Shakila mendatangi sepupunya yang bernama Firda, sepupu yang lebih tepatnya musuh.
Bukan salah sepupunya sih, yang salah dirinya karena sudah merebut kekasih sang sepupu.
Saat ini sepupunya sedang duduk bersama dengan dua temannya, gita dan Sisil.
Melihat kedatangan Shakila yang tiba-tiba, membuat ketiganya saling berpandangan dan saling bertanya lewat tatapan mata.
"Fir, aku datang bukan mengajak dirimu bertengkar, jadi biasa saja lah wajah kalian! Jangan sinis gitu."
Gita dan Sisil memutar bola matanya jengah, Firda tertawa sinis.
'Kenapa dia yang lebih galak?' kekeh Firda dalam hati.
"Ada apa? Tumben kau menemui aku." tanya Firda
Shakila menghembuskan napas kuat, terlihat sedikit ragu-ragu tapi dia tidak punya pilihan lain selain bertanya pada Firda atau kedua teman Firda.
"Apakah kau bahagia dengan pernikahanmu? Eh, bukan itu maksud pertanyaannya. Kalian bertiga sama-sama menikah dengan pria yang sudah tua, jadi..."
"Apa kau bilang? Tua?" pekik Gita bertanya tidak senang, enak saja di bilangnya suami-suami mereka sudah tua. Maksudnya apa, coba?
Shakila sampai terjengkit kaget mendengar pekikan Gita yang memekakkan gendang telinganya.
"Maaf, aku salah bicara, maksudku sudah dewasa. Jangan marah dong! Yang hamil Firda kenapa kau yang sewot, kau kan pasti belum hamil. Baru juga menikah kemarin sore masa' sudah hamil, kecuali kalian berdua sudah kasih DP duluan."
"Ck ck ck ck...Tidak bisakah lidahmu itu mengatakan yang baik-baik, Sha? Kau pikir kami dan suami kami orang-orang yang menghalalkan segalanya?" Sisil menggelengkan kepalanya berusaha tetap tenang, Shakila cuma mendengkus.
"Kalian saja yang terlalu sensi, kalau memang kalian tidak melakukan ya sudah, biasa aja kalee..."
Firda memberikan isyarat kecil pada Gita dan Sisil agar tidak terpancing atau membalas lagi apa yang Shakila ucapkan, yang ada tidak ada bedanya mereka dengan Shakila kalau begitu.
"Kau sedang tidak melakukan survey tentang pernikahan dengan pasangan beda usia kan?" Firda menatap wajah Shakila yang masih berwajah masam.
"Nggaklah, aku cuma pengen tahu. Habisnya nenek terus meminta aku untuk menikah dengan anaknya Wak Karim, si Bujang lapuk di keluarga kita.
Aku tidak mau, dia masih saudara kita. Lagipula dia item, huwaaaa..." Shakila pakai drama pura-pura menangis, Gita dan Sisil mencemooh.
Firda melongo, anak Wak Karim kan bang Jojo. Dibilang bujangan tapi pernah menikah, hanya saja istrinya meninggal di malam ketika mereka hendak melakukan malam pertama. Ada yang bilang istrinya meninggal karena terkejut dan langsung terkena serangan jantung ketika melihat onderdil milik bang Jojo, entah benar atau tidak hanya bang Jojo yang tahu.
Atau terkejut karena kekecilan? Mungkin kebesaran, ah, tidak ada yang tahu pasti. Semua itu cuma cerita penghantar dosa.
Sejak tujuh tahun yang lalu setelah istrinya meninggal, bang Jojo tidak berniat untuk menikah. Mungkin karena itu neneknya berniat untuk menikahkan bang Jojo dengan Shakila.
" Yang item kan cuma kulitnya Sha, hatinya kan tidak.
Lagi pula, kenapa nenek tiba-tiba menjodohkan dirimu dengan bang Jojo? Apa diam-diam bang Jojo suka dengan dirimu?" tanya Firda.
Shakila langsung melotot dengan tuduhan Firda, Firda- nya malah cengengesan tanpa merasa bersalah.
"Gara-gara kau yang menikah dengan suamimu yang sudah tu...Sudah dewasa, nenek jadi memiliki ide mencocokkan kami." semprot Shakila dengan wajah judesnya.
