamu.”

Syakila menepuk jidat, lalu bangkit dari kasur. “Udah, Bang. Hari ini aku mau istirahat total. Jangan ada aksi-aksi.”

Jojo menatapnya penuh drama. “Istirahat total? Jadi… malam ini Abang tidur sambil ngobrol sama kipas angin?”

Syakila tersenyum miring. “Kalau kipas angin bisa nurut, ya silakan. Jangan harap aku jadi kipas manual.”

Jojo ngedumel pelan. “Kipas angin aja berputar tiap malam. Masa’ Abang diem doang…”

Syakila mendengar itu, langsung menepuk bahunya. “Kamu diem atau aku telepon ibu lagi?”

Jojo langsung menutup mulut rapat-rapat, lalu memberi salam hormat pura-pura. “Siap, Kapten! Abang mode silent.”

Tapi begitu Syakila rebahan, Jojo mendekat perlahan. “Dek, beneran nih? Nggak boleh sedikit pun?”

Syakila membuka sebelah matanya. “Bang, aku kan udah bilang: aku kapten. Kalau aku bilang maju, baru maju. Kalau aku bilang berhenti, berhenti.”

Jojo nyengir. “Jadi Abang ini tentara cadangan, gitu?”

“Bukan cadangan.” Syakila menutup mata lagi. “Abang itu prajurit aktif… tapi harus tunduk sama komandannya.”

Jojo tersenyum puas, lalu menepuk dada sendiri. “Siap, Komandan. Tapi inget ya… prajurit ini stamina-nya nasional plus internasional.”

Syakila menahan tawa, pura-pura tidur. Dalam hati, dia tahu… selama Jojo masih begini, rumah tangganya nggak akan pernah sepi.

Mereka tertawa bersama.

Ya... beginilah cinta. Kadang lucu, kadang perih. Tapi yang jelas: semangat Jojo tidak pernah libur..

 

Terpopuler

Comments

Sri Dartuti

Sri Dartuti

Alhamdulillah Mak Rien.....dilanjut lagi🥰🥰🥰

2025-04-05

1

Sayajhinha🥰

Sayajhinha🥰

yam ampuun mak pake di perjelas lagi😂 maklumi aja kan namanya pengantin baru semangat nya full🤣

2025-04-07

1

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Alhamdulillah ada lanjutannya
Terima kasih, Kak Riie🥰🥰🙏

2025-04-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab, 2
3 Bab, 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6 . Pindah rumah
7 Bab. 7. Main Belakang
8 Bab . 8. Curiga
9 Bab. 9. Tuduhan
10 Bab. 10. Hasil lab
11 Bab. 11. Berdamai
12 Bab. 12 . Tuduhan lagi.
13 Bab. 13. Penolakan.
14 14. Dititipi adik ipar
15 Bab. 15 . Perang dingin masih berlangsung
16 16. Ke Gep
17 Bab. 17. Cemburu
18 Bab. 18. Tuduhan
19 19. Akankah keluar jalur?
20 Bab. 20. Akan dikembalikan
21 Bab. 21. Mau jadi Ipar adalah maut?
22 Bab. 22. Mengantar ke sekolah
23 Bab, 23. Bukan pelukan, tapi jebakan
24 Bab. 24. Pergi
25 Bab, 25. Melempar dosa
26 Bab. 26. Hilang kendali
27 Bab. 27. Tuduhan yang keliru
28 Bab. 28. Demam
29 Bab. 29. Memohon
30 Bab. 30. Tetap tidak,
31 Bab. 31. Beratnya....
32 Bab. 32. Topeng yang di robek
33 Bab. 33. Lelah
34 Bab 34. Tidak ada jalan
35 Bab. 35. Berhenti menjadi pengemis
36 Bab. 36. Praduga
37 Bab. 37. Bekas yang sulit untuk di hapus
38 Ban. 38. Sudah bulat
39 Bab 39. Berjanji akan menemani
40 Bab. 40. Rencana
41 Bab. 41. Buat Bapak Rewel
42 Bab 42. Yang manis tapi salah
43 Bab. 43. Debaran yang semakin menjadi
44 Bab. 44. Akan menjadikan tuduhan, menjadi benar
45 Bab. 45. Tekad
46 Bab. 46. Rasa yang sama.
47 Bab. 47. Yakin akan lewat
48 Bab. 48. Sesuatu yang terlarang, baru saja tumbuh
49 Bab. 49. Dunia tidak peduli, siapa yang salah duluan
50 Bab. 50. Harga cinta
51 Bab. 51. Cinta datang di waktu yang salah
52 Bab. 52. Menyerah
53 Bab. 53. Lebih sakit
54 Bab. 54. Bagai tersengat listrik
55 Bab. 55. Merindukan Big Jojo
56 Bab. 56. Laporan dari tetangga
57 Bab. 57. Di sidang keluarga
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab, 2
3
Bab, 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6 . Pindah rumah
7
Bab. 7. Main Belakang
8
Bab . 8. Curiga
9
Bab. 9. Tuduhan
10
Bab. 10. Hasil lab
11
Bab. 11. Berdamai
12
Bab. 12 . Tuduhan lagi.
13
Bab. 13. Penolakan.
14
14. Dititipi adik ipar
15
Bab. 15 . Perang dingin masih berlangsung
16
16. Ke Gep
17
Bab. 17. Cemburu
18
Bab. 18. Tuduhan
19
19. Akankah keluar jalur?
20
Bab. 20. Akan dikembalikan
21
Bab. 21. Mau jadi Ipar adalah maut?
22
Bab. 22. Mengantar ke sekolah
23
Bab, 23. Bukan pelukan, tapi jebakan
24
Bab. 24. Pergi
25
Bab, 25. Melempar dosa
26
Bab. 26. Hilang kendali
27
Bab. 27. Tuduhan yang keliru
28
Bab. 28. Demam
29
Bab. 29. Memohon
30
Bab. 30. Tetap tidak,
31
Bab. 31. Beratnya....
32
Bab. 32. Topeng yang di robek
33
Bab. 33. Lelah
34
Bab 34. Tidak ada jalan
35
Bab. 35. Berhenti menjadi pengemis
36
Bab. 36. Praduga
37
Bab. 37. Bekas yang sulit untuk di hapus
38
Ban. 38. Sudah bulat
39
Bab 39. Berjanji akan menemani
40
Bab. 40. Rencana
41
Bab. 41. Buat Bapak Rewel
42
Bab 42. Yang manis tapi salah
43
Bab. 43. Debaran yang semakin menjadi
44
Bab. 44. Akan menjadikan tuduhan, menjadi benar
45
Bab. 45. Tekad
46
Bab. 46. Rasa yang sama.
47
Bab. 47. Yakin akan lewat
48
Bab. 48. Sesuatu yang terlarang, baru saja tumbuh
49
Bab. 49. Dunia tidak peduli, siapa yang salah duluan
50
Bab. 50. Harga cinta
51
Bab. 51. Cinta datang di waktu yang salah
52
Bab. 52. Menyerah
53
Bab. 53. Lebih sakit
54
Bab. 54. Bagai tersengat listrik
55
Bab. 55. Merindukan Big Jojo
56
Bab. 56. Laporan dari tetangga
57
Bab. 57. Di sidang keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!