"Kok aku? Kalau tidak mau ya ngomong sama nenek, jangan salahkan aku dong!" Firda tidak mau disalahkan.
"Percuma, semua keluarga sudah setuju, apalagi si Bujang lapuk itu? Dia makin nggak sabar ingin segera menikahi aku. Apa dia lupa kalau aku ini sepupunya?" wajah Shakila terlihat menderita.
Tidak terbayangkan bagaimana jika Shakila dan bang Jojo bersanding. Bang Jojo yang berkulit gelap tapi manis, dan Shakila yang lumayan putih, cantik dan seksi. Pasangan yang pas bagai siang dan malam.
"Sepupu jauh, Sha, daripada kau terus menerus mengejar Hans yang sudah tidak mau padamu, mendingan nikah. Enak tahu menikah itu, apalagi kalau..." Sisil terkekeh, Gita ikut-ikutan tertawa.
Shakila cuma mencibir.
"Benar kata mereka, jadi perempuan itu harus punya harga diri. Untuk apa kau terus mengejar Hans, mendingan menikah dengan bang Jojo. Yang dewasa itu lebih menggoda tau, apalagi bang Jojo juga sudah mapan. Ngapain mengejar Hans yang masih begini." ucap Firda sambil menadahkan tangannya seperti orang meminta.
Shakila menatap ke arah Gita dan Sisil, keduanya menganggukkan kepalanya meyakinkan Shakila.
Sepupu Firda hanya bisa membuang napasnya kasar ke udara.
Shakila melipat tangan di dada, masih dengan wajah sebal.
"Mapan-mapan, tetap saja hitam. Aku maunya yang putih, ganteng, macho. Kalau bisa yang lebih muda biar kelihatan serasi. Masa’ aku yang masih segar bugar dikasih ke pria yang… ya begitu lah."
Firda mendengus tertawa. "Kau pikir apa, Sha? Kulit bisa menipu. Yang penting tanggung jawab. Kalau kau dapat yang putih tapi kelakuannya busuk, apa kau sanggup?"
Sisil ikut menimpali dengan suara ketus, "Iya, jangan lihat cover doang. Kami sudah merasakan, suami yang lebih dewasa itu justru tahu cara memperlakukan istri. Nggak main-main kayak cowok seusia kita."
Gita mengangkat alis tinggi, matanya menatap Shakila penuh sindiran. "Lagipula, bukankah dulu kau teriak-teriak pengen nikah muda? Eh, sekarang dikasih calon mapan malah banyak protes."
Shakila mendesis. "Tapi kan… dia sepupu! Gila aja kalau aku nikah sama sepupu sendiri. Nanti anakku gimana?"
Firda menegakkan duduknya, kali ini serius. "Sha, dengar. Sepupu jauh itu bukan mahram. Sah-sah saja menikah. Kau bisa tolak kalau memang tidak suka, tapi jangan pakai alasan sepupu. Orang lain malah banyak yang nikah dengan sepupu dan baik-baik saja."
Sisil tersenyum miring. "Atau jangan-jangan… kau takut kalau setelah nikah ternyata bang Jojo bisa bikin kau klepek-klepek? Yang katanya bujangan lapuk itu lebih jago dari yang kau bayangkan."
Gita spontan terkekeh keras. "Hahaha, bisa jadi! Lihat saja Firda, awalnya dikira sengsara karena suaminya lebih tua. Eh, ternyata sekarang malah paling bahagia di antara kita."
Firda hanya mengangkat bahu, senyum tipis terlukis di bibirnya. "Aku nggak bilang bahagia terus, tapi setidaknya aku belajar menerima dan menghargai. Itu kunci rumah tangga. Kau, Sha, kalau terus pakai standar ganteng, putih, macho… ya susah. Pernikahan bukan kontes kecantikan."
Shakila terdiam sejenak, bibirnya manyun, lalu mendengus lagi. "Dasar kalian bertiga, sama saja! Sok bijak depan aku, padahal siapa tahu kalian juga nyesel nikah buru-buru."
Gita melotot. "Hei! Jaga bicara!"
Firda buru-buru memberi kode dengan tangannya agar temannya tidak terpancing lagi. Ia justru menatap Shakila lekat-lekat. "Sha, aku tahu mulutmu pedas, tapi coba dengar sekali saja. Jangan sampai kau baru sadar siapa yang benar-benar tulus setelah semua terlambat. Hans itu jelas-jelas menolakmu. Sementara Bang Jojo, bisa jadi dia yang paling sabar menghadapi sifatmu yang seperti ini."
Shakila menelan ludah. Untuk sesaat wajahnya kehilangan ketegasan, meski buru-buru ia balas dengan senyum sinis. "Halah, kalian terlalu percaya sama omongan nenek. Aku sih belum tentu mau."
Sisil menutup percakapan dengan nada sengaja mengejek, "Belum tentu mau? Atau belum tentu bisa nolak, Sha?"
Shakila melotot, lalu berdiri dengan hentakan kaki keras. Ia berbalik pergi sambil merutuk dalam hati, meninggalkan tawa kecil ketiga perempuan itu.
****************
Pernikahan Shakila akan dilaksanakan tiga jam ke depan.
Semua keluarga besar sudah berkumpul di rumah sang nenek.
Shakila tidak bisa membantah kemauan neneknya yang hendak menikahkan dirinya dengan bang Jojo. Sebab kalau dia tidak mau menikah, maka Shakila akan diminta untuk keluar dari rumah dan berhenti kuliah.
Idih, kejam benar neneknya.
Iya, kalau tidak diancam begitu, Shakila tidak mau.
Berkiblat pada pernikahan Firda dengan Hamish sang sepupu, makanya semua keluarga besar setuju saja dengan usul sang nenek.
Bang Jojo seperti dapat durian runtuh, dirinya yang lebih kurang seusia dengan Hamish, mendapatkan jodoh gadis muda. Tidak peduli itu sepupunya sendiri, hitung-hitung merubah keturunan. Asal nggak belang-belang saja nanti anaknya.
Bang Jojo, saking bahagianya hendak menikahi gadis remaja, seluruh keluarga besar diberinya seragam pesta pernikahan secara gratis.
Tapi jasa menjahit bayar masing-masing, hihihi. Tanggung banget.
Bang Jojo itu profesinya sebagai pemasok hasil pertanian ke para pedagang eceran, jadi duitnya banyak. Makanya Shakila yang matre maju mundur mau menolak.
Apalagi melihat kehidupan sang sepupu yang terlihat bahagia dan dimanja oleh suaminya, Shakila kan juga pengen kehidupan yang seperti itu juga.
Walaupun antara Shakila dengan sepupunya tidak pernah akur, diam-diam keputusan yang diambil oleh Shakila berkiblat pada sepupunya dan kedua temannya.
Apalagi sekarang kedua teman sepupunya barengan juga hamilnya, Shakila jadi ingin hamil juga, eh.
Kehamilan Firda sang sepupu, sudah memasuki trimester kedua. Alhamdulillah tidak banyak drama. Makanan atau minuman yang Firda inginkan biasa-biasa saja, yang luar biasa cuma satu...Firda paling doyan tidur di bawah keteknya sang suami, Hamish.
Firda lupa tuh saat malam setelah mendadak nikah waktu itu, dia geli melihat ketek Hamish. Sekarang...Beuh.
Hamish kan risih, tapi apalah daya karena Firdanya tidak bisa tidur kalau belum mengendus-endus terlebih dahulu aroma khas ketek milik Hamish.
Namun Hamish suami yang pengertian dan sayang sama istrinya, sebelum tidur dia mandi terlebih dahulu, bersih-bersih, pakai parfum, baru menyerahkan diri sepenuhnya pada Firda.
Kalau tidak seperti itu, bisa pingsan si Firda.
Akad nikah berlangsung dengan khitmad dan lancar. Sekarang pasangan pengantin itu sudah duduk manis di kursi pelaminan.
Bang Jojo yang duduk di kursi pelaminan, matanya sering curi-curi pandang ke arah sepupunya Shakila yang bolak-balik ke meja hidangan. Siapa lagi kalau bukan Firda.
Namanya juga bumil, yang makan kan dua orang, Bang Jo. Jadi wajarlah kalau porsinya agak beda.
"Sha, kalau dikau nanti hamil juga, Abang yakin dikau akan secantik Firda. Bahkan lebih cantik." Bang Jojo hendak menjangkau tangan Shakila, tapi cepat-cepat Shakila menariknya.
Shakila masih belum mau di pegang oleh bang Jojo, tadi saja setelah akad nikah Shakila ogah-ogahan untuk menyalami bang Jojo. Kalau tidak dipelototi oleh nenek dan kedua orang tuanya, Shakila malas menyalami Abang sepupu yang sekarang sudah menjadi suaminya itu.
"Iya, kalau punya anak juga aku nggak mau dia mirip sama, Abang, gelap." Shakila mencibir, bang Jojo hanya pasrah. Kenyataannya memang dirinya berkulit gelap aduhai.
"Tentu, Sha, Abang berharap anak kita akan mirip dikau, jangan mirip, Abang!"
"Jangan dikau-dikau lah, Bang! Geli aku, tau nggak?"
"Iya, Maaf, Abang panggil adek aja ya? Biar mesra."
"Terserah!" ucap Shakila cemberut.
"Cie cie, yang marahan...Tenang aja Bang Jojo! Shakila begitu karena belum tau, coba aja setelah dia kena suntik, hmm..." Firda cekikikan. Hamish, suaminya Firda segera membungkam mulut istrinya dengan telapak tangan.
"Maafkan, Firda! Pasti yang dimaksudnya suntik vaksin." Hamish merasa malu dan tidak enak hati dengan sepupu dari Firda itu, bisa-bisanya Firda mengatakan hal-hal yang aneh pada pasangan pengantin. Untung yang mendengar cuma mereka berempat, coba kalau yang lain juga ikut mendengar, kan semakin malu.
"Nggak boleh iseng begitu, Firda sayang!"
Hamish mengajak Firda duduk, dia kuatir Firda kelelahan karena dari tadi memutari meja hidangan tiada henti.
"Kesempatan, Bang. Siapa suruh Shakila kemarin-kemarin juga sering membuat aku kesal."
"Tidak harus membalas dengan perbuatan yang sama, apalagi kamu sedang hamil."
"Biar dia takut menghadapi nanti malam, Bang." Firda terkekeh, dia jadi tidak sabar menunggu berita apakah Shakila juga akan pingsan ketika malam pertama seperti istrinya bang Jojo dulu?
*
*
*
Bang Jojo langsung membawa Shakila menginap di hotel setelah acara resepsi selesai.
Bang Jojo sudah antisipasi terlebih dahulu, sebelum kejadian tragis malam pertama, seperti pada istrinya dulu akan terulang kembali.
Shakila sebenarnya tidak mau di bawa menginap di hotel, tapi karena Bang Jojo pamitnya pada nenek dan kedua orang tuanya, jadi Shakila tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.
Setelah mengganti pakaian pengantinnya dan mandi, Shakila keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan memakai setelan pakaian tidur lengan panjang dan celana panjang.
Setelah itu bergantian dengan bang Jojo yang memakai kamar mandi untuk membersihkan diri.
Malam baru menunjukkan pukul sembilan, ketika Shakila dan bang Jojo sudah bersiap hendak tidur.
Bang Jojo terlihat sedikit resah, dia terus menatap Shakila dengan wajah yang mulai cemas. Tetapi dia harus tetap berterus terang agar Shakila tidak terkejut.
"Dek, Abang mau ngomong sebelum kita..."
"Ngomong apa? Sebelum apa?" potong Shakila cepat, padahal sebenarnya hatinya sudah berdebar-debar. Dia takut rumor tentang kematian istri bang Jojo itu benar, bisa game over juga dia malam ini.
"Itu, punya Abang...Punya Abang."
Bang Jojo tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Punya Abang apa? Besar dan panjang? Memang sebesar dan sepanjang apa sih? Ups," Shakila menutup mulutnya karena keceplosan, walaupun dia sebel sama Bang Jojo tapikan abang sepupunya itu sudah jadi suaminya. Cepat atau lambat dia dan bang Jojo akan melakukan hal itu juga, jadi tidak masalah kalau harus membicarakan hal yang itu malam ini.
Bang Jojo melongo.
"Adek percaya gosip itu? Nggaklah, sedikit besar dan panjang mungkin tapi tidak terlalu."
Astaghfirullah... Mereka itu ngomongin apa sih?
"Terus?"
Kok Shakila yang tidak sabar.
"Warnanya yang..." Bang Jojo tidak sanggup mengucapkannya.
Wajahnya menjadi kelabu karena malu.
"Bagaimana kalau matikan lampu saja biar Adek tidak melihat, cukup Adek merasakan saja!"
Otak bang Jojo mulai korslet.
"Nggak, aku mau lihat dulu, kalau nggak ya nggak usah! Nasi tak retak pinggan tak dingin, engkau tak endak aku pun tak ingin."
Hayya... Shakila berpantun pula.
"Baiklah," ucap bang Jojo pasrah.
Dengan lesu dan ragu-ragu bang Jojo mengeluarkan aset berharganya diterangi oleh lampu kamar hotel yang terang benderang.
"Aaaaaaaa ..."
Shakila langsung pingsan.
"Tuh kan, Abang bilang juga apa? Jangan dilihat, dirasakan aja." gerutu bang Jojo menyesali kekeras kepalaan Shakila, sembari berusaha membangunkan Shakila dari pingsannya.
Gimana Shakila tidak pingsan, yang di lihatnya hitam, panjang, hidup lagi.
Uler.
****************
Melihat Shakila yang belum juga sadar dari pingsannya, membuat bang Jojo mengusap wajahnya resah.
Wajah Shakila sudah di percikan air dingin, sudah juga diciumkan aroma parfum di depan hidungnya. Tetapi Shakila masih tetap pingsan.
"Dia ini tidur atau pingsan sih?" gerutu bang Jojo mulai kesal, malam pertama yang sama sekali tidak indah.
Bang Jojo terus menggerutu sendiri. Sudah beberapa cara digunakan untuk menyadarkan Shakila, namun belum berhasil juga. Bang Jojo akhirnya memilih berbaring saja di sebelah Shakila.
Mungkin untuk sebagian pria atau wanita yang memiliki onderdil seperti miliknya, atau milik pasangannya yang berukuran mini, pasti sangat menginginkan mempunyai ukuran yang big size seperti punya bang Jojo.
Mereka tidak tahu saja bagaimana insecurenya bang Jojo selama ini.
Sejak kematian istrinya tujuh tahun yang lalu, bukannya dia tidak ingin menikah lagi atau tidak tertarik dengan lawan jenis. Hanya saja bang Jojo sedikit kuatir kejadian yang sama terulang kembali. Bukannya apa-apa, rumor yang membesar-besarkan fakta yang ada, membuat wanita juga takut dengan bang Jojo.
Postur bang Jojo memang tinggi besar dan berkulit aduhai, tetapi dia manis. Beda tipis dengan aktor Denzel Washington. Suit….Suit... Tapi kalau ngeliatnya pakai sedotan sih.
Eh, tapi bener lho. Bang Jojo justru lebih manis dari si Denzel, kalau tidak percaya tanya saja sama ibu dan bapaknya.
Bang Jojo mendesah, dia sudah booking hotel selama lima hari ke depan untuk berbulan madu sama Shakila. Masa' baru malam ke satu sudah ditinggal pingsan.
Bang Jojo rela mengeluarkan uang lebih banyak. Selain Shakila sekarang sudah jadi istrinya, Shakila juga sepupunya. Sampai kapanpun pertalian mereka tidak akan pernah putus.
Bang Jojo memiringkan tubuhnya, menatap Shakila yang cantik. Tiba-tiba saja otaknya kemasukan pasir entah darimana, padahal sekarang sedang tidak ada badai.
Dengan ragu-ragu tetapi keinginan dan hasratnya yang sudah mulai bangun, Bang Jojo mengecup bibir Shakila sekilas.
Semula cuma sekilas, terus di cobanya lagi, lagi dan lagi. Akhirnya keterusan.
Memberikan ciuman terdalam untuk pertama kalinya pada Shakila yang sudah menjadi istrinya, tiba-tiba saja bibirnya seperti ada yang menggigit. Bang Jojo cepat-cepat melepaskan ciumannya.
"Dek, kamu sudah sadar?"
"Sudah dari tadi," sahut Shakila judes sambil mendorong dada bang Jojo yang berada di atasnya.
Pantesan saja, kok seperti ada balasan.
Bang Jojo terkikik dalam hati.
"Orang pingsan kok dicium, nggak sopan itu namanya." ucap Shakila bersungut-sungut.
"Tapi kamu menikmatinya, Dek, kalau nggak masa' kamu diam saja dan tidak teriak."
"Aku kira kan aku sedang bermimpi."
Shakila ngeles, padahal sejak tadi dia sudah sadar. Cuma keterusan melanjutkan pingsannya. Dia pengen tahu bang Jojo itu akan melakukan apa padanya, tidak tahunya...
"Terus, kita bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
Ckk, Shakila kura-kura dalam perahu.
"Abang bisa begitu kan malam ini?"
"Itu apa?"
Bang Jojo menyentak napasnya kuat.
Ini salah satu alasan kenapa dirinya mau ketika sang nenek hendak menikahkan dirinya dengan Shakila yang dimatanya sedikit genit, itu terlihat dari cara Shakila memilih pakaian yang selalu membentuk bodinya yang seksi.
Bang Jojo beranggapan Shakila orang yang terbuka dan mau diajak berbicara pada hal-hal yang bersifat intim, sesuai dengan pakaiannya.
"Punya Abang memang sedikit berukuran jumbo, tapi Abang yakin akan sesuai dengan milikmu." Bang Jojo meringis.
Kenapa bahasanya vulgar sekali?
Shakila melotot, lalu mencebik. Setelah itu melirik ke titik yang sedang mereka bicarakan, Bang Jojo cepat-cepat menutupinya dengan bantal. Dia takut di rudapaksa oleh Shakila, hihihi.
"Pertama mungkin sedikit sakit, lama kelamaan pasti nggak."
"Sok tahu!" sembur Shakila galak.
"Makanya dicoba! Nggak akan semua, setengah aja dulu. Janji!" bang Jojo mengangkat tangannya tanda bersumpah.
Shakila pura-pura keberatan, padahal didalam hatinya dia juga penasaran. Apalagi ketika bang Jojo tadi menciumnya, beda jauh dengan gaya Hans.
Hans masih amatir, kalau bang Jojo jam terbangnya sudah tinggi.
"Pelan-pelan lho!"
"Iya,"
"Jangan sampai sakit,"
"Hah?"
"Jadi nggak?"
"Jadilah, matikan lampunya ya! Nggak usah dilihat lagi, kan tadi sudah."
"Siapa juga yang mau lihat, ogah!"
"Yang penting rasanya ya kan, Dek Sha!"
Mesra bener kedengarannya.
"He-eh, udah jangan banyak kata pembuka, langsung aksi saja!" Shakila tidak sabar.
"Siap!"
Bang Jojo masih menatap Shakila, setengah percaya setengah tidak dengan sikapnya yang judes tapi juga... mau.
"Abang serius nih, jangan-jangan kamu pingsan pura-pura biar Abang gerah sendiri?"
Shakila mendengus, membalikkan wajah. "Emang kenapa kalau iya? Abang kan langsung ketahuan aslinya."
"Astaga... ini namanya jebakan betmen," Bang Jojo garuk kepala, setengah sebal tapi matanya berbinar.
Shakila berbalik lagi, tatapannya menantang. "Abang berani apa nggak?"
"Berani sih berani... tapi Abang takut kamu lari keluar kamar teriak-teriak, bilang diculik macan."
Shakila mencibir.
Bang Jojo lalu terkekeh, "Dek, jangan gitu, Abang bisa tambah beringas lho."
"Makanya jangan kelamaan ngobrol. Buktikan aja," Shakila menepuk-nepuk bahunya, sengaja bikin panas.
Bang Jojo mendekat lagi, kali ini gerakannya pelan. Tangannya sempat berhenti di pipi Shakila. "Kalau sakit, bilang."
"Awas aja kalau bikin aku nangis," Shakila setengah menggertak, tapi genggaman tangannya di selimut mulai erat.
"Eh, kalau kamu nangis malah tambah cantik. Abang bisa-bisa keterusan," seloroh Bang Jojo nakal.
Shakila langsung melempar bantal ke wajahnya. "Ih, gombal!"
Bang Jojo menyingkirkan bantal itu, menunduk lagi. Nafas keduanya makin dekat. "Siap atau nggak siap, Dek?"
Shakila menutup mata rapat-rapat. "Cepetan, keburu aku pingsan beneran nanti."
Bang Jojo ngakak kecil, tapi akhirnya memilih diam. Tangan besar itu meraih saklar lampu, klik... kamar pun tenggelam dalam gelap.
Yang terdengar hanya tarikan napas mereka berdua.
Malam pertama itu memang... aneh, tapi justru karena keanehan itu, jadi tak terlupakan.
****************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